Sukses

Update Pusat Astronomi Internasional: Idul Fitri 2023 Kemungkinan Sabtu 22 April

Menurut International Astronomical Center/IAC (Pusat Astronomi Internasional), Idul Fitri yang menandai akhir bulan suci Ramadhan bisa jatuh pada Sabtu, 22 April 2023.

Liputan6.com, Dubai - Menurut International Astronomical Center/IAC (Pusat Astronomi Internasional), Idul Fitri yang menandai akhir bulan suci Ramadhan bisa jatuh pada Sabtu, 22 April 2023. 

Tanggal pasti Idul Fitri hanya akan dikonfirmasi berdasarkan penampakan bulan, dengan negara-negara di seluruh dunia Islam akan menyelidiki bulan sabit Syawal pada Kamis, 20 April.

Mengutip Gulf News, Selasa (18/4/2023), Pusat Astronomi Internasional mengatakan dalam sebuah posting Twitter bahwa penampakan bulan sabit pada hari Kamis hampir tidak mungkin dengan mata telanjang atau teleskop di sebagian besar negara Arab dan Islam, kecuali sebagian Afrika Barat. Kondisi khusus, seperti teleskop yang akurat, pengamat profesional, dan cuaca luar biasa, diperlukan untuk memungkinkan penampakan.

Berdasarkan prinsip ini, IAC memprediksi Hari Raya Lebaran jatuh pada Sabtu, 22 April. Selain itu IAC juga mengklarifikasi bahwa prediksi ini didasarkan pada "informasi astronomi" dan bahwa kriteria awal bulan bervariasi di seluruh dunia Islam.

Negara-negara Gulf Cooperation Council (GCC) atau Dewan Kerjasama Teluk, termasuk UEA, Arab Saudi, Qatar, Oman, dan Kuwait, telah mengumumkan libur Idul Fitri untuk sektor publik dan swasta. UEA dan Arab Saudi telah mengumumkan libur Lebaran empat hari, sementara Qatar telah menyatakan libur Idul Fitri lebih lama yakni 11 hari.

Sedangkan Oman dan Kuwait akan melaksanakan libur Hari Raya Idul Fitri lima hari.

Mahkamah Agung Arab Saudi telah meminta umat Islam untuk melihat bulan sabit Syawal pada Kamis malam, 20 April, dan melaporkan setiap penampakan ke pengadilan atau pusat kontak terdekat. Umat Islam yang mampu melakukannya didorong untuk bergabung dengan panitia yang dibentuk untuk tujuan ini dan berpartisipasi dalam proses melihat bulan sabit.

2 dari 4 halaman

Perbedaan Menentukan Lebaran Idul Fitri karena Belum Adanya Kalender Islam Global

 

 

Seperti dikutip dari laman Muhammadiyah.or.id, Jumat (14/4/2023), masih terjadinya perbedaan menentukan Lebaran Idul Fitri karena belum adanya kalender Islam global. Menurut Syamsul Anwar, dalam mewujudkan Kalender Islam Global, dibutuhkan prinsip, syarat, dan kriteria (parameter).

Prinsip-prinsip kalender global Hijriah meliputi keselarasan hari dan tanggal di seluruh dunia, penggunaan hisab, kesatuan matlak, globalisasi visibilitas hilal, dan penerimaan Garis Tanggal Internasional. Keselarasan hari dan tanggal di seluruh dunia artinya satu hari satu tanggal di seluruh dunia.

"Syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan Kalender Islam Global adalah syarat imkanu rukyat di suatu tempat di muka bumi dan syarat singkronisasi kawasan ujung barat dan ujung timur bumi," katanya.

Terhadap kawasan ujung barat, kalender harus dapat menjaganya agar tidak dipaksa menunda masuk bulan baru dengan alasan menanti kawasan ujung timur padahal hilal sudah terpampang di ufuknya. Sebaliknya kalender tidak pula boleh memaksa kawasan ujung timur bumi memasuki bulan baru pada hal kawasan itu belum mengalami konjungsi.

Selain prinsip dan syarat, diperlukan juga kriteria. Pada Kongres Istanbul Turki 2016, salah satu kriteria Kalender Islam Global yang paling ditekankan adalah seluruh kawasan dunia dipandang sebagai satu kesatuan di mana bulan baru dimulai pada hari yang sama di seluruh kawasan dunia tersebut.

3 dari 4 halaman

Indonesia Berpedoman Kriteria MABIMS

Saat ini pemerintah Indonesia berpedoman pada kriteria Menteri Agama Brunei Indonesia Malaysia dan Singapura (MABIMS) dalam menetukan hari-hari penting umat Islam. Sebelumnya kriteria penentuan awal bulan yang dipakai pemerintah Indonesia adalah ketinggian 2 derajat, elongasi 3 derajat, dan umur bulan 8 jam. MABIMS bersepakat untuk mengubah kriteria tersebut menjadi ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

Hal itu didasarkan pada rekor elongasi bulan terdekat sebagaimana yang dilaporkan dalam makalah Mohammad Shawkat Odeh, juga sebagai titik temu bagi pengguna metode rukyat seperti NU dan pengguna metode hisab seperti Muhammadiyah.

Seperti dikutip dari laman Muhammadiyah, kriteria MABIMS ini tidak dapat digunakan dalam konteks global karena ada kesepakatan batasan wilayah keberlakuan. Sebuah Kalender Global tidak mungkin memegangi konsep ikhtilaf al-mathaliʻ (keragaman matlak) sebagaimana yang dipegangi kriteria MABIMS.

Kalender dengan kriteria MABIMS masih memperlihatkan sifal zonal, yaitu zona Asia Tenggara. Akibatnya tidak dapat menyatukan jatuhnya tanggal pada tahun-tahun tertentu. Akan selalu terbuka perbedaan awal bulan, terutama bulan-bulan penting seperti Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah.

Dalam konsepsi Kalender Islam Global, bumi sebagai satu matlak, sehingga apabila suatu kawasan dipermukaan bumi telah terjadi imkanu rukyat, maka itu berlaku juga untuk semua, kawasan di dunia ini tanpa terkecuali.

Konsepsi kesatuan matlak ini secara tidak langsung mengandaikan orang timur wajib mengikuti rukyatnya orang barat untuk melaksanakan puasa Ramadhan, Syawal, Zulhijjah dan ibadah lainnya. Hal ini didasarkan kepada pendapat fikih bahwa rukyat yang terjadi di suatu tempat berlaku untuk seluruh penduduk bumi. Sayangnya, umat Islam belum memiliki kalender Islam Global sebagai sarana tata waktu penentu hari-hari penting umat Islam.

4 dari 4 halaman

Muhammadiyah Hari Raya Idul Fitri 21 April 2023, Lebaran NU Tanggal Berapa?

Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 1 Syawal 1444 H jatuh pada 21 April 2023. Artinya, warga Muhammadiyah menjalankan ibadah puasa Ramadhan hanya 29 hari. Pada Jumat pekan ini mereka akan melaksanakan sholat id.

Jika Muhammadiyah sudah menetapkan tanggal lebaran 2023, lantas Nahdlatul Ulama (NU) kapan?

Sebelum membahas pertanyaan tersebut, baiknya mencermati data hilal pada 29 Ramadhan 1444 H terlebih dahulu yang bertepatan pada Kamis (20/4/2023).

Mengutip situs resmi NU, berdasarkan data markaz Jakarta, ketinggian hilal pada 29 Ramadhan 1444 H berada pada 1 derajat 55 menit 43 detik dan elongasi 3 derajat 18 menit 23 detik. Adapun waktu hilal di atas ufuk berlangsung selama 9 menit 29 detik. Sementara ijtimak terjadi pada Kamis Legi, 20 April 2023 pada pukul 11.16.38 WIB.

Letak matahari terbenam pada 11 derajat 30 menit 16 detik utara titik barat, sedangkan letak hilal pada 13 derajat 02 menit 49 detik utara titik barat. Kedudukan hilal sendiri berada pada 1 derajat 32 menit 32 detik utara matahari dalam keadaan miring ke utara. 

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa hilal sudah berada di atas ufuk, tetapi ketinggian hilal masih berada di bawah standar minimal imkan rukyah (visibilitas) yakni 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

Dengan demikian, kemungkinan kecil hilal dapat dirukyat. Apabila hilal tidak terlihat atau teramati oleh para perukyat, maka bulan Ramadhan 1444 H digenapkan menjadi 30 hari. Kemungkinan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1444 H atau lebaran tahun ini bertepatan dengan Sabtu, 22 April 2023.