Liputan6.com, Kuala Lumpur - Masyarakat di Malaysia harus kembali berhadapan dengan bahaya COVID-19, untuk kedua kalinya.
Melansir CNA, Rabu (19/4/2023), lonjakan kasus COVID-19 dilaporkan kembali terjadi di Malaysia. Setelah banyak negara yang tidak lagi mewajibkan penggunaan masker, merespons lonjakan kasus yang terjadi pakar kesehatan masyarakat di negara tersebut kembali mendorong masyarakat untuk mengenakan masker.
Baca Juga
Data terbaru Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa jumlah kasus COVID-19 yang dikonfirmasi naik sebanyak 87,5 persen dalam 14 hari hingga 8 April lalu.
Advertisement
Di periode yang sama, diketahui bahwa rtingkat awat inap juga naik sebanyak 30,5 persen. Tak hanya itu, tingkat kematian akibat COVID-19 juga naik 25 persen.
Per 8 April, jumlah kasus aktif secara nasional mencapai lebih dari angka 13.000.
Kondisi ini mengkhawatirkan mengingat sudah banyak negara yang melewati masa-masa kritis pandemi COVID-19.
Akhirnya, Asosiasi Rumah Sakit Swasta Malaysia mengeluarkan sebuah pernyataan pada Senin 17 April 2023. Mendorong kembali masyarakat untuk memakai masker wajah di tempat-tempat ramai dan menjaga jarak sosial.
Langkah-langkah lain untuk mencegah penyebaran virus juga diminta untuk dilakukan.
Imbauan itu tidak serta merta berarti bahwa sistem perawatan kesehatan, baik publik maupun swasta, tidak siap atau kompeten untuk menghadapi peningkatan kasus COVID.
"Hal ini seharusnya tidak menjadi alasan bagi publik untuk lalai dalam melakukan pencegahan penyakit secara pribadi,” kata presiden asosiasi Dr. Kuljit Singh.
Langkah Pencegahan Diminta untuk Kembali Dilakukan
Kamis pekan lalu, Menteri Kesehatan Zaliha Mustafa mengimbau masyarakat untuk memakai masker di tempat ramai, menjelang perayaan Hari Raya di negara tersebut.
"Persiapan menjelang hari raya, masyarakat diimbau untuk menggunakan masker,” kata Menkeu dalam keterangannya.
"Terutama saat berada di tempat-tempat umum padat yang sulit menerapkan physical distancing,” tambahnya.
Saat ini, di Malaysia, masker hanya diwajibkan untuk dipakai di angkutan umum dan fasilitas kesehatan, serta bagi mereka yang dinyatakan positif COVID-19.
Yang lebih mengkhawatirkannya lagi, Zaliha mengatakan bahwa sebagian besar pasien terjangkit yang dirawat adalah mereka yang termasuk ke kelompok risiko tinggi, seperti lansia dan yang memiliki penyakit bawaan.
Pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit naik sebanyak 17,6 persen dari bulan sebelumnya di awal April.
Penasihat Organisasi Kesehatan Masyarakat Malaysia, Dr. Zainal Ariffin Omar, mengatakan bahwa selain masker, tindakan lain seperti menghindari ruang ramai, melakukan tes mandiri, dan karantina mandiri juga harus dilakukan.
Langkah-langkah tersebut sangat dianjurkan bagi mereka yang berada dalam kelompok risiko tinggi.
Advertisement
Rumah Sakit Siap Hadapi Peningkatan Kasus COVID-19
Merespons isu penggunaan masker kembali diwajibkan, Zainal mengatakan, “(Penggunaan masker) masih opsional tetapi sangat dianjurkan. Situasi (COVID-19) tidak seburuk sebelumnya.”
Menurut Kementerian Kesehatan, 34,4 persen ventilator, 62 persen tempat tidur ICU, dan 65,9 persen tempat tidur rumah sakit digunakan di negara tersebut pada 8 April.
Peningkatan kasus COVID-19 siap untuk dihadapi dengan baik.
“Kami tampaknya memiliki kapasitas yang lebih dari cukup untuk mengelola beban yang terkait dengan gelombang infeksi COVID-19 saat ini,” kata Dr. Sanjay Rampal, Profesor Epidemiologi di Universitas Malaya.
Rampal mengatakan bahwa saat ini lebih penting untuk memantau pemanfaatan perawatan kesehatan dari kasus yang lebih parah.
Meskipun rumah sakit menyatakan siap, Rampal mengatakan bahwa melakukan peningkatan kapasitas bisa menjadi tantangan.
“Saat ini rumah sakit swasta kami penuh dengan jenis kondisi medis lainnya dan dengan kekurangan perawat yang terus berlanjut, kemungkinan menjadi sebuah tantangan,” ucapnya.
Update COVID-19 Global per 13 Maret - 9 April 2023: Kasus Positif Tambah 3 Juta, Meninggal 23 Ribu
Nampaknya, bukan Malaysia saja yang mengalami lonjakan kasus COVID-19. Hal ini ditunjukkan dari bertambahnya angka positif COVID-19 secara global.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali merilis update COVID-19 global dalam 28 hari terakhir. Pada periode 13 Maret hingga 9 April 2023 kasus baru COVID-19 global tercatat sebanyak 3 juta kasus. Sedangkan kasus kematiannya lebih dari 23.000.
Artinya, ada penurunan kasus baru COVID-19 sebanyak 28 persen dan penurunan kasus meninggal 30 persen dibanding 28 hari sebelumnya yakni 13 Februari hingga 12 Maret 2023.
Berlawanan dengan tren keseluruhan yang cenderung menurun, peningkatan yang cukup signifikan pada kasus positif dan kematian terlihat di Asia Tenggara dan wilayah Mediterania Timur. Serta di beberapa negara di tempat lain.
Hingga 9 April 2023, lebih dari 762 juta kasus terkonfirmasi dan lebih dari 6,8 juta kematian telah dilaporkan secara global.
Tren kasus COVID-19 yang dilaporkan saat ini tidak 100 persen sama dengan jumlah sebenarnya dari infeksi global dan infeksi ulang.
Advertisement