Sukses

China Siap Jadi Broker Pembicaraan Damai Israel dan Palestina

China menekankan bahwa dorongan untuk menggelar pembicaraan damai antara Israel dan Palestina didasarkan pada prinsip solusi dua negara.

Liputan6.com, Beijing - Menteri Luar Negeri China Qin Gang mengatakan, pihaknya siap membantu memfasilitasi pembicaraan damai atas konflik Israel-Palestina.

Percakapan telepon terpisah antara Qin Gang dengan menteri luar Israel dan Palestina terjadi di tengah upaya Beijing memosisikan dirinya sebagai mediator regional.

Dalam percakapannya dengan Menlu Israel Eli Cohen pada Senin (17/4/2023), Menlu Qin Gang mendorong langkah-langkah untuk melanjutkan pembicaraan damai dan menyatakan China siap mengupayakannya. Demikian laporan media China, Xinhua, yang dikutip dari The Guardian pada Rabu (19/4).

Sementara itu, dalam percakapannya dengan Menlu Palestina Riyad al-Maliki, Menlu Qin Gang dilaporkan mengatakan bahwa Beijing mendukung dimulainya kembali pembicaraan secepat mungkin.

Xinhua melaporkan bahwa dalam seruannya, Menlu Qin Gang menekankan dorongan pembicaraan damai atas prinsip solusi dua negara.

Seruan China muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Palestina yang dipicu oleh penyerangan Israel terhadap Kompleks Masjid Al-Aqsa pada awal bulan ini.

2 dari 2 halaman

Kekhawatiran China Soal Ketegangan Israel dan Palestina

Menlu Qin Gang dilaporkan telah memberi tahu mitranya dari Israel bahwa China khawatir tentang ketegangan yang terjadi dan prioritas utama saat ini adalah mengendalikan situasi serta mencegah konflik meningkat atau bahkan lepas kendali.

China belum lama ini berhasil menengahi pemulihan hubungan Iran dan Arab Saudi, mengambilalih posisi Amerika Serikat yang selama beberapa dekade telah menjadi perantara utama diplomatik.

"Arab Saudi dan Iran baru-baru ini memulihkan hubungan diplomatik melalui dialog, memberikan contoh yang baik untuk mengatasi perbedaan melalui dialog," kata Menlu Qin Gang.

Perdamaian Iran dan Arab Saudi kemungkinan akan berdampak besar pada Perang Saudara Yaman, di mana kedua belah pihak terkunci dalam perang proksi.

Pada Februari, Beijing juga mengumumkan rencana perdamaian untuk perang Ukraina, mendesak semua pihak menghindari eskalasi nuklir tetapi tidak dengan tegas menyerukan agar Rusia menarik pasukannya.

Barat sebagian besar menolak proposal China. Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dengan hati-hati menyambut baik rencana tersebut sembari menggarisbawahi bahwa proposal itu hanya dapat diterima jika Rusia menarik pasukannya keluar dari semua wilayah Ukraina yang diduduki.