Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan bahwa situasi di Sudan masih membahayakan. Negara itu sedang mengalami konflik antara pasukan bersenjata.Â
Konflik militer terjadi antara Sudan Armed Forces (SAF) dan Rapid Support Forces (RSF).
Baca Juga
"Pertempuran yang terjadi antara lain ditujukan dengan sasaran memperebutkan obyek vital, antara lain terjadi di Istana Presiden, markas komando militer, dan bandara internasional Khartoum. Titik pertempuran juga terjadi di markas RSF, salah satunya berlokasi di Universitas Internasional Afrika di mana banyak WNI bertempat tinggal," ujar Menlu RI Retno Marsudi dalam virtual press briefing, Kamis (20/4/2023).
Advertisement
Data WHO menyebut korban tewas ada sekitar 300 orang dan 3.000 lainnya terluka.
Menlu Retno berkata sudah berkoordinasi dengan perwakilan Indonesia untuk proses evakuasi, termasuk para diplomat di Mesir dan Arab Saudi. Namun, proses evakuasi belum memungkinkan dilakukan.
Negara-negara asing lainnya juga masih belum bisa melakukan evakuasi.Â
"Persiapan evakuasi terus dimatangkan sambil menunggu saat tepat untuk melakukan evakuasi sambil terus mempertimbangkan keselamatan WNI," ucap Menlu Retno Marsudi.
"Saya juga telah memimpin langsung rapat koordinasi persiapan evakuasi dengan lima perwakilan Indonesia di luar negeri, yaitu KBRI Khartoum, Kairo, Riyadh, Addis Ababa, dan KJRI Jeddah. Koordinasi pada tingkat teknis atau working level akan terus dilakukan," ungkap Menlu Retno.
Kondisi WNI sejauh ini aman, namun pihak Kemlu RI masih kesulitan untuk berbicara dengan petinggi negara Sudan untuk meminta jaminan perlindungan.Â
Total WNI di Sudan adalah 1.209 orang. Mayoritas adalah pelajar. Para WNI dan keluarganya di Indonesia juga diminta tidak panik, sebab Kemlu RI selalu memantau kondisi para WNI di Sudan.
WNI Dibawa ke Safe House
Menlu Retno menyebut sudah ada 43 WNI yang dibawa ke safe house milik KBRI Khartoum. Para WNI itu termasuk anak-anak.Â
Pada 18 April 2023, KBRI Khartoum sempat melakukan evakuasi ketika menyalurkan bantuan logistik ke WNI di Sudan.Â
"Menggunakan kesempatan pergerakan saat melakukan distribusi logistik, KBRI membawa 15 WNI dimaksud dari wilayah Khartoum yang mayoritas terdiri dari keluarga yang mempunyai anak kecil atau bayi serta ibu hamil," ujar Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha, Rabu (19/4/2023).
Judha meminta agar WNI tidak berkegiatan di luar rumah mengingat situasi di ibu kota Sudan masih belum kondusif. Para WNI yang belum bisa ke safe house diminta tetap waspada.
"Mempertimbangkan situasi peperangan yang masih berlangsung di beberapa titik di Khartoum, para WNI yang belum dapat menjangkau Safe House KBRI diimbau untuk tetap berada di dalam rumah masing-masing dan tidak melakukan kegiatan di luar rumah. Demi keselamatan, pergerakan menuju Safe House KBRI dilakukan ketika situasi keamanan sudah memungkinkan," jelas Judha Nugraha.
Sebelumnya, ada WNI yang dilaporkan tertembak di tengah peperangan yang terjadi. Judha Nugraha berkata WNI tersebut hanya luka ringan dan sudah pulih.Â
Pihak Kemlu RI juga telah menyalurkan bantuan logistik kepada sekitar 200 WNI, sebab para WNI sudah mulai kesulitan mencari makanan di tengah situasi yang rusuh.
Advertisement
WNI Ada yang Kena Peluru Nyasar
Seorang WNI juga dilaporkan terkena peluru nyasar akibat konflik di Sudan. Pihak Kementerian Luar Negeri RI telah membenarkan adanya insiden tersebut.
Kondisi WNI itu dilaporkan selamat, hanya mengalami luka ringan, dan sudah pulih. WNI itu tinggal di Arkaweet.
"Yang bersangkutan tinggal di Arkaweet. Yang bersangkutan terkena pantulan peluru nyasar yang menyebabkan goresan kecil di pinggang. Saat ini yang bersangkutan sudah sembuh dan sehat," jelas Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha kepada wartawan dalam pernyataan tertulisnya.
Pada pernyataan tersebut, Judha juga mengatakan Kemlu RI kemudian mengirimkan bantuan kepada 200 WNI yang berada di Khartoum pada 18 April 2023.Â
Mayoritas WNI yang terdampak konflik Sudan saat ini berstatus sebagai mahasiswa atau pekerja migran.Â
"Petugas KBRI bekerja sama dengan PPI Sudan dan Ikatan Mahasiswa Indonesia (IMI) menelusuri beberapa wilayah di Arkaweet dan Makmurat yang berjarak 500 meter dari zona konflik bersenjata. Sebelumnya, KBRI juga telah mendistribusikan sembako kepada WNI, termasuk kepada 76 mahasiswa yang ditampung di Auditorium Kampus Internasional University of Africa," tutur Judha Nugraha.
Bantuan yang diberikan pihak Kemlu RI berupa mi instan, roti, beras, telur, teh, kopi dan air mineral.
Judha juga menyampaikan bahwa konflik Sudan telah memicu kelangkaan suplai logistik di Sudan. Pasalnya, distribusi barang masuk ke Sudan tersendat dan banyaktoko yang tutup.