Liputan6.com, Khartoum - Sebanyak 1.262 pelajar Nigeria meminta pemerintah agar dievakuasi dari Republik Sudan yang situasinya sedang mencekam. Militer Sudan sedang berkonflik melawan grup paramiliter Rapid Support Forces (RSF).
Sekitar 300 orang dilaporkan meninggal akibat perang saudara yang terjadi di Sudan.
Baca Juga
Dilaporkan media Nigeria, The Punch, Jumat (21/4/2023), Sekjen Asosiasi Nasional Pelajar Nigeria di Sudan, Adam Mohammed, berkata banyak pelajar yang sudah kehabisan makanan.
Advertisement
Adam juga menyorot bahwa beberapa negara asing seperti Jepang, Uganda, dan Tanzania telah memulai melakukan evakuasi sejak konflik pecah pada 8 April 2023.
Sejauh ini, tidak ada pelajar Nigeria yang terluka, tetapi mereka kekurangan makanan, listrik tidak memadai, serta kerap ada blackout di sistem komunikasi. Adam berkata pihak Kedutaan Besar Nigeria di Sudan telah berbicara dengan pemerintah Sudan untuk persiapan evakuasi.
"Pemerintah Nigeria akan mengirim beberapa pesawat untuk mengevakuasi pelajar-pelajar Nigeria di Sudan," ujar Adam.
"Saat ini, tidak ada pelajar Nigeria di Sudan yang terluka karena mereka semua berada di indoor dan mereka semua bekerja sama dengan kami. Sejauh ini, tak ada lampu, jaringan buruk, dan beberapa pelajar mengeluhkan karena mereka tidak bisa pergi dan menyetok makanan," Adam menambahkan.
Jumlah 1.262 pelajar Nigeria itu merupakan yang sudah mengisi formulir untuk evakuasi.
Seorang pelajar Nigeria di Khartoum, Abdullah Zakari, berkata suara tembakan yang terdengar membuat para pelajar ketakutan. Makanan pun sulit didapat karena pasar tutup.
"Kami menderita di sini. Setiap saat, kami mendengar suara tembakan. Saya merasa tidak aman karena tembak-menembak telah terjadi selama lebih dari sepekan," ujarnya.
Kemlu RI Juga Kesulitan Evakuasi WNI
Sebelumnya dilaporkan, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan bahwa situasi di Sudan masih membahayakan. Negara itu sedang mengalami konflik antara pasukan bersenjata.Â
"Pertempuran yang terjadi antara lain ditujukan dengan sasaran memperebutkan obyek vital, antara lain terjadi di Istana Presiden, markas komando militer, dan bandara internasional Khartoum. Titik pertempuran juga terjadi di markas RSF, salah satunya berlokasi di Universitas Internasional Afrika di mana banyak WNI bertempat tinggal," ujar Menlu RI Retno Marsudi dalam virtual press briefing, Kamis (20/4).
Data WHO menyebut korban tewas ada sekitar 300 orang dan 3.000 lainnya terluka.
Menlu Retno berkata sudah berkoordinasi dengan perwakilan Indonesia untuk proses evakuasi, termasuk para diplomat di Mesir dan Arab Saudi. Namun, proses evakuasi belum memungkinkan dilakukan.
Negara-negara asing lainnya juga masih belum bisa melakukan evakuasi.Â
"Persiapan evakuasi terus dimatangkan sambil menunggu saat tepat untuk melakukan evakuasi sambil terus mempertimbangkan keselamatan WNI," ucap Menlu Retno Marsudi.
"Saya juga telah memimpin langsung rapat koordinasi persiapan evakuasi dengan lima perwakilan Indonesia di luar negeri, yaitu KBRI Khartoum, Kairo, Riyadh, Addis Ababa, dan KJRI Jeddah. Koordinasi pada tingkat teknis atau working level akan terus dilakukan," ungkap Menlu Retno.
Kondisi WNI sejauh ini aman, namun pihak Kemlu RI masih kesulitan untuk berbicara dengan petinggi negara Sudan untuk meminta jaminan perlindungan.Â
Total WNI di Sudan adalah 1.209 orang. Mayoritas adalah pelajar. Para WNI dan keluarganya di Indonesia juga diminta tidak panik, sebab Kemlu RI selalu memantau kondisi para WNI di Sudan.
Advertisement
WNI Dibawa ke Safe House
Menlu Retno menyebut sudah ada 43 WNI yang dibawa ke safe house milik KBRI Khartoum. Para WNI itu termasuk anak-anak.Â
Pada 18 April 2023, KBRI Khartoum sempat melakukan evakuasi ketika menyalurkan bantuan logistik ke WNI di Sudan.Â
"Menggunakan kesempatan pergerakan saat melakukan distribusi logistik, KBRI membawa 15 WNI dimaksud dari wilayah Khartoum yang mayoritas terdiri dari keluarga yang mempunyai anak kecil atau bayi serta ibu hamil," ujar Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha, Rabu (19/4/2023).
Judha meminta agar WNI tidak berkegiatan di luar rumah mengingat situasi di ibu kota Sudan masih belum kondusif. Para WNI yang belum bisa ke safe house diminta tetap waspada.
"Mempertimbangkan situasi peperangan yang masih berlangsung di beberapa titik di Khartoum, para WNI yang belum dapat menjangkau Safe House KBRI diimbau untuk tetap berada di dalam rumah masing-masing dan tidak melakukan kegiatan di luar rumah. Demi keselamatan, pergerakan menuju Safe House KBRI dilakukan ketika situasi keamanan sudah memungkinkan," jelas Judha Nugraha.
Sebelumnya, ada WNI yang dilaporkan tertembak di tengah peperangan yang terjadi. Judha Nugraha berkata WNI tersebut hanya luka ringan dan sudah pulih.Â
Pihak Kemlu RI juga telah menyalurkan bantuan logistik kepada sekitar 200 WNI, sebab para WNI sudah mulai kesulitan mencari makanan di tengah situasi yang rusuh.Â