Sukses

Kian Terkekang, Perempuan di 2 Distrik Afghanistan Dilarang Taliban Rayakan Lebaran Idul Fitri

Perempuan dilarang keluar berkelompok saat Idul Fitri di dua provinsi Afghanistan.

Liputan6.com, Kabul - Taliban telah melarang perempuan berpartisipasi ikut perayaan Idul Fitri di dua distrik di Afghanistan. Hal itu diberitahukan menjelang perayaan yang meluas di negara itu untuk menandai akhir Ramadhan.

Dua pemberitahuan serupa menunjukkan para pemimpin Taliban setempat di Distrik Baghlan utara dan Distrik Takhar di timur laut mengatakan "perempuan dilarang keluar berkelompok selama hari-hari Idul Fitri" pada Jumat, 21 April 2023.

Perintah tersebut tidak berlaku di seluruh Afghanistan, tetapi hanya di dua distrik.

Hal itu terjadi hanya beberapa minggu setelah serangkaian pembatasan terbaru Taliban telah melarang keluarga dan perempuan mengunjungi restoran dengan taman atau ruang hijau di Provinsi Herat barat laut Afghanistan.

Seorang pejabat mengatakan perintah tersebut melarang perempuan mengunjungi restoran dengan taman setelah keluhan dari ulama dan anggota masyarakat yang menentang pencampuran gender di ruang tersebut.

Baru-baru ini, pemimpin tertinggi Afghanistan, Hibatullah Akhundzada, merilis pesan Idul Fitri ke negara itu dalam lima bahasa yakni Arab, Dari, Inggris, Pashto, dan Urdu.

Di akhir pesan Ramadan, Akhundzada memuji Taliban karena membuat "kemajuan" di Afghanistan setelah mengambil alih kendali pemerintahan pada Agustus 2021.

"Efek intelektual dan moral yang buruk dari pendudukan 20 tahun akan segera berakhir," katanya dan memuji "hidup dalam terang" Syariah atau hukum Islam, seperti dikutip dari Independent, Sabtu (22/4/2023).

Pemimpin tersebut diyakini telah memainkan peran yang kuat dalam mendikte undang-undang dan kebijakan domestik di Afghanistan, terutama yang melarang pendidikan anak perempuan setelah kelas enam, melarang perempuan Afghanistan dari kehidupan publik, serta bekerja di organisasi non-pemerintah dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Perempuan di Afghanistan telah dilarang oleh Taliban di ruang publik seperti taman dan pusat kebugaran. Langkah-langkah itu telah memicu kegemparan internasional yang sengit, meningkatkan isolasi negara pada saat ekonominya runtuh, dan memperburuk krisis kemanusiaan.

Promosi 1
2 dari 4 halaman

PBB Kutuk Taliban atas Larangan Perempuan Afghanistan Bekerja di PBB

Tidak hanya itu, para pejabat PBB mengutuk keputusan Taliban untuk melarang staf perempuan Afghanistan bekerja di PBB.

Terlepas dari janji awal pemerintahan yang lebih moderat daripada selama masa kekuasaan sebelumnya, Taliban telah memberlakukan tindakan keras sejak mengambil alih negara itu pada 2021 ketika pasukan Amerika Serikat (AS) dan North Atlantic Treaty Organization (NATO) menarik diri dari Afghanistan setelah perang selama dua dekade.

Para perempuan Afghanistan sudah dilarang bekerja di organisasi non-pemerintah nasional dan internasional, mengganggu pengiriman bantuan kemanusiaan. Namun, larangan tersebut sebelumnya tidak mencakup bekerja untuk PBB, dilansir dari NBC News, Kamis (6/4/2023).

Pada Selasa, 4 Maret 2023, misi PBB di Afghanistan menyatakan keprihatinannya setelah staf perempuannya dicegah melapor untuk bekerja di provinsi Nangarhar timur. Stephane Dujarric selaku juru bicara PBB mengatakan para pejabat badan itu diberitahu bahwa larangan itu berlaku di seluruh negeri.

Juru bicara Taliban tidak segera tersedia untuk dimintai komentar, dan pihak berwenang belum mengeluarkan pernyataan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres turut mengutuk keras larangan staf perempuan untuk bekerja di Nangarhar.

Baca selebihnya di sini...

3 dari 4 halaman

Perempuan Afghanistan Dilarang Terlibat dalam Aktivitas LSM, Perwakilan PBB Temui Taliban

Tidak hanya mengutuk Taliban akan keputusannya itu, penjabat kepala misi PBB untuk Afghanistan pernah melakukan pertemuan dengan pihak Taliban pada Desember 2022.

Perwakilan PBB itu mengatakan kepada penjabat menteri ekonomi pemerintahan Taliban untuk membatalkan keputusan melarang perempuan bekerja di lembaga swadaya masyarakat (LSM) selama pertemuan.

"Jutaan warga Afghanistan membutuhkan bantuan kemanusiaan dan menghilangkan hambatan sangat penting," kata pihak UNAMA dalam pernyataan, seperti dikutip dari NST.com.my, Selasa (27/12/2022).

Ia menambahkan bahwa penjabat kepala UNAMA dan Ramiz Alakbarov selaku koordinator kemanusiaan telah bertemu dengan menteri ekonomi Mohammad Hanif.

Kementerian Hanif pada Sabtu, 24 Desember 2022 juga memerintahkan semua organisasi non-pemerintah lokal dan asing untuk tidak membiarkan staf perempuan bekerja sampai pemberitahuan lebih lanjut. Perintah tersebut tidak berlaku langsung untuk PBB, tetapi banyak dari programnya dilaksanakan oleh LSM yang berkaitan pada perintah tersebut.

Beberapa kelompok bantuan asing mengumumkan bahwa mereka menangguhkan operasional di Afghanistan setelah Taliban memerintahkan semua LSM untuk menghentikan staf perempuan bekerja. Pengumuman mereka memicu peringatan dari pejabat internasional dan dari LSM bahwa bantuan kemanusiaan akan sangat menderita atas kebijakan Taliban.

Baca selebihnya di sini...

4 dari 4 halaman

Dewan Keamanan PBB Khawatirkan Sikap Taliban Terhadap Kaum Perempuan di Afghanistan

Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara juga pernah mengungkapkan rasa khawatirnya dengan semakin parahnya pembatasan bagi pendidikan perempuan di Afghanistan pada Selasa, 27 Desember 2022.

"Partisipasi perempuan dan anak perempuan yang sepenuhnya, setara, dan penuh arti di Afghanistan yang menunjukkan peningkatan erosi untuk menghormati hak asasi manusia dan kebebasan fundamental," seru mereka seperti dilansir dari CNN, Kamis (29/12/2022).

Pembatasan baru menandai langkah lain dalam tindakan brutal Taliban terhadap kebebasan perempuan Afghanistan menyusul pengambilalihan negara dari tangan Ashraf Ghani Ahmadzai pada 15 Agustus 2021 silam.

Taliban sendiri sudah berulang kali mengklaim akan melindungi hak-hak anak perempuan dan perempuan. Kelompok tersebut bahkan melakukan sebaliknya yang di mana mereka merampas kebebasan yang diperoleh dengan susah payah dan penuh perjuangan dari kaum perempuan tanpa lelah selama dua dekade terakhir.

Baca selebihnya di sini...