Liputan6.com, Khartoum - Prancis telah memulai "operasi evakuasi cepat" warga negara dan personel diplomatiknya dari Sudan. Hal tersebut diungkapkan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Prancis pada Minggu (23/4/2023).
"Itu akan mencakup warga negara Eropa dan mitra sekutu," sebut Kemlu Prancis seperti dilansir CNN.
Langkah evakuasi juga diambil pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Irak atas staf kedutaan mereka di ibu kota Khartoum. Sementara itu, evakuasi pertama warga sipil dari negara-negara seperti Qatar, Mesir, Kanada, India, Burkina Faso, dan Uni Emirat Arab dilakukan oleh Arab Saudi.
Advertisement
Pertempuran antara dua faksi militer yang bersaing di negara itu, Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF), terus berlanjut meskipun gencatan senjata 72 jam diumumkan selama hari raya Idul Fitri.
Ledakan keras dan bentrokan dilaporkan terjadi pada Minggu pagi, terutama di sekitar markas militer dan istana presiden di Khartoum.
Saksi mata mengatakan kepada CNN bahwa mereka dapat mendengar serangan udara dan senjata berat yang digunakan di Khartoum serta peluncur roket.
RSF Bantah Bebaskan Tahanan
Pada Sabtu (22/4) malam, juru bicara SAF mengatakan bahwa RSF telah membebaskan narapidana dari dua penjara – El Hoda di barat laut Omdurman dan satu di Soba.
Di antara narapidana El Hoda adalah anggota dinas keamanan, beberapa di antaranya telah dijatuhi hukuman mati. Ada juga anggota RSF di dua penjara tersebut.
RSF membantah telah membebaskan tahanan.
Di Bahri, sebuah kota di utara Khartoum, ratusan warga sipil pada Sabtu malam memprotes pertempuran dan kekerasan. Saksi mata mengatakan kepada wartawan CNN bahwa mereka menggunakan lampu dari ponsel sambil berjalan. Protes berlalu tanpa kekerasan atau penangkapan.
Wartawan CNN mengatakan ada akses internet terbatas ke penyedia internet di Sudan.
Advertisement