Sukses

China Menyangkal Pernyataan Diplomatnya yang Mempertanyakan Kedaulatan Ukraina

Kedutaan Besar China di Paris menyebutkan bahwa pernyataan Dubes Lu Shaye adalah sudut pandang pribadi dan tidak boleh ditafsirkan secara berlebihan.

Liputan6.com, Beijing - China menjauhkan diri dari pusaran kontroversi atas pernyataan perwakilan diplomatiknya yang mempertanyakan kedaulatan Ukraina dan negara-negara bekas Uni Soviet lainnya.

Pernyataan Duta Besar China untuk Prancis Lu Shaye pekan lalu menyebabkan kemarahan yang meluas, mendesak Beijing melakukan klarifikasi.

China merupakan sekutu utama Presiden Vladimir Putin dan tidak mengutuk invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu.

Dalam wawancaranya untuk jaringan LCI Prancis pekan lalu, Dubes Lu Shaye ditanya tentang pandangan China soal status Krimea yang dianeksasi Rusia pada tahun 2014. Pewawancara berargumen bahwa berdasarkan hukum internasional, wilayah tersebut adalah bagian dari Ukraina.

Dubes Lu Shaye meresponsnya dengan mengatakan bahwa persoalan itu tidak jelas dan negara-negara seperti Ukraina tidak dapat merujuk pada hukum internasional untuk mempertahankan kedaulatan mereka.

"Bahkan negara-negara bekas Uni Soviet ini tidak memiliki status efektif di bawah hukum internasional karena tidak ada kesepakatan internasional di bawah hukum internasional untuk mengkonkretkan status mereka sebagai negara berdaulat," kata Dubes Lu Shaye seperti dikutip dari BBC, Selasa (25/4/2023).

Presiden Putin sering menantang kemerdekaan Ukraina. Dalam pidatonya beberapa hari sebelum dimulainya invasi Rusia tahun lalu, dia menyangkal Ukraina memiliki "kenegaraan nyata" dan mengatakan Ukraina merupakan bagian integral dari sejarah dan budaya Rusia.

2 dari 2 halaman

Bukan Kali Pertama

Pada Senin (24/4), juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning menolak posisi Lu Shaye, dengan mengatakan Beijing menghormati kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah semua negara dan menjunjung tinggi tujuan dan prinsip Piagam PBB.

Kedutaan Besar China di Paris lantas merilis pernyataan yang menyebutkan bahwa pernyataan Dubes Lu Shaye adalah sudut pandang pribadi dan tidak boleh ditafsirkan secara berlebihan.

Tiga negara Baltik, Lituania, Latvia, dan Estonia, telah memanggil perwakilan China untuk mengklarifikasi pernyataan Dubes Lu Shaye.

Menteri luar negeri Uni Eropa lainnya mengutuk pernyataan tersebut dan dikabarkan akan membahasnya dalam pertemuan blok tersebut pada Senin.

Penasihat presiden Ukraina, Mykhaylo Podolyak, juga mempertanyakan interpretasi Dubes Lu Shaye tentang hukum internasional dan menggambarkan pendapatnya tentang Krimea "tidak masuk akal".

Lu Shaye bukan kali pertama menimbulkan kontroversi. Sosok yang dikenal sebagai salah satu "Prajurit Serigala" dalam diplomasi China karena gayanya yang kasar.

Pada Juni 2021, dia mengatakan kepada media Prancis bahwa dia "terhormat" diberi gelar duta besar karena ada begitu banyak "hyena gila yang menyerang China". Lu Shaye telah beberapa kali dipanggil oleh pemerintah Prancis untuk menjelaskan ucapannya, termasuk karena menyebut para lansia ditelantarkan di panti jompo selama pandemi COVID-19.

Video Terkini