Liputan6.com, Jakarta - Gencatan senjata selama 72 jam yang mulai berlaku di Sudan sejak Senin (24/4) dimanfaatkan oleh sejumlah negara untuk melakukan upaya evakuasi terhadap warganya.
Terlihat dengan adanya peningkatan upaya evakuasi, dikutip dari laman BBC, Selasa (25/4/2023).
Baca Juga
Berikut sejumlah negara yang telah melakukan proses evakuasi setelah konflik Sudan:
Advertisement
1. Indonesia
Otoritas Indonesia telah melakukan evakuasi tahap I, dengan memindahkan warganya terlebih dahulu ke Jeddah, sebelum akhirnya tiba di Tanah Air.
2. Uni Eropa
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan bahwa lebih dari 1.000 warga Uni Eropa telah dievakuasi.
3. Prancis
Prancis telah menerbangkan 400 orang dari berbagai wilayah ke Djibouti.
4. Belanda
Belanda mengatakan telah mengirim dua pesawat untuk menerbangkan warga negaranya ke Yordania terlebih dahulu.
5. Italia
Italia mengevakuasi sekitar 200 orang dalam operasi militer Minggu (23/4), menyelamatkan semua warga negara Italia yang "meminta untuk pergi" dan lainnya termasuk perwakilan dari Vatikan.
6. Jerman
Jerman mengatakan bahwa tiga penerbangan telah berangkat dan yang keempat sedang dalam perjalanan untuk mengangkut total 400 orang.
7. Austria, Bulgaria, Hongaria, dan Rumania
Austria (7) Bulgaria (8) Hungaria (9) dan Rumania (10)mengatakan warganya telah dievakuasi dengan bantuan asing. Sekitar 65 orang dari negara-negara tersebut masih menunggu penyelamatan.
11. Spanyol
Sebuah pesawat militer Spanyol dengan 100 penumpang, 30 di antaranya orang Spanyol, sebagian besar lainnya dari negara-negara Amerika Latin, berangkat hari Minggu ke Djibouti, keluar dari Sudan.
Khartoum Sunyi Senyap Usai SAF dan RSF Berlakukan Gencatan Senjata Selama 72 Jam
Ibu kota Sudan seketika sunyi senyap usai dimulainya gencatan senjata selama 72 jam sejak Senin (24/4) malam.
Keadaan tenang terpantau di ibu kota Sudan, Khartoum. Gencatan senjata ini dimulainya dilakukan antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter, dikutip dari laman BBC, Selasa (25/4/2023).
TV Al-Arabiya Saudi pada Selasa pagi mengatakan, gencatan senjata telah berlangsung sejauh ini dan "tidak ada keluhan pelanggaran".
Tidak ada laporan tentang suara tembakan dan jalan-jalan di Khartoum sebagian besar kosong.
Tujuh orang dilaporkan tewas dalam serangan udara di selatan ibu kota, menjelang pengumuman gencatan senjata.
Saksi mata mengatakan kepada situs berita Darfu24 bahwa puluhan orang terluka akibat pesawat militer yang menargetkan daerah pemukiman di lingkungan Kalakla.
Dewan Keamanan PBB telah merencanakan pertemuan pada Selasa (25/4) untuk membahas konflik Sudan karena pemerintah asing terus menerbangkan warganya ke luar negeri.
Advertisement
Penyebab Konflik Sudan yang Kini Tewaskan Lebih dari 400 Warga Sipil
Dikutip dari laman BBC, penyebab konflik Sudan bermula ketika negara tersebut dilanda kudeta tahun 2021. Sejak itu, Sudan dijalankan oleh dewan jenderal, yang dipimpin oleh dua orang petinggi militer, yang kemudian menjadi cikal bakal perselisihan ini.
Mereka adalah Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, kepala angkatan bersenjata dan presiden negara itu dan wakilnya serta pemimpin RSF, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, lebih dikenal dengan nama Hemedti.
Masalah utama adalah rencana untuk memasukkan sekitar 100.000 Rapid Support Forces (RSF) ke dalam tubuh tentara, dan siapa yang kemudian akan memimpin pasukan baru tersebut.
Mengapa dan Kapan Perang di Sudan Pecah?
Aksi penembakan menjadi pemicu konflik Sudan, tepatnya pada tanggal 15 April setelah ketegangan berhari-hari terjadi.
Kala itu, anggota RSF ditempatkan kembali di seluruh negeri dalam suatu tindakan yang dianggap oleh tentara negara sebagai bentuk ancaman.
Ada harapan bahwa pembicaraan dapat menyelesaikan situasi tetapi ini tidak pernah terjadi.
Masih diperdebatkan siapa yang melepaskan tembakan pertama tetapi pertempuran dengan cepat meningkat di berbagai bagian negara. Akibatnya, lebih dari 400 warga sipil tewas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Advertisement