Sukses

Pakaian Mewah Putri Kim Jong Un Bikin Kesal Rakyat Korea Utara, Berapa Harganya?

Penampilan Kim Ju Ae, putri kesayangan Kim Jong Un, yang tampil dengan pakaian mewah dalam setiap sesi publik jadi sorotan warga Korea Utara yang dilanda kelaparan.

Liputan6.com, Pyongyang - Penampilan Kim Ju Ae di televisi Korea Utara kembali jadi sorotan dan tak ayal memancing rasa kesal dari warga. Pasalnya, putri dari Kim Jong Un itu terus tampil dengan pakaian modis, berbeda dari gadis-gadis lain dari negaranya.

Menurut laporan Radio Free Asia, Rabu (26/4/2023), awalnya warga Korea Utara senang melihat kemunculan Kim Ju Ae di TV. Saat itu ia mengenakan pakaian sederhana. Namun semakin sering ia tampil, pakaian yang dikenakan terlihat kian glamor. Ironi, padahal rakyatnya kesulitan bertahan hidup.

"Pertama kalinya, ketika ia tampil di pakaian yang relatif sederhana, orang-orang menyambutnya karena mereka membandingkannya dengan Kim Jong Il yang dulu tidak pernah menampilkan anak-anaknya," ujar seorang warga di Hyesan, dekat perbatasan China. Identitasnya dirahasiakan untuk kepentingan keamanan.

"Sekarang, mereka sudah mengganti pakaiannya ke pakaian aristokratik yang mewah bergengsi yang anak-anak gadis biasa tidak akan bisa pakai," lanjut sumber tersebut.

Sumber dari Hyesan itu menambahkan bahwa Kim Ju Ae terasa lebih dihormati ketimbang pejabat-pejabat senior yang sudah berumur.

Menurut warga Korea Utara lain dari Provinsi Hamgyong Utara, pakaian Kim Ju Ae sudah melebihi orang dewasa. Kim Ju Ae juga dianggap mendapatkan perlakuan khusus. 

Berapa Harganya?

Radio Free Asia (RFA) mencoba mengidentifikasi dua pakaian Kim Ju Ae. Ada harga bajunya yang diduga standar (untuk ukuran negara maju) dan ada juga yang diduga sangat mahal.

Baju blus putih yang pernah dipakai Kim Ju Ae ketika mengunjungi National Aerospace Development Administration pada April 2023 jadi salah satu yang diidentifikasi.

<p>Foto yang dirilis pemerintah Korea Utara menunjukkan Kim Jong Un dan putrinya Kim Ju Ae mengunjungi National Aerospace Development Administration di Korea Utara pada Selasa (18/4/2023). (Dok. KCNA via AP)</p>Berdasarkan pemeriksaan Google Lens, pihak RFA menemukan baju yang sama di situs YESSTYLE di Hong Kong. 

Harga baju itu US$21 (Rp 311 ribu). Perwakilan YESSTYLE mengakui bahwa baju tersebut mirip dengan yang mereka jual, namun mereka tidak bisa memberikan konfirmasi 100 persen. Pihak YESSTYLE juga mengaku tidak mengirim ke Korea Utara

Namun, barang itu juga dijual di platform Alibaba dan bisa dikirim ke berbagai lokasi dengan ALIEXPRESS.

Pakaian lain yang diduga mahal adalah jaket yang digunakan Kim Ju Ae pada Maret 2023 lalu di Bandara Internasional Pyongyang. Jaket hitam itu diduga merk Dior dan seharga US$1.900 (Rp 28,1 juta).

 

US$1: Rp 14.836

2 dari 4 halaman

Warga Korea Utara Kelaparan

Lee Seo Hyun, warga Korea Utara yang melarikan diri dan kini tinggal di Amerika Serikat, berkata bahwa masyarakat Korut dihantam masalah kelaparan, sementara Kim Ju Ae tampil mewah.

"Krisis pangan yang terjadi baru-baru ini di Korea Utara cukup serius hingga beberapa orang mati kelaparan," ujar wanita itu. "Penampilan publik keluarga Kim yang hidup sebuah kehidupan mewah, seperti ketika mereka memakai barang-barang mewah, bisa memberikan dampak," ujarnya.

Jonathan Corrado, Dircctor of Policy dari Korea Society, juga menyorot bahwa pemerintah Korea Utara selama ini menolak hidup mewah seperti Barat. Sementara itu, anak Kim Jong Un bisa berdandan mewah.

"Sebagaimana rakyat biasa Korea Utara sedang kesulitan, belanja yang dilakukan kelas penguasa bisa membuat masyarakat tersinggung," kata Corrado.

"Masalah ini semakin berat karena PBB menjegal Korea Utara membeli barang-barang mewah dan fakta bahwa pihak berwenang telah menyebut sejumlah busana Barat sebagai penanda kapitalisme yang dekaden."

3 dari 4 halaman

Studi Ungkap Penderitaan Tahanan Korea Utara: Aborsi Paksa, Kerja Rodi, hingga Makan Kecoak

Bicara soal Korea Utara, narapidana Korea Utara dilaporkan menderita penyiksaan dan perlakuan buruk yang sistematis selama berada di tahanan. Hal itu diungkapkan oleh organisasi nirlaba, Korea Future, yang fokus menyelidiki dan mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Korea Utara dalam laporannya pada Jumat (24/3/2023).

"Tahanan -yang berada di lebih dari 200 fasilitas di seluruh Korea Utara- dididik ulang melalui kerja paksa, instruksi ideologis, dan kebrutalan hukuman dengan tujuan untuk memaksa ketaatan dan kesetiaan kepada Kim Jong Un selama dan setelah penahanan," sebut laporan Korea Utara seperti dilansir Business Insider, Senin (27/3). 

Pelanggaran hukum internasional dalam penahanan yang disebutkan pada laporan Korea Future antara lain pemerkosaan dan kekerasan seksual, kerja paksa, perlakuan yang merendahkan, penyiksaan, dan penolakan pemeriksaan kesehatan. Korea Future mengungkapkan bahwa laporan mereka didasari oleh wawancara dengan para korban, pelaku, dan saksi serta tinjauan dokumen internal.

"Tujuan dari laporan kami pada dasarnya adalah untuk mengungkap pelanggaran HAM yang terjadi dalam sistem pemasyarakatan Korea Utara. (Laporan itu) menemukan bahwa 10 tahun setelah PBB membentuk Komisi Penyelidikan, masih ada pelanggaran HAM yang sistematis dan meluas," kata Kim Jiwon, penyelidik Korea Future.

Laporan Korea Future sendiri fokus pada kasus dari tiga korban yang dipenjara karena berusaha kabur dari Korea Utara atau karena membantu orang lain meninggalkan negara tersebut.

Korea Utara belum menanggapi laporan tersebut.

4 dari 4 halaman

Aborsi Paksa hingga Terpaksa Makan Kecoak

Sementara itu, seorang wanita hamil berusia 30-an yang ditangkap di China dibawa kembali ke Korea Utara dan menjalani penahanan di tiga fasilitas terpisah, salah satunya adalah kamp pendidikan ulang. Laporan Korea Future menyebutkan bahwa selama penahanan pra-sidang, wanita itu dipaksa melakukan aborsi saat kondisi kehamilannya sekitar tujuh bulan.

Permohonan tahanan lain atas apa yang disebut Korea Future hak atas makanan juga dilaporkan ditolak, sehingga akses ke makanan yang memadai secara kuantitatif dan kualitatif terputus.

Kasus tersebut dialami seorang pria usia 40-an yang membantu warga Korea Utara meninggalkan negara itu dan menyelundupkan barang-barang dari China. Dia ditahan di kamp pendidikan ulang, di mana dia disiksa melalui penolakan terhadap akses makanan secara sistematis.

Pria tersebut menjadi sasaran kerja paksa dan jumlah makanan yang dia terima bergantung pada berapa banyak pekerjaan yang dia lakukan setiap hari. Jika memenuhi kuota, dia mendapat lebih dari empat ons jagung sehari. Tetapi jika tidak, jumlahnya turun menjadi di bawah tiga ons.

Untuk mencukupi kebutuhan makanannya, pria itu rutin menangkap kecoak dan hewan pengerat. Imbasnya, dia mengalami penurunan berat badan yang ekstrem.