Liputan6.com, Kailua - Seorang penumpang Australia dilaporkan hilang secara misterius dari kapal pesiar yang berlayar dari Brisbane Australia menuju Hawaii Amerika Serikat.
Sejauh ini ia diyakini telah jatuh ke laut. Kendati demikian penjaga pantai AS tidak menemukan tanda-tanda kehidupan di laut lepas tersebut.
Menurut laporan yang diterima penjaga pantai pada Selasa 25 April 2023 malam, kapal pesiar Quantum of the Seas melapor tentang pria diduga jatuh ke laut sekitar 500 mil (805 kilometer) selatan Kailua Kona, Big Island.
Advertisement
Kapal pesiar tersebut sempat siap siaga di lokasi selama sekitar dua jam dan memasang enam cincin penyelamat dalam upaya menyelamatkan penumpang.
Tetapi karena tidak ada jejak yang ditemukan, mereka akhirnya melanjutkan perjalanan.
Upaya penyelamatan dilanjutkan oleh Penjaga Pantai AS menggunakan Helikopter Hercules. Berlangsung selama enam jam pada Rabu 26 April, hasil pencarian nihil.
Dikabarkan bahwa mereka akan mulai melanjutkan pencarian lagi pada Kamis 27 April pagi.
Pihak Royal Caribbean yang mengoperasikan kapal pesiar Quantum of the Seas, mengeluarkan pernyataan yang mengonfirmasi seorang penumpang hilang.
"Saat dalam pelayaran trans-pasifik, seorang tamu di Quantum of the Seas jatuh ke laut," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan, mengutip dari media CNN pada hari Kamis (27/4/2023).
"Awak kapal segera meluncurkan operasi pencarian dan penyelamatan, sembari bekerja sama dengan pihak berwenang setempat," tambah perusahaan itu.
Pelayaran 16 Hari Quantum of The Seas
Salah satu saksi di kapal saat itu, Georgina Thompson, mengatakan bahwa dia dan suaminya sedang berada di tempat tidur ketika mereka mendengar panggilan "Oscar, oscar, oscar" – kode kapal pesiar untuk "man overboard" atau orang yang terjatuh ke laut.
“Ada lampu, Anda tahu kan, lampu senter besar yang menyinari lautan,” katanya.
Kapal pesiar Quantum of the Seas berencana untuk melakukan pelayaran 16 hari yang berangkat dari Brisbane, Australia pada 12 April dan dijadwalkan mencapai Honolulu, Hawaii pada 28 April.
Pada tahun 2014, kapal tersebut melakukan pelayaran perdananya dari Southampton ke New York, dan saat itu dicap sebagai "kapal pesiar terpintar di dunia" dengan adanya pelayan robot dan fitur skydiving di dek.
Kapal 16 lantai itu memiliki ruang untuk 4.500 penumpang dan 1.500 awak, menurut situs web perusahaan pelayaran.
Advertisement
Symphony of The Seas
Royal Caribbean beberapa waktu lalu di tahun 2018 meluncurkan kapal pesiar terbesar di dunia. Namanya adalah Symphony of the Seas.
"Merupakan sebuah kebanggaan dan momen mengagumkan untuk menyambut anggota keluarga baru ini,” ucap CEO Royal Caribbean, Michael Bayley, pada acara peluncuran kapal pesiar di St Nazaire, Prancis.
Ia menambahkan, “Kapal ini akan membawa keluarga pada pengalaman berlibur yang berbeda.”
Kapal Symphony of the Seas memiliki panjang sekitar 362 meter atau sedikit lebih besar dari pendahulunya, yakni kapal Harmony of the Seas. Akan ada lebih banyak kabin di kapal terbaru itu. Termasuk di dalamnya adalah family suites dua lantai dengan nuansa warna cerah. Secara total, Symphony of Seas bisa menampung hingga lebih dari 6.000 penumpang.
Ada berbagai wahana menyenangkan di kapal itu. Kapal tersebut memiliki atraksi laser dan juga beberapa kolam renang, seluncur, dan pertunjukan langsung. Untuk urusan makanan di kapal itu hadir restoran seafood baru selain juga berbagai restoran dan bar lain yang bisa dipilih oleh para penumpang.
Minat Wisata Kapal Pesiar
Berwisata dengan kapal pesiar jadi pilihan menarik dan kian diminati oleh berbagai kalangan masyarakat. Hal ini terbukti dari trend wisata kapal pesiar yang setiap tahun terus meningkat.
"Saat ini Royal Caribbean berada di posisi yang strategis untuk memenuhi permintaan liburan di atas kapal pesiar khususnya untuk turis di Indonesia," kata Assisten Marketing Manager GSA Royal Caribbean Indonesia, Rachel Roselinadji, saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu, 9 November 2019.
Meningkatnya jumlah wisatawan Indonesia yang berlibur dengan kapal pesiar juga diamini Assistant Vice President Sales Genting Cruise Lines Indonesia, Ika Safitri Nafisah.
"Kalau bisa dibilang jumlah wisatawan Indonesia perkembangannya sangat meningkat, tapi ya itu kami belum punya kapal pesiar sendiri. Jadi, wisatawan Indonesia harus terbang dulu ke negara lain, misalnya ke Singapura dan Hong Kong atau Australia untuk bisa menikmati berlibur dengan kapal pesiar," ujar Ika saat dihubungi secara terpisah, Jumat, 8 November 2019.
Advertisement