Liputan6.com, Nepal - Sebanyak 463 izin telah diberikan oleh Nepal kepada para pendaki di ekspedisi musim semi ke Gunung Everest.
Ratusan izin itu dikeluarkan meski ahli mengkhawatirkan terjadi kepadatan di puncak yang mungkin akan berbahaya.
Baca Juga
Sekitar 367 pendaki pria dan 96 wanita dari 65 negara sejauh ini telah mendapat izin untuk mendaki gunung tertinggi di dunia yang terletak di sisi Nepal, Yubaraj Khatiwada.
Advertisement
Direktur Departemen Pariwisata Nepal mengatakan bahwa pendaki gunung asal Amerika dan China menempati urutan teratas daftar pendaki.
Melansir BBC, Sabtu (29/4/2023), diketahui bahwa musim semi disebut sebagai waktu utama atau terbaik untuk mendaki Gunung Everest. Meskipun beberapa pendaki mungkin lebih memilih menelusuri gunung itu di musim gugur yang walaupun tidak lebih menguntungkan.
Sebagian besar pendaki mencoba mendaki puncak Everest pada bulan Mei. Biasanya setelah pertengahan Mei, suhunya lebih hangat dan angin di ketinggian yang dikenal sebagai jet stream telah menjauh dari pegunungan.
Timing yang pas ini sangat berhubungan dengan keselamatan para pendaki.
Setiap langkah yang diambil oleh para pendaki telah terlebih dahulu melalui pertimbangan dan perencanaan, keselamatan tetap menjadi yang paling utama.
Situasi dan kondisi ekstrem di atas gunung menjadi tantangan besar. Untuk mencapai puncak, para pendaki membutuhkan waktu lebih dari empat minggu.
Para pendaki, bersama anggota staf dan pemandu Sherpa, akan menghabiskan hampir dua minggu mendaki ke base camp Everest, yang berada di ketinggian sekitar 17.000 kaki (hampir 5.200 meter).
Mereka kemudian akan menghabiskan waktu sekitar dua minggu untuk menyesuaikan diri dengan ketinggian dan menunggu kondisi cuaca yang baik sebelum melanjutkan selama empat hari lagi, mencapai kamp lain dan akhirnya naik ke puncak.
Jika terburu-buru, bukan pemandangan menakjubkan dari atas puncak yang mereka dapatkan, melainkan malapetaka.
Tak hanya pendaki, tim pendukung (staf dan pemandu) pun sering kali terkena musibah di atas gunung tertinggi sedunia itu.
Waspada Puncak Everest Penuh Pendaki!
Diperlukan langkah serius untuk mengatasi bahaya yang mungkin terjadi dari kepadatan di Everest.
Salah satu penyebab kemacetan atau kepadatan adalah sejumlah besar orang yang ingin mencoba mencapai puncak Everest dalam waktu singkat. Ini terbukti menyebabkan kemacetan lalu lintas di puncak pada masa lalu, ratusan orang mengantri untuk mencapai puncak dalam waktu yang sama.
"Kemacetan" itu terdokumentasikan dalam sebuah foto yang diambil oleh salah seorang pendaki, Nirmal Purja. Ia menunjukkan betapa padatnya jalur pendaki yang berkerumun di punggung bukit terbuka untuk menuju ke puncak gunung.Â
Kejadian pada Mei 2019 itu tertangkap jelas dan viral.
Kepada CNN, Nirmal mengatakan bahwa saat itu ada sekitar 320 orang dalam antrean ke puncak, daerah tersebut dikenal dengan "zona kematian".
Lebih dari 460 pendaki yang telah mendapat izin untuk mendaki musim semi ini akan ditemani oleh lebih dari 1.500 Sherpa Nepal dan staf lainnya di base camp ke atas.Â
Untuk menghindari kepadatan, pihak berwenang Nepal mengatakan bahwa mereka telah memasang lebih dari satu tali di setiap lokasi yang memungkinkan.
"Geografinya tidak dapat kami ubah, tetapi kami berusaha mengelolanya dengan menambahkan beberapa tali," kata Khatiwada, perwakilan pihak berwenang Nepal, kepada CNN.
Advertisement
Perjalanan Panjang untuk Mencapai Puncak
Butuh dua minggu untuk para pendaki, ditemani anggota staf dan pemandu Sherpa, untuk mendaki ke base camp Everest yang berada di ketinggian sekitar 17.000 kaki (hampir 5.200 meter).
Perjalanan dua minggu bukan satu-satunya tantangan yang akan mereka hadapi.
Setelah sampai, mereka akan menghabiskan dua minggu lagi untuk melakukan penyesuaian diri.Â
Tubuh perlu waktu untuk beradaptasi dengan ketinggian.
Selain itu, cuaca juga menjadi pertimbangan. Mereka akan menunggu kondisi cuaca berubah menjadi baik sebelum melanjutkan perjalanan selama empat hari untuk mencapai camp lain.
Tujuan akhir dari perjalanan panjang para pendaki tentu adalah puncak gunung.
Tiga Sherpa diketahui meninggal awal bulan ini akibat terkubur oleh balok salju di Everest.
Menurut pihak berwenang, mereka sedang mengangkut material untuk membangun dan membersihkan jalur yang akan digunakan para pendaki untuk mencapai puncak gunung.
Nepal yang dikenal sebagai rumah dari delapan gunung tertinggi di dunia menjadikan sektor pendakian sebagai sumber pendapatan yang sangat signifikan bagi warga lokal.
Tim besar sangat sering dipekerjakan untuk mendukung para pendaki mencapai puncak.
Pendaki Inggris Raih Rekor Berhasil Daki Gunung Everest Sebanyak 16 Kali
Mendaki Everest merupakan impian bagi para pendaki dari seluruh penjuru dunia. Sekali berhasil menaklukkan gunung tertinggi tersebut mungkin sudah cukup bagi beberapa pendaki, tetapi tidak bagi pria asal Inggris ini.
Pendaki gunung asal Inggris bernama Kenton Cool telah berhasil menyelesaikan puncak ke-16 Gunung Everest yang memecahkan rekor.
Pada hari Sabtu, ia menjadi orang non-Nepal pertama yang menyelesaikan puncak 8.849m (29.032 kaki) sebanyak 16 kali.
Dilansir dari laman BBC, Senin (16/5/2022), dalam 15 perjalanan sebelumnya ke Everest, ia telah menjadi pemandu bagi pendaki gunung terkenal lainnya, termasuk Sir Ranulph Fiennes dan penyiar Ben Fogle.
Fogle mengatakan untuk 48 tahun "mendaki Everest sekali adalah percobaan - untuk mendakinya 16 kali adalah heroik.
"Dia adalah orang pertama yang menyelesaikan mahkota tiga kali lipat Everest, terdiri dari Everest, Lhotse dan Nuptse, dalam satu dorongan tanpa kembali ke base camp.
Â
Advertisement