Liputan6.com, Herculaneum - Sebuah penelitian telah muncul baru-baru ini menyoroti detail mengerikan dari letusan Gunung Vesuvius ke kota Romawi Pompeii dan Herculaneum.
Letusan Gunung Vesuvius terjadi pada 79 Masehi, dan kota-kota tersebut telah hilang lebih dari satu milenium, tetapi fenomena dashyat itu masih diingat hingga sekarang.
Baca Juga
Detail mengerikan yang muncul mengarah pada temuan otak seorang Romawi kuno yang tinggal di kota naas Herculaneum yang berubah menjadi kaca dampak bencana alam itu.
Advertisement
Kini, para ilmuwan telah menerbitkan model terperinci tentang bagaimana erupsi Vesuvius yang juga dikenal sebagai letusan AD79 memuntahkan abu panas dan bagaimana suhu yang sangat tinggi dapat mengubah materi abu-abu menjadi kaca melalui vitrifikasi.
Melansir dari media Mirror.co.uk, Sabtu (29/4/2023), diketahui bahwa vitrifikasi adalah proses di mana suatu zat menjadi sangat panas dan kemudian mendingin dengan sangat cepat yang membuat sesuatu berubah menjadi kaca.
Dalam kasus penduduk Herculaneum yang malang, hal ini disebabkan oleh arus densitas piroklastik dari letusan Gunung Vesuvius. Akibat awan abu dan gas yang menyesakkan pada suhu sekitar 550C, yang akhirnya saat itu menelan kota dan membunuh semua orang yang ada di jalannya.
Dalam kasus beberapa orang dengan nasib yang malang, mereka mencoba untuk berlindung di pemandian batu, dan ini berarti suhunya tidak cukup tinggi untuk langsung menguapkan mereka.
Beberapa akademisi bahkan berpendapat bahwa struktur batu yang dikombinasikan dengan bukti arkeologis mungkin telah mengakibatkan mereka 'terpanggang' di tempat mereka berlindung, atau bahkan hidup cukup lama hingga mati lemas karena asap.
Faktor Penyebab
Hal yang unik dari satu otak ini adalah vitrifikasi, yang juga berarti ada proses pendinginan yang cepat serta pemanasan yang cepat.
Di sini, sebuah model baru menunjukkan bahwa pendinginan mungkin terjadi karena arus piroklastik mengalir keluar di atas air Teluk Napoli.
Penelitian menunjukkan bahwa ada dua faktor kunci yang dapat menyebabkan keadaan sangat langka ini.
Yang pertama adalah semburan panas awal berlangsung cukup singkat sehingga jaringan lunak tidak segera menguap, kemudian terjadi pendinginan cepat yang menyelesaikan proses vitrifikasi.
Para ilmuwan mengatakan, “Efek akibat panas yang diderita oleh para korban, ada ledakan dan hangusnya tengkorak, penguapan otak, tulang retak dan hangus, gigi retak, kontraksi anggota badan, dan degradasi termal hemoprotein darah menunjukkan terjadinya awal yang sangat panas, lebih tinggi dari perkiraan suhu sebelumnya sekitar 500 derajat Celcius."
Adanya sisa tulang juga memberikan indikasi suhu, karena tulang baru bisa hancur pada suhu sekitar 1.000 derajat Celcius -- suhu setinggi ini tidak mungkin tercapai.
Advertisement
Pelestarian Kota
Ironisnya, material piroklastik yang mematikan juga merupakan faktor kunci dalam pelestarian sisa-sisa kota Herculaneum yang luar biasa.
Herculaneum dulunya merupakan pesisir tempat peristirahatan bagi orang Romawi yang kaya.
Keadaan pelestarian yang luar biasa dapat dilihat dari karya seni dan mural, termasuk grafiti, pemandangan dari mitologi Yunani dan Romawi, dan sisa contoh-contoh cabul di rumah bordil Romawi.
Dokumentasi kontemporer dari AD79 juga ada dalam bentuk surat oleh Plinius Muda setelah kematian pamannya yang juga filsuf, "Pliny the Elder", dalam letusan tersebut.
Penemuan Jasad Tahun 2020
Sebelumnya, kerangka yang diyakini sebagai majikan kaya dan seorang budak ditemukan terkubur di bawah letusan gunung berapi Vesuvius hampir 2.000 tahun di Pompeii. Kedua jasad ini diduga sedang melarikan diri dari abu viulkanik awal, menurut laporan pihak taman arkeologi setempat.
Kerangka parsial itu ditemukan selama penggalian sebuah vila di pinggiran kota Pompeii.
Daerah itu adalah area yang sama dengan penemuan kerangka tiga kuda yang ditemukan pada tahun 2017.
Dikutip dari AP, Senin (23/11/2020), pihak taman arkeologi Pompeii mengatakan bahwa kedua kerangka itu tampaknya lolos dari jatuhan abu pertama, kemudian mereka menyerah pada ledakan vulkanik kuat yang terjadi pada hari berikutnya.
Kerangka tersebut kemudian disempurnakan dengan gipsum agar semakin memberi kesan dan menyerupai bentuk asli korban saat terjadinya peristiwa.
Untuk baca selengkapnya mengenai jasad tersebut, klik di sini.
Advertisement