Liputan6.com, London - Rakyat Inggris akan diajak untuk sumpah setia kepada Raja Charles III pada acara penobatan pada Sabtu 6 Mei 2023. Para penonton yang menonton acara dari rumah masing-masing juga diajak ikut bersumpah.
Pihak Uskup Agung Canterbury menyebut sumpah ini sebagai "chorus jutaan orang" (chorus of millions). Selain itu, para pemimpin agama lain juga terlibat dalam prosesi, termasuk pemimpin agama Islam di Inggris.
Baca Juga
Dilaporkan BBC, Minggu (30/4/2023), hal itu terungkap melalui detail penobatan di Westminster Abbey yang dirilis oleh Istana Lambeth, tempat tinggal resmi Uskup Agung Canterbury.
Advertisement
Uskup Agung Canterbury, Justin Welby, adalah sosok yang akan memainkan peran penting dalam koronasi raja, seperti mengambil sumpah hingga memakaikan mahkota.
Berikut terjemahan isi sumpah setia ke Raja Charles III:
"Semua yang menginginkan, di Biara, dan tempat lain, ucapkan bersama-sama: Saya bersumpah bahwa saya akan memberikan kesetiaan sejati kepada Yang Mulia, dan kepada keturunan-keturunan dan penerus-penerus Anda, berdasarkan hukum. Jadi bantu aku Tuhan."
Setelahnya akan ada suara musik, kemudian Uskup Agung dari Canterbury akan berkata: "God save the King".
Penonton akan diminta menjawab:Â "God save King Charles. Long live King Charles. May the King live forever."
Pada penobatan Raja Charles III, Uskup Agung Canterbury mengubah penghormatan dari bangsawan (homage of peers) menjadi penghormatan dari masyarakat (homage of people). Alhasil, tak hanya bangsawan yang diminta sumpah setia, tetapi juga masyarakat.
Pihak Istana Lambeth mengaku senang dengan kebijakan baru ini, sebab melibatkan masyarakat yang menyaksikan penobatan Raja Charles III secara langsung, melalui televisi, mendengarkan, atau secara online.
"Harapan saya adalah pada titik tersebut, ketika Uskup Agung mengajak rakyat terlibat, bahwa orang-orang di mana pun mereka berada, jika mereka nonton di rumah sendiri, menonton TV, akan berucap dengan lantang sebuah rasa ujaran besar di penjuru negeri dan di seluruh dunia untuk mendukung Raja," ujar juru bicara Istana Lambeth.
Melibatkan Berbagai Agama
Jubir Istana Lambeth berkkata bahwa sumpah-sumpah di penobatan Raja Charles III masih akan memiliki nuansa Protestan, namun akan sesuai konteks kehidupan beragama saat ini.
Keluarga kerajaan Inggris tidak mengikuti kristen Katolik, melainkan Gereja Inggris (Church of England).
"Konteks keagamaan dan kebudayaan dari Abad ke-17 sangat berbeda dari Inggris kontemporer hari ini yang memiliki banyak kepercayaan," ujar jubir Istana Lambeth.
Selain itu, bangsawan dari kelompok Muslim, Hindu, Yahudi, dan Sikh akan terlibat dengan cara mempersembahkan regalia penobatan kepada Raja Charles III, seperti gelang, jubah, cincin, dan sarung tangan.
Usai pelayanan agama selesai, Raja Charles III akan mendapatkan salam dari pemimpin agama Yahudi, Hindu, Sikh, Muslim, dan Buddha. Hal itu disebut mencerminkan kepercayaan mendalam Raja Charles untuk mempromosikan dialog antar-agama dan menghormati agama-agama besar di kerajaannya.
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak yang beragama Hindu akan membaca dari kitab Kolose.
Uskup Wanita
Seorang rohaniawan perempuan akan terlibat dalam prosesi ini sejak Gereja Inggris mengizinkan wanita menjadi uskup pada 2014.
Dua wanita itu adalah Uskup Chelmsford Guli Francis-Dehqani dan Uskup Dover, Rose Hudson-Wilkin.
Untuk pertama kalinya, Pemberkatan akan dilakukan juga oleh para pemimpin denominasi Kristen lainnya, termasuk Kardinal Katolik Vincent Nichols.
Â
Advertisement
Jokowi Absen, Pemerintah Indonesia Akan Diwakili Dubes RI untuk Inggris Desra Percaya
Sebelumnya dilaporkan, penobatan Raja Charles III (74) dan Ratu Camilla (75) dari Kerajaan Inggris pada 6 Mei 2023 mengundang antusiasme dari penjuru dunia. Bagaimana tidak, perhelatan semacam itu terakhir kali dilaksanakan pada 2 Juni 1953, saat mendiang Ratu Elizabeth II dimahkotai di Westminster Abbey pada usia 25 tahun.
Sejumlah tamu, mulai dari kalangan bangsawan asing, selebritas, hingga pemimpin asing telah mengonfirmasi kehadiran dalam penobatan Raja Charles III dan Ratu Camilla. Dari kawasan Asia Tenggara, Presiden dan Ibu Negara Filipina Ferdinand Marcos Jr. dan Louise Araneta-Marcos sudah memastikan kedatangan mereka.Â
Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Diundangkah? Jika iya, apakah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Negara Iriana Widodo akan hadir?
Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk Inggris, merangkap Irlandia, dan International Maritime Organization Desra Percaya mengonfirmasi bahwa seperti halnya negara lain, Indonesia, juga menerima undangan penobatan Raja Charles III dan Ratu Camilla.
"Undangan ditujukan kepada kepala negara atau kepala pemerintahan, dalam hal ini Presiden Jokowi. Melalui Ibu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Presiden Jokowi memberikan arahan agar duta besar RI di London mewakili Indonesia. Hal ini karena bapak presiden harus berada di Indonesia untuk mempersiapkan KTT ASEAN 9-11 Mei 2023," demikian penjelasan Desra kepada Liputan6.com, Jumat (28/4/2023).
Lebih lanjut, Desra menjelaskan, penetapan tanggal penobatan sebenarnya sudah dari tahun lalu ketika Raja Charles III naik takhta.
"Namun, Kedutaan Besar RI dan seluruh perwakilan asing di London baru menerima informasi lanjutan bulan lalu. Awal April, undangan resmi pemerintah Inggris kepada presiden RI diterima KBRI London dan diteruskan ke pusat. Dalam kaitan ini, bapak presiden telah mengirimkan surat kepada Raja Charles III pada 14 April 2023, menyampaikan ucapan selamat atas nama pemerintah dan rakyat Indonesia," ungkap Desra.
Ketentuan Berbusana hingga Tempat Duduk Saat Upacara Penobatan Raja Charles III dan Ratu Camilla
Mengingat upacara penobatan bukan sekadar acara penting namun juga sakral, menarik untuk mengetahui ketentuan berbusana yang ditetapkan Kerajaan Inggris. Desra sendiri tidak menampik soal itu.
"Ini topik yang memang sangat menarik buat banyak orang. Protokol kerajaan mengatur khusus tata cara berbusana untuk setiap acara yang berbeda. Untuk penobatan, para tamu pria disarankan menggunakan morning dress sebagaimana saya gunakan saat upacara penghormatan (lying on state) almarhumah Ratu Elizabeth II tahun lalu. Namun, pakaian nasional juga diperkenankan. Untuk wanita, biasanya dress atau pakaian nasional. Karena kali ini acara bersifat perayaan, mungkin saya akan memilih menggunakan pakaian nasional untuk sekaligus mempromosikan Indonesia," kata Desra.
Sebagaimana acara kenegaraan termasuk di Indonesia, sebut Desra, ada aturan ketat soal barang yang boleh/tidak boleh dibawa.
"Keselamatan, keamanan, dan tentu kenyamanan para tamu negara adalah prioritas," tutur diplomat senior RI itu.
Mengenai rute yang akan ditempuh para tamu yang hadir dalam upacara penobatan, Desra mengatakan, "Pengaturan detail biasanya baru diinfokan menjelang acara, demi alasan keamanan. Apalagi Westminster Abbey dan Buckingham Palace merupakan dua bangunan yang cukup dekat dengan jalan umum. Banyak rekayasa lalu lintas hingga 5 km dari kedua lokasi ini."
"Dari pengalaman upacara lying on state lalu, para tamu negara bertemu di titik kumpul khusus tidak jauh dari Westminster Abbey dan kemudian bersama-sama naik bis yang disediakan ke lokasi. Kendaraan pribadi tidak diperkenankan dan akses menuju kedua lokasi juga ditutup untuk umum. Saya sendiri sudah sangat terbiasa berjalan kaki di London, termasuk saat pulang dari acara resmi di Buckingham Palace," ujar Desra.
Soal posisi duduk, Desra menuturkan, "Ada protokol kerajaan yang menentukan pengaturan posisi atau preseance, bahkan urutan duduk keluarga kerajaan juga ada formulanya. Ini bagian dari tata krama diplomatik. Informasi rinci baru akan diinfokan mendekati acara."
Advertisement