Liputan6.com, Beijing - Pihak berwenang China pada Minggu (30/4) dikabarkan telah membebaskan seorang pria yang dipenjara selama tiga tahun akibat dugaan mempublikasikan video rumah sakit dan jenazah yang penuh sesak selama wabah COVID-19. Hal itu diumumkan oleh kerabat pria tersebut.
Fang Bin dan anggota masyarakat lainnya yang dijuluki 'wartawan atau jurnalis warga' memposting rincian pandemi pada awal tahun 2020 di internet dan media sosial. Hal itu mempermalukan pejabat China yang menghadapi kritik karena gagal mengendalikan wabah tersebut.
Baca Juga
Video terakhir Fang --seorang penjual pakaian tradisional Tiongkok-- yang diposting di Twitter adalah selembar kertas bertuliskan, "Semua warga menentang, menyerahkan kembali kekuasaan kepada rakyat."
Advertisement
Kasus Fang adalah bagian dari tindakan keras Beijing terhadap kritik terhadap penanganan awal pandemi di China, karena Partai Komunis yang berkuasa berusaha untuk mengontrol narasi negara atas wabah tersebut.
Menurut sejumlah laporan yang dihimpun oleh kantor berita The Associated Press, pria itu telah dibebaskan pada Minggu 30 April, menurut dua orang yang tidak mau disebutkan namanya karena takut akan konsekuensi dari pemerintah.
Salah satu dari mereka mengatakan Fang dijatuhi hukuman tiga tahun penjara karena "memicu pertengkaran dan memprovokasi masalah", tuduhan ambigu yang biasanya digunakan terhadap pembangkang politik, demikian seperti dikutip dari Channelnewsasia (30/4).
Associated Press tidak dapat mengkonfirmasi pembebasannya secara independen dan tidak dapat mengkonfirmasi detailnya dengan pihak berwenang.
Dua kantor biro keamanan publik Wuhan tidak memberikan nomor telepon kantor informasi mereka atau menjawab pertanyaan apa pun. Panggilan telepon ke pengadilan yang dilaporkan menjatuhkan hukuman kepada Fang berdering, namun tidak dijawab. Seorang wanita dari pengadilan lain yang dilaporkan menangani banding Fang mengatakan dia tidak berwenang untuk menjawab pertanyaan.
Pandemi
Pada awal tahun 2020, wabah COVID-19 awal melumpuhkan kota Wuhan, rumah bagi 11 juta penduduk, di provinsi Hubei, China tengah. Di bawah penguncian 76 hari, jalan-jalannya sepi selama berbulan-bulan, kecuali ambulans dan petugas keamanan.
Pada tahun 2020, sejumlah kecil jurnalis warga mencoba untuk menceritakan kisah mereka dan kisah orang lain dengan telepon pintar dan akun media sosial, menentang monopoli informasi yang diawasi ketat oleh Partai Komunis.
Meskipun pergerakan mereka kecil, skala aktivitas yang mereka lakukan belum pernah terjadi sebelumnya dalam wabah penyakit atau bencana besar sebelumnya di Tiongkok.
Tetapi informasi yang mereka sebarkan segera membuat mereka mendapat masalah. Fang dan jurnalis warga lainnya, Chen Qiushi, menghilang pada bulan Februari 2020.
Chen muncul kembali di umpan video langsung temannya di YouTube pada September 2021. Ia mengatakan bahwa kini dia menderita depresi. Namun Chen tidak memberikan rincian tentang kepergiannya yang mendadak selama hampir 2 tahun.
Wartawan warga lainnya, Zhang Zhan, yang juga telah melaporkan tahap awal wabah, dijatuhi hukuman empat tahun penjara atas tuduhan berkelahi dan memprovokasi masalah pada Desember 2020. Sekitar delapan bulan kemudian, pengacaranya mengatakan dia sakit setelah melakukan mogok makan jangka panjang.
Advertisement