Sukses

Joe Biden Utus Istri Hadiri Penobatan Raja Charles III dan Ratu Camilla, Melanjutkan Tradisi Absennya Presiden AS

Presiden Amerika Serikat Joe Biden dipastikan tidak akan menghadiri upacara penobatan Raja Charles III dan Ratu Camilla pada 6 Mei 2023.

Liputan6.com, London - Sepanjang sejarah hubungan Amerika Serikat (AS) dan Inggris, belum pernah ada presiden AS yang menghadiri penobatan Kerajaan Inggris. Fakta tersebut akan berlanjut saat penobatan Raja Charles III dan Ratu Camilla pada 6 Mei 2023 di Westminster Abbey, London.

Di antara para tamu undangan, tentu ketidakhadiran Presiden Joe Biden mencolok.

Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Presiden Biden diundang untuk menghadiri penobatan Raja Charles III dan Ratu Camilla. Namun, dalam pembicaraannya via telepon dengan sang raja, Presiden Biden mengatakan bahwa kehadirannya akan diwakili oleh Ibu Negara Jill Biden dan seorang utusan diplomatik. Demikian seperti dilansir BBC, Selasa (1/5/2023).

Sejauh ini, Gedung Putih tidak membeberkan alasan ketidakhadiran Biden, namun menggarisbawahi bahwa Biden telah menyampaikan keinginannya untuk bertemu dengan Raja Charles III di Inggris pada masa mendatang.

Absennya Biden, menuai sejumlah respons. Anggota Parlemen Konservatif Bob Seely menuturkan kepada Telegraph bahwa Biden cukup lalai untuk melewatkan peristiwa sekali seumur hidup.

Editor kerajaan di surat kabar Mirror Russell Myers menilai bahwa ketidakhadiran Biden adalah karena "dia sangat bangga dengan akar Irlandia-nya, akar Irlandia-Amerika-nya".

"Saya telah menduga kemungkinan besar dia tidak akan datang," kata Myers.

Tetapi sejarawan mengatakan bahwa alasan di balik absennya Biden jauh lebih tidak politis dan sebenarnya sudah menjadi tradisi selama berabad-abad bagi presiden AS melewatkan penobatan.

"Saya tentu tidak melihatnya sebagai penghinaan dari pihak Presiden Biden," kata profesor sejarah di Universitas Amerika, yang berspesialisasi dalam Inggris modern, Laura Beers.

"Ini bukan gagasan bahwa Biden anti-Inggris," katanya. "Dia tidak akan datang karena memang tidak ada presiden AS yang pernah menghadiri penobatan, jadi mengapa harus dimulai pada Abad ke-21."

Sebelum pemerintahan Ratu Victoria, Beers mencatat bahwa hubungan AS-Inggris sebagian besar bermusuhan. Naik takhtanya Ratu Victoria disebut telah memicu "Demam Victoria" dan era baru daya tarik AS terhadap monarki Inggris.

Meski demikian, Presiden Martin Van Buren tidak menghadiri upacara penobatan Ratu Victoria.

"Tidak praktis bagi seorang presiden AS untuk datang (ke penobatan), dan menurut saya itu menjadi tradisi setelahnya," ujar Beers.

Sejarawan Troy Bickham menuturkan bahwa bepergian ke luar negeri tidak praktis sebelum perjalanan udara transatlantik dimulai pada tahun 1939, tiga tahun setelah penobatan Raja George VI.

2 dari 3 halaman

Eisenhower dan Elizabeth

Menurut sejarawan, Perang Dunia II menandai titik balik dalam hubungan diplomatik AS dan Inggris.

Sepanjang perang, Raja George VI dan putrinya, Putri Elizabeth, mengembangkan hubungan dengan Dwight D. Eisenhower, yang bertugas di London sebagai Panglima Tertinggi Pasukan Sekutu dan mengawasi "Operation Overlord", invasi D-Day ke Normandia.

Eisenhower kemudian terpilih sebagai presiden ke-34 AS hanya beberapa bulan setelah Raja George VI meninggal dan Elizabeth II naik takhta. Namun, terlepas dari kedekatannya dengan Inggris, Eisenhower memilih untuk mengikuti tradisi dan mengirim utusan ke upacara penobatan sebagai gantinya.

Sejarawan Sam Edwards mencatat bahwa AS terlibat dalam Perang Korea pada saat itu dan keberadaan Presiden Eisenhower akan dibutuhkan di Washington.

Ketidakhadiran Presiden Eisenhower pada upacara penobatan tidak menghambat hubungannya dengan Inggris atau keluarga kerajaan. Pada Oktober 1957, AS menyambut Ratu Elizabeth II untuk kunjungan kenegaraan resmi pertamanya.

Dua tahun kemudian, Ratu Elizabeth II menjamu Presiden Eisenhower dan keluarganya untuk kunjungan yang tidak terlalu formal di Balmoral.

3 dari 3 halaman

Satu Ratu, 14 Presiden

Sebagai pemimpin terlama di Inggris, Ratu Elizabeth II memerintah selama 14 kepresidenan AS. Dia telah bertemu seluruh presiden AS tersebut saat menjabat kecuali satu, Lyndon Johson.

Adapun tiga presiden AS yang menjabat tercatat pernah melakukan kunjungan kenegaraan resmi ke Inggris, sementara Ratu Elizabeth II melakukan empat kali kunjungan kenegaraan ke AS selama masa pemerintahannya.