Liputan6.com, Tokyo - Sangat banyak anak muda di Jepang yang memiliki pemikiran bunuh diri. Mayoritas yang disurvei adalah Generasi Z serta Milenial termuda.
Hampir 45 persen warga berusia 18 hingga 29 tahun di Jepang mengaku pernah berpikir ingin bunuh diri ketika ada masalah.
Baca Juga
Angka tersebut berdasarkan survei yang dilakukan oleh Nippon Foundation. Sejumlah hal yang membuat anak-anak muda ingin bunuh diri adalah masalah hubungan, bullying, kekerasan seks, hingga kecemasan soal pendidikan atau karier.
Advertisement
Dilaporkan Kyodo News, Jumat (5/5/2023), ada 14.555 anak muda berusia 18 hingga 29 tahun yang mengikuti survei tersebut. 44,8 persen mengaku mengalami pikiran bunuh diri. 40 persen dari jumlah tersebut mengaku pernah mencoba bunuh diri atau mengambil langkah untuk bunuh diri.
Survei online itu digelar pada 10 hingga 18 November 2022.
Berdasarkan survei Nippon Foundation, satu dari tujuh orang yang disurvei pernah mengalami kekerasan seksual. Mereka 37 persen poin lebih mungkin melakukan bunuh diri.
Komunitas transgender juga sangat terdampak maslaah bunuh diri. Kelompok transgender dan non-binari lebih mungkin mengalami pemikiran bunuh diri hingga 52,4 persen. Mereka juga lebih kerap mengalami kekerasan seks ketimbang kelompok cisgender.
Memilih Diam
Lebih dari setengah pemuda Jepang yang mempertimbangkan untuk bunuh diri lebih memilih diam dan tidak cerita-cerita ke orang lain. Alasan utamanya adalah karena menganggap itu bukan sesuatu yang mereka bisa diskusikan.
Bagi mereka yang angkat bicara, curhat ke sahabat menjadi pilihan. Sebanyak 12,4 persen memilih sahabat sebagai tempat bercerita.
Sebanyak 4,5 persen berbicara dengan seseorang dari media sosial. Jumlah yang melakukan konsultasi ke organisasi terkait hanya 2,4 persen.
Nippon Foundation menyorot bahwa mayoritas responden yang mengalami pemikiran bunuh diri ternyata tidak tahu ada organisasi-organisasi yang bisa membantu menghadapi pemikiran bunuh diri mereka.
"Selama tembok 'tidak tahu' masih ada, bahkan jika orang yang ingin bunuh diri itu bicara dengan seseorang, laki-laki atau perempuan itu mungkin tidak diarahkan ke kelompok dukungan," ujar Nippon Foundation. Masyarakat pun diminta agar lebih suportif dan bahwa suatu saat posisi mereka mungkin bisa butuh bantuan serupa.
Kekerasan Anak Meningkat di Jepang, Kasus Stalking dan Revenge Porn Disorot
Laporan sebelumnya, Jepang sedang menjadi sorotan internasional karena kurangnya minat generasi muda untuk berkeluarga. Sayangnya, laporan dugaan kekerasan anak juga meningkat di Jepang.
Berdasarkan laporan Kyodo News, Kamis (2/3), kasus dugaan kekerasan yang menimpa anak di bawah umur mencapai 115.762 di Jepang pada 2022. Jumlah itu naik 7.703 kasus dari tahun sebelumnya.
Sementara, kasus kekerasan yang diungkap kepolisian mencapai 2.181 kasus pada 2022, naik dari 2.174 di tahun sebelumnya.
Totalnya ada 37 anak meninggal. Sebanyak 24 dari kasus itu adalah insiden pembunuhan-bunuh diri keluarga.
Sebanyak 80 persen kasus yang polisi investigasi adalah kekerasan fisik. Namun, 70 persen kasus mengandung kekerasan emosional yang setengahnya melibatkan anggota keluarga.
Kasus revenge porn juga menjadi pekerjaan rumah bagi para polisi Jepang. Revenge porn merupakan jenis pelecehan seksual yang dengan mudahnya Anda jumpai di internet, biasanya pelaku menyebarkan konten seksual berupa foto atau video tanpa persetujuan orang yang terlibat di dalamnya. Tindakan ini biasanya dilakukan untuk mempermalukan korban dan membuatnya tertekan.
Ada 1.782 kasus dalam ketegori revenge porn pada 2022, setengahnya dilakukan oleh pacar, namun ada juga yang dilakukan sahabat atau kenalan online.
Pada Februari 2023, Jepang juga baru saja melarang hubungan seks dengan anak-anak yang berusia di bawah 16 tahun. Sebelumnya, usia consent Jepang adalah 13 tahun. Namun, hubungan sesama remaja berusia 13 tahun dibolehkan asalkan perbedaan usia tidak lebih dari lima tahun. Jepang juga menegaskan larangan untuk melarang perekaman pakaian dalam secara rahasia.
Hal lain yang disorot kepolisian adalah perilaku stalking -- tindakan di mana orang secara diam-diam dan sengaja menguntit seseorang dengan maksud tertentu. Tindakan kejahatan itu mencetak rekor baru hingga ada 1.744 kasus yang membuat polisi menerapkan perintah larangan stalking di tahun 2022.
Meski demikian, pengaduan tentang stalking menurun 597 kasus dari tahun sebelumnya menjadi 19.131 kasus.
Advertisement
KONTAK BANTUAN
Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.
Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku
Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.
Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.