Sukses

Prosedur Pengamanan Penobatan Raja Charles III Sangat Ketat, Polisi Bersiap Hadapi Demonstran di Hari H

Lebih dari 9.000 petugas polisi diperkirakan akan berpatroli di Kota London pada hari penobatan Raja Charles III dan Ratu Camilla, bersama dengan 2.500 pasukan pengamanan lainnya, termasuk polisi laut, ahli bahan peledak, dan petugas pengawasan.

Liputan6.com, London - Penobatan Raja Charles III dan Ratu Camilla melibatkan salah satu operasi keamanan paling kompleks dalam sejarah Inggris mengingat kehadiran sejumlah bangsawan, pejabat tinggi, dan para kepala negara asing. Hal tersebut diungkapkan Menteri Pertahanan Inggris Tom Tugendhat pada Rabu (3/5/2023), ketika kelompok hak asasi menuduh pihak berwenang "mencekik" kebebasan sipil dalam upaya memastikan kelancaran acara.

"Ini adalah momen yang sangat penting bagi negara," ujar Tugendhat kepada Times Radio seperti dilansir AP, Jumat (5/5/2023). "Polisi... intelijen dan pasukan keamanan lainnya sangat menyadari tantangan yang dihadapi dan siap menghadapinya. "

Salah satu pusat kesibukan di Inggris jelang penobatan sudah tentu adalah Istana Buckingham, di mana penggemar keluarga Kerajaan Inggris dan media dari penjuru dunia berkumpul. Euforia dan antusiasme terkait pemahkotaan Raja Charles III dan Ratu Camilla pada Sabtu 6 Mei 2023 dinilai sebagian pihak cukup wajar mengingat ini adalah untuk pertama kalinya dalam 70 tahun, Kerajaan Inggris kembali menggelar upacara penobatan.

Upacara penobatan terakhir adalah milik Ratu Elizabeth II, tepatnya pada 2 Juni 1953.

Lebih dari 9.000 petugas polisi diperkirakan akan berpatroli di London pada hari penobatan, bersama dengan 2.500 pasukan pengamanan lainnya, termasuk ahli bahan peledak, polisi laut, dan petugas pengawasan.

Polisi Metropolitan telah menyatakan akan menggunakan teknologi pengenalan wajah di pusat Kota London untuk menemukan kriminal di antara kerumunan. Langkah tersebut dicap oleh kelompok kampanye privasi Big Brother Watch: "Orwellian".

Dikutip dari Cambridge University Press & Assessment, Orwellian adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sistem politik di mana pemerintah mencoba mengontrol setiap bagian kehidupan masyarakat.

Polisi Inggris sebelumnya telah melakukan uji coba pengenalan wajah terbatas, memicu perdebatan tentang gangguan dan keakuratannya.

"Ratusan ribu orang tak bersalah yang menghadiri acara bersejarah ini tidak boleh diperlakukan seperti tersangka, yang berbaris dan menjalani pemeriksaan identitas biometrik polisi," kata Madeleine Stone, staf hukum dan kebijakan Big Brother Watch.

2 dari 2 halaman

'Bukan Raja Saya'

Ratusan pengunjuk rasa anti-monarki berencana meneriakkan "Not my king" atau "Bukan raja saya!" selama prosesi penobatan Raja Charles III dan Ratu Camilla. Polisi mengatakan, aktivis lingkungan juga berpotensi menciptakan ganggung pada 6 Mei 2023.

Pemerintah Inggris dinilai masih ragu-ragu dalam menangani situasi. Juru bicara Perdana Menteri Rishi Sunak mengatakan bahwa hak untuk memprotes adalah fundamental, sementara kepolisian menegaskan bahwa toleransi terhadap gangguan apapun baik melalui protes atau lainnya akan rendah.

Aktivis menuduh bahwa pihak berwenang mencoba mengintimidasi pengunjuk rasa lewat edaran pemerintah yang mengingatkan mereka tentang kekuatan baru polisi untuk mengekang demonstrasi yang mengganggu.

Langkah-langkah baru dalam Undang-Undang Ketertiban Umum memungkinkan polisi menggeledah barang-barang demonstran dan menjatuhkan hukuman hingga 12 bulan penjara bagi pengunjuk rasa yang memblokir jalan atau mengganggu infrastruktur nasional.

Graham Smith dari kelompok anti-monarki, Republik, menggambarkan edaran itu "mengintimidasi." Dia mengatakan kelompoknya akan tetap melancarkan protes pada hari penobatan seperti yang direncanakan sebelumnya, memekikkan: "Bukan raja saya".

Video Terkini