Liputan6.com, London - Untuk semua kamera televisi, fotografer, dan orang banyak, ada satu momen dalam penobatan Raja Charles III yang tidak akan disiarkan ke seluruh dunia
Prosesi yang dianggap sakral itu adalah ketika raja dibalur/diolesi dengan minyak suci oleh Uskup Agung Canterbury, Justin Welby, demikian seperti dikutip dari CNN (6/5/2023).
Baca Juga
Ini dianggap sebagai bagian paling sakral dari kebaktian dan tidak disiarkan di televisi pada tahun 1953.
Advertisement
Pada Sabtu 6 Mei 2023, momen tersebut dilindungi oleh tirai layar bersulam, yang dirancang oleh ikonografer Aidan Hart dan dibuat melalui sulaman tangan dan digital, dikelola oleh Royal School of Needlework --sekolah menjahit kain kerajaan.
Welby menulis dalam program cinderamata resmi bahwa momen itu adalah "simbol ditugaskan oleh orang-orang untuk tugas khusus yang membutuhkan bantuan Tuhan."
Dia menambahkan: "Ini adalah momen ketika Raja diasingkan untuk melayani: melayani rakyat negara ini, dan melayani Tuhan."
Di balik layar tiga sisi itu, Uskup Westminster menuangkan minyak suci dari Ampulla, sebuah labu/tabung emas berbentuk elang, ke Sendok Penobatan berlapis emas perak sebelum Uskup Agung Canterbury membalur Charles di tangan, dada, dan kepalanya.
Seperti semua hal lain dalam penobatan, layarnya sendiri sarat dengan simbolisme. Desain utamanya berbentuk pohon, menampilkan nama semua 56 negara Persemakmuran pada daunnya, dengan sandi Raja di dasar pohon "mewakili Penguasa sebagai pelayan rakyatnya," kata Istana Buckingham.
Personel layanan dari Divisi Rumah Tangga – bagian dari Angkatan Darat Inggris yang bertanggungjawab untuk melaksanakan Upacara Kenegaraan dan Tugas Publik – akan memegangi layar tersebut.
Penobatan Raja Charles III, Bagaimana Perbedaannya dengan Upacara Ratu Elizabeth II?
Menjelang penobatan Raja Charles III, kita akan kembali ke 70 tahun yang lalu untuk meninjau terakhir kali peristiwa bersejarah itu terjadi: ketika ibunya, Ratu Elizabeth II naik takhta.
Mendiang ratu, yang meninggal September 2022 pada usia 96 tahun, dimahkotai pada 2 Juni 1953. Dia baru berusia 27 tahun ketika menjadi penguasa Persemakmuran setelah kematian ayahnya, Raja George VI.
Advertisement