Liputan6.com, Bali - Indonesia akan menggelar sidang ASEAN Socio Cultural Community 2023 (ASCC 2023) pada Senin 8 Mei 2023. Sidang ASCC merupakan salah pilar penting agar membuat ASEAN semakin relevan bagi masyarakat luas hingga ke akar rumput, tidak hanya bagi elit politik.
Untuk membuat dampak positif ASEAN semakin terasa hingga desa-desa, ASCC 2023 akan membahas ASEAN Village Network.
Baca Juga
Kusnanto Anggoro, Stafsus Menko PMK Bidang Hubungan Internasional, menjelaskan bahwa desa-desa di perbatasan juga akan diperhatikan. Kerja sama antar desa yang dibangun akan fokus di bidang ekonomi, budaya, wisata, dan desa pintar (smart village).
Advertisement
"Kalau itu bisa dibangun kerja sama, jejaring kerja sama di antara mereka punya makna luar biasa," ujar Kusnanto Anggoro dalam media briefing di Nusa Dua, Bali, Sabtu (6/5/2023).
Kusnanto juga merupakan Ketua Pelaksana Sidang ASCC 2023. Ia berharap isu-isu yang dibahas di ASCC dapat membuat makna ASEAN menjadi lebih konkret.
Salah satu isu penting yang akan dibahas dalam sidang ASCC adalah isu One Health Initiative yang menyorot isu kesehatan, termasuk deteksi dini pandemi, arsitektur kesehatan, dan pendanaannya.
Melindungi Tenaga Migran
Deklarasi penting lain di ASCC 2023 adalah terkait pekerja migran, termasuk pekerja di laut, yakni ASEAN Declaration on Protection of Migrant Workers in Crisis Situations dan ASEAN Declaration on the Placement and Protection of Migrant Fishers.
Perwakilan dari Kementerian Luar Negeri RI juga menyorot pentingnya melindungi keluarga dari tenaga migran.
"Banyak temuan dari teman-teman di lapangan itu ketika misalnya bapak atau ibunya pergi ke luar negeri, ambil contoh ke Malaysia atau Timur Tengah, itu banyak entah misalnya suami atau anak-anaknya yang terlantar," ujar Fungsional Diplomat Muda Kemlu RI Adhy Buwono.
Akibatnya keterlantaran itu, ada anggota keluarga yang sulit mengakses pendidikan atau bahkan terjebak tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
"Perlindungan pekerja migran itu tak hanya berfokus ke si pekerjanya saja tapi ada juga orang-orang yang ditinggal di negara asalnya yang juga membutuhkan perlindungan atau perhatian dari kita semua," jelas Adhy.
Diskusi Bersama Pegiat Budaya
Menko PMK Muhadjir Effendy turut menyempatkan berdiskusi dengan para pegiat budaya dari Bali pada Sabtu (6/5/2023). Pembahasan Muhadjir meliputi soal kebudayaan, estetika, wisata, termasuk desa.Â
Pembangunan ekosistem dinilai penting oleh Muhyiddin, sehingga ia mendukung desa-desa berkolaborasi bersama agar membangun ekosistem, misalnya ekosistem produk khas atau wisata.
Terkait pertanyaan soal wisata, Menko Muhadjir memuji Bali yang berhasil membangun ekosistem wisata.Â
"Bali ini sangat bagus para pelaku wisatanya sudah cerdas sekali," ujarnya.Â
Dalam diskusinya, Menko Muhadjir turut membahas soal estetika dan etika dalam bidang seni. Terkait industri perfilman, Menko Muhadjir berkata terus mendukung film-film yang memiliki nuansa daerah, serta memperjuangkan agar produksi film-film tersebut bisa terus ada.Â
Tiga Pilar ASEAN
Sebagai informasi, ASCC merupakan salah satu dari tiga pilar kerja sama ASEAN yang ditangani oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.Â
Dua pilar lainnya adalah ASEAN Political-Security Community (pilar politik dan keamanan) dan ASEAN Economic Community (pilar ekonomi).Â
Pilar Sosial Budaya ASEAN terdiri atas 15 badan sektoral yang diampu oleh 11 Kementerian/Lembaga teknis, yang memiliki fokus di berbagai bidang sosial budaya yaitu Kemenaker, Kemendesa PDTT, Kemendikbud, Kemenkes, Kemenkominfo, Kemenpora, KemenPPPA, Kemensos, KLHK, BKN, dan BNPB.
Advertisement
KTT ASEAN 2023 di Labuan Bajo Diharapkan Ikut Memajukan Tenun NTT
Sebelumnya dilaporkan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), berharap momentum KTT ke-42 ASEAN bisa membawa dampak positif, salah satunya peningkatan penjualan. Hal tersebut diungkapkan oleh pemilik toko oleh-oleh pertama dan terlengkap di Labuan Bajo "Exotic Komodo" Vincentius Felix atau yang akrab disapa Vincent.
Toko milik Vincent merupakan rumah bagi hampir 200 UMKM.Â
"Untuk peningkatan penjualan pastinya ada, sejauh ini tamu mulai berdatangan tapi ini bukan tamu negara. Masih pengawalan-pengawalan, jadi masih belum signifikan dampaknya untuk toko suvenir. Tapi ke depannya, opportunity-nya sangat besar untuk ASEAN Summit ini," ujar Vincent saat ditemui di tokonya di dekat Bandara Komodo, Rabu (3/5).Â
Vincent mengaku bahwa potensi KTT ASEAN sangat besar dan bertepatan dengan UMKM yang juga membutuhkan publikasi.Â
"Dengan adanya ASEAN Summit, tamu-tamu akan datang mulai lokal, internasional, negara-negara ASEAN maka dari itu, UMKM kami bisa naik kelas. Contohnya, tenun yang belum dikenal, nantinya bisa dikenal di luar (negeri). Harapannya, tenun NTT bisa maju," ungkap Vincent.Â
Vincent memperkirakan bahwa proyeksi kenaikan penjualan bisa mencapai 50-60 persen lewat penyelenggaraan KTT ASEAN 2023.Â
"Memang cukup besar. Kita kan bulan-bulan ini, ekonomi kurang baik. Tapi karena kan kemarin ada momen lebaran, lanjut ASEAN Summit, terus dilanjut lagi liburan anak sekolah. Jadi, pasti lonjakannya ada," kata dia.Â