Liputan6.com, Roma - Fontana dei Quattro Fiumi, Air Mancur Empat Sungai yang terkenal di Roma jadi hitam airnya.
Kejadian itu disebabkan oleh sekelompok aktivis iklim di Italia yang telah menuangkan cairan hitam berbahan dasar arang ke dalam air Fontana dei Quattro Fiumi.
Mereka melakukan tindakan tersebut dengan alasan untuk “membunyikan alarm tentang masa depan kelam yang menanti manusia," mengudikutip dari CNN pada Senin (8/5/2023).
Advertisement
“Masa depan kita sehitam air ini,” kata kelompok bernama Ultima Generazione, atau Generasi Terakhir, di situs web mereka.
“Tanpa air, tidak ada kehidupan. Dan dengan meningkatnya suhu, kita terkena kekeringan di satu sisi dan banjir di sisi lain,” tambah mereka.
Foto menunjukkan para aktivis, mengenakan rompi oranye, berdiri setinggi pinggang di air mancur Fontana dei Quattro Fiumi. Mereka membentangkan spanduk oranye bertuliskan kata-kata dalam bahasa Italia: "Masa depan kita sehitam air ini" saat kerumunan penonton mengambil gambar.
“Tahun-tahun yang sulit menanti kita, tetapi jika kita tidak segera mencapai emisi nol, itu akan menjadi sangat buruk.”
Mereka juga diyakini sebagai kelompok aktivis iklim yang sama yang memimpin protes di situs sejarah Italia lainnya pada 1 April.
Aksi yang dilakukan sama dengan yang kali ini, namun mereka melakukannya pada air mancur Barcaccia di dasar Spanish Steps, Roma tengah.
Selain itu juga sempat ada protes serupa, membuat para aktivis menempelkan diri mereka pada mahakarya seni Italia di lokasi seperti museum Vatikan dan galeri Uffizi di Florence.
“Tidak masuk akal bahwa gerakan ini mengejutkan Anda, ketika saat ini kami mengalami darurat kekeringan yang menempatkan pertanian, produksi energi dalam krisis,” kata kelompok itu tentang protesnya saat itu.
Anggota kelompok tersebut ditangkap oleh polisi dan menghadapi tuduhan merusak monumen publik.
Karya Seni Ikonik
Terletak di alun-alun Piazza Navona yang terkenal di Roma, Air Mancur Fiumi dirancang oleh pematung Italia Gian Lorenzo Bernini pada tahun 1651.
Menteri Kebudayaan Italia Gennaro Sangiuliano mengutuk protes para aktivis dan mengatakan mereka yang bertanggung jawab harus "membayar dari kantong mereka sendiri".
“Kita harus mencatat lagi perusakan yang membahayakan keindahan salah satu karya seni ikonik bangsa kita,” kata Sangiuliano.
“Seperti yang telah saya jelaskan berkali-kali, ini adalah tindakan melawan lingkungan yang mereka klaim ingin dipertahankan. karena ide bentang alam juga mencakup hal-hal indah yang telah dihasilkan oleh kejeniusan manusia selama berabad-abad,” tambahnya.
Para ahli berbicara tentang antropisasi lingkungan. Sekarang, banyak air juga harus digunakan untuk membersihkannya, dan biaya yang dikeluarkan untuk memulihkan keadaan monumen akan menjadi dari warga negara Italia.
Menggambarkan kelompok itu sebagai "perusak lingkungan", Sangiuliano berkata, "Saya berharap Parlemen akan menyetujui peraturan baru terhadap mereka sesegera mungkin."
Advertisement
Protes di Jerman
Selain protes yang dilakukan di Italia, belakangan ini juga sempat ada protes mengenai lingkungan yang dilakukan oleh anggota kelompok aktivis yang sama di Jerman.
Aktivis lingkungan Jerman menghentikan sementara lalu lintas di beberapa bagian Berlin pada Senin, 24 April 2023 dengan menempelkan diri alias tiduran di jalan-jalan di seluruh ibu kota.
Anggota kelompok Last Generation telah berulang kali memblokir jalan di seluruh Jerman dalam satu tahun terakhir dalam upaya menekan pemerintah untuk mengambil tindakan yang lebih drastis terhadap perubahan iklim. Dalam beberapa kesempatan, mereka menempel di jalan, membuat marah beberapa pengendara dan memicu tuduhan ekstremisme dari politisi konservatif.
Selain pemblokiran jalan, para aktivis lingkungan mengatakan bahwa mereka juga akan memblokir lalu lintas di kemudian hari seperti yang telah mereka lakukan pada Jumat, 21 April.
Di pagi hari, ada lebih dari 30 blokade jalan di seluruh kota, lapor kantor berita Jerman Deutsche Presse-Agentur (Dpa)
"Kami tidak akan lagi menerima bahwa pemerintah tidak memiliki rencana untuk menghentikan penghancuran mata pencaharian kami," kata Last Generation dalam sebuah pernyataan, demikian dikutip dari AP, Senin (24/4/2023).
"Kami melawan sekarang."
Respons Terhadap Aksi
Beberapa orang memang tampaknya mendukung perjuangan pengunjuk rasa untuk perlindungan iklim. Namun pihak lain, terutama pengemudi yang marah karena terjebak dalam kemacetan lalu lintas, mencoba menarik para aktivis keluar dari jalan dengan kekerasan meskipun pejabat telah berulang kali memperingatkan pengendara untuk tidak terlibat dalam tindakan main hakim sendiri terhadap kelompok tersebut.
Dalam beberapa kasus, dibutuhkan lebih banyak waktu daripada di masa lalu untuk melepaskan pengunjuk rasa dari jalanan karena beberapa dari mereka menggunakan jenis lem yang berbeda kali ini. Alih-alih menggunakan minyak untuk melepaskan tangan pengunjuk rasa dari jalanan, petugas harus menggunakan alat dan merusak aspal untuk mengeluarkan pengunjuk rasa.
Last Generation ingin Jerman berhenti menggunakan semua bahan bakar fosil pada 2030 dan mengambil tindakan jangka pendek termasuk penerapan batas kecepatan umum 100 kilometer per jam di jalan raya sebagai cara untuk mengurangi emisi transportasi.
Artikel selengkapnya ada, klik di sini.
Advertisement