Sukses

Pengamat: Pilpres Turki 2023 Rivalitas Kelompok Sekuler dan Religius, Kesempatan Terakhir Erdogan Berkuasa

Turki akan menggelar pemilu presiden atau pilpres pada 14 Mei 2023. Erdogan kembali maju untuk berkuasa.

Liputan6.com, Jakarta - Turki akan menggelar pemilihan presiden pada Minggu 14 Mei 2023. Recep Tayyip Erdogan kembali maju untuk berkuasa. 

Erdogan sebetulnya sudah lama berkuasa di Turki. Pada 2003 hingga 2014, ia merupakan perdana menteri. Setelah itu, ia menjabat sebagai presiden. 

Pengamat politik Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi mengatakan Pilpres 2023 ini akan menjadi kesempatan terakhir Erdogan untuk berkuasa. 

"Saya kira ini menjadi pemilu yang terpanas sejak Erdogan berkuasa, karena ini tentu kesempatan terakhir Erdogan dan setelah itu tidak mungkin akan mencalonkan kembali. Kemudian yang kedua adalah pilihan antara tetap mempertahankan Erdogan seperti saat ini atau kemudian memilih pemimpin alternatif yang pemimpin oposisi, yang berbeda kebijakan dengan Erdogan," ujar Yon Machmudi kepada Liputan6.com, Jumat 12 Mei 2023. 

Erdogan kembali maju lewat partai Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang terkenal konservatif. Salah satu lawan utamanya adalah Kemal Kılıçdaroğlu dari Partai Republik Rakyat (CHF) yang cenderung sekuler. 

Penantang dari Kubu Sekuler

CHF yang berada di Aliansi Nasional yang sekuler. Presiden Erdogan juga dilaporkan menggunakan retorika homofobia kepada pihak Kemal yang dianggap pro-LGBT.

Situs berita Al-Monitor menyebut Erdogan memakai retorika anti-LGBT sebagai senjata untuk menyerang Kemal. Erdogan menyorot CHP dan Partai Baik (Partai İyi) sebagai pendukung LGBT di Aliansi Nasional.

Yon Machmudi pun menyorot bahwa pilpres kali ini akan menjadi persaingan antara dua kubu tersebut. Ia menjelaskan bahwa isu sekuler dan religius merupakan topik kuat perpolitikan Turki.

"Dibandingkan dengan Indonesia dari aspek kedewasaan berdemokrasi, Indonesia mungkin saya lihat lebih matang karena dari aspek konflik kelompok sekuler dan religius di Indonesia tidak sekuat seperti yang terjadi di Turki. Kalau di Turki sangat transparan, konflik dan juga perseteruan kelompok sekuler dan religius," jelas Yon Machmudi.

2 dari 3 halaman

Pertama dalam 20 Tahun, Erdogan Menghadapi Tantangan Nyata

Sebelumnya dilaporkan, Kemal Kilicdaroglu (74), pemimpin Partai Rakyat Republik (Cumhuriyet Halk Partisi atau CHP), diyakini banyak pihak sebagai penantang utama Erdogan yang telah 20 tahun berkuasa. Kilicdaroglu adalah calon presiden dari aliansi enam partai yang bertekad mengembalikan Turki ke sistem parlementer dengan check and balances.

Kilicdaroglu juga meraih dukungan dari partai pro-Kurdi, yang memperoleh sekitar 10 persen suara. Jajak pendapat menunjukkan Kilicdaroglu sedikit unggul.

Banyak yang meyakini bahwa pemilu Turki akan berlangsung dua putaran.

Erdogan sendiri disebut-sebut telah kehilangan pijakan di tengah ekonomi yang goyah dan krisis biaya hidup. Pemerintahannya juga telah dikritik atas respons yang lamban pasca gempa 6 Februari 2023 yang menewaskan puluhan ribu orang.

"Untuk pertama kalinya dalam 20 tahun sejak Erdogan berkuasa, dia menghadapi tantangan nyata," ungkap Direktur German Marshall Fund di Ankara Ozgur Unluhisarcikli seperti dilansir AP, Kamis (11/5/2023).

Unluhisarcikli menggambarkan pemilu Turki sebagai pertarungan dua visi.

"Di satu sisi ada visi Presiden Erdogan tentang keamanan negara, monist society, kekuasaan yang terkonsolidasi di tangan eksekutif," kata Unluhisarcikli.

"Di lain sisi, ada visi, yang diwakili oleh Kilicdaroglu, tentang Turki yang lebih pluralis... pembagian kekuasaan yang jelas antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif."

Erdogan bertarung untuk masa jabatan presiden ketiga. Sebelumnya, dia juga menduduki tiga masa jabatan perdana menteri.

Dia telah curi start kampanye pemilu, termasuk meningkatkan upah minimum dan pensiun, dalam upaya mengimbangi dampak inflasi.

3 dari 3 halaman

Kekerasan Kampanye

Selama kampanye, Erdogan telah mencoba menggambarkan oposisi berkolusi dengan teroris dan kekuatan asing yang ingin merugikan Turki. Dalam upaya untuk mengonsolidasikan basis konservatifnya, dia juga menuduh oposisi mendukung LGBTQ.

Pada Minggu 7 Mei, ratusan ribu pendukung Erdogan diperlihatkan oleh sebuah video palsu, yang menunjukkan seorang komandan Partai Pekerja Kurdistan yang dilarang di negara itu, menyanyikan lagu kampanye oposisi.

Sementara Kilicdaroglu dicap seorang politikus bersuara lembut yang dipuji karena berhasil menyatukan oposisi yang sebelumnya retak. Aliansi pengusungnya, yang mencakup Islamis dan nasionalis, telah berjanji membalikkan kemunduran demokrasi dan tindakan keras terhadap kebebasan berbicara dan perbedaan pendapat di bawah Erdogan.

Sebetulnya ada dua kandidat lain dalam pemilu Turki, yaitu Muharrem Ince, mantan pemimpin CHP yang kalah dalam pilpres terakhir dari Erdogan pada 2018, dan Sinan Ogan, mantan akademisi yang mendapat dukungan dari partai nasionalis anti-imigran. Belakangan, Ince menyatakan mundur dari arena perlombaan.

Isu utama pemilu Turki 2023 disebut adalah ekonomi dan inflasi tinggi yang menggerogoti daya beli keluarga.

Di Istanbul, pemilik kedai teh Cengiz Yel mengatakan dia akan memilih "perubahan" karena kesalahan penanganan ekonomi oleh pemerintah.

"Kami khawatir tentang sewa, listrik, dan tagihan lainnya," kata Yel. "Selama setahun terakhir, saya memulai setiap bulan baru dengan lebih banyak utang."

Yang lain, menyatakan cinta abadi mereka kepada seorang pemimpin yang memperbaiki infrastruktur di negara itu dan mengangkat banyak orang dari kemiskinan pada tahun-tahun awal pemerintahannya.

"Saya mencintai bangsa saya. Saya ingin bersama seorang pemimpin yang melayani bangsanya," kata Arif Portakal (65), seorang pendukung Erdogan di Istanbul.

Kampanye pemilu Turki dilaporkan telah dirusak oleh aksi kekerasan. Pada Minggu (7/5), pengunjuk rasa di timur Kota Erzurum melemparkan batu saat Wali kota Istanbul Ekrem Imamoglu berkampanye atas nama Kilicdaroglu dari atas sebuah bus. Setidaknya tujuh orang terluka.