Sukses

KTT ASEAN Bahas Isu Myanmar, CSIS: Masih Belum Ada Manajemen Krisis

Krisis Myanmar disebut sebagai topik dominan dalam KTT ke-42 ASEAN, faktanya belum ada perkembangan signifikan terkait penanganan krisis tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - KTT ke-42 ASEAN disebut akan didominasi oleh pembahasan mengenai krisis Myanmar, tetapi faktanya tidak ada perkembangan signifikan terkait hal tersebut.

KTT ASEAN tersebut diselenggarakan di Labuan Bajo pada tanggal 6-11 Mei 2023.

Saat ini, konflik di Myanmar semakin parah. Dalam pertemuan kali ini pun, Myanmar tidak ada dalam daftar undangan.

Keputusan para Leaders sepakat Myanmar tidak diundang pada level politik.

Sebelumnya, ASEAN sudah pernah berupaya untuk membawa perdamaian kepada Myanmar pada Oktober lalu, tetapi tidak berhasil. 

Ditambah lagi dengan diserangnya konvoi yang membawa bantuan kemanusiaan dari ASEAN untuk Myanmar pada 7 Mei lalu.

Kegagalan kembali terjadi di KTT ke-42 ini. Berdasarkan media briefing yang diselenggarakan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia, Senin (15/2/2023), disebutkan bahwa mekanisme manajemen krisis masih belum terbentuk, tentunya hal ini mempengaruhi peran ASEAN pada penanganan krisis Myanmar.

“Belum terwujud, ASEAN memiliki mekanisme khusus mengenai manajemen krisis,” ucap peneliti CSIS Indonesia, Andrew Mantong.

Tidak adanya manajemen krisis akan berdampak pada penanganan isu penting, khususnya krisis di Myanmar yang tidak dapat direspon dengan cepat.

“Terlihat jelas ASEAN terpecah-pecah dalam merespon dan menangani krisis Myanmar,” kata Kepala Departemen Hubungan Internasional CSIS Indonesia, Lina Alexandra.

Five Point Consensus (5PC) digadang-gadang dapat membantu penyelesaian konflik Myanmar, sedangkan hasil KTT tidak menunjukkan adanya kemajuan berarti dalam pelaksanaannya.

“Belum ada kemajuan signifikan dari implementasi Five Point Consensus,” kata Lina. 

ASEAN disebut hanya “jalan di tempat”, melakukan hal yang sama berulang kali tetapi mengharapkan hasil yang berbeda.

2 dari 4 halaman

Tidak Ada Kejelasan Arah dan Tujuan

Indonesia disebut telah melakukan engagement sebanyak mungkin dengan stakeholder di Myanmar untuk membantu penyelesaian konflik.

Diklaim telah lebih dari 60 stakeholders.

Namun, meski upaya tersebut patut diapresiasi, CSIS mempertanyakan apa tujuan utama dari melakukan engagement sebanyak itu. 

Banyak upaya yang dilakukan, tetapi tidak ada hasil signifikan. Tidak diketahui apa arah dan tujuannya.

Selain itu, dengan terus meningkatnya kekerasan di Myanmar, Lina menyebut bahwa Indonesia perlu mengkaji ulang strategi quiet diplomacy yang dijalankan tanpa hasil yang konkrit.

“Dipertanyakan, apakah strategi ini efektif,” ucap Lina.

Menghubungkannya dengan tragedi penyerangan 7 Mei terhadap konvoi diplomat di Myanmar, Lina menegaskan strategi quite diplomacy belum efektif.

Jika tidak ada kejelasan arah dari strategi ini, “Akan dipersepsikan sebagai tindakan untuk mengulur waktu,” tambahnya. Minimal, hasil yang diharapkan adalah penghentian kekerasan.

CSIS menegaskan bahwa Indonesia, dengan kursi kepemimpinannya di ASEAN, harus menunjukkan keberanian dan ketegasan di dalam ASEAN untuk terus mengupayakan solusi jangka panjang bagi krisis di Myanmar saat ini.

3 dari 4 halaman

6 Deklarasi Penting di KTT ke-42 ASEAN 2023 Labuan Bajo, Fokus Sistem Kesehatan hingga Perlindungan Migran

Selain terkait krisis Myanmar, terdapat enam deklarasi penting yang disampaikan pada pertemuan tersebut.

Penyelenggaraan KTT ke-42 ASEAN 2023 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) telah usai. Para pemimpin negara ASEAN pun telah sepakat membentuk kesepakatan dan perjanjian berdasarkan piagam ASEAN.

Dalam penyelenggaraan KTT ASEAN di bawah Keketuaan Indonesia tahun ini, terdapat dua pemimpin negara yang tidak hadir. Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha mengutus wakilnya untuk hadir di Labuan Bajo karena alasan masih dalam persiapan pemilu.

Sementara berdasarkan keputusan pada KTT ASEAN sebelumnya di Kamboja, para Leaders memutuskan untuk tidak mengundang Myanmar di level politik.

Dalam konferensi pers, Kamis 11 Mei 2023, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa seluruh keputusan yang diambil oleh para Leaders mengutamakan kepentingan rakyat. Ia juga menyampaikan sejumlah poin penting dari hasil kesimpulan rangkaian pertemuan KTT ASEAN dalam kesempatan tersebut.

Baca selengkapnya di sini...

4 dari 4 halaman

Apa Itu KTT ASEAN dan Bagaimana Perannya untuk Negara di Asia Tenggara?

Pertemuan yang diselenggarakan di Labuan Bajo beberapa hari lalu membahas banyak isu penting, salah satunya krisis Myanmar. Perannya penting bagi negara-negara Asia Tenggara.

KTT ke-42 ASEAN 2023 baru saja selesai. Para pemimpin dunia sudah sepakat untuk mementingkan segala urusan yang berkaitan dengan kepentingan rakyat.

KTT ASEAN tahun ini diselenggarakan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia. Presiden RI Joko Widodo membuka langsung pertemuan tersebut.

Lantas, apa itu KTT ASEAN?

Dikutip dari situs resmi ASEAN.org, Jumat (12/5/2023) KTT ASEAN adalah badan pembuat kebijakan tertinggi di ASEAN yang beranggotakan para Kepala Negara atau Pemerintahan Negara Anggota ASEAN.

Sesuai praktik reguler, Pertemuan Tingkat Tinggi ASEAN akan diadakan dua kali setahun pada waktu yang akan ditentukan oleh Ketua Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN dengan berkonsultasi dengan Negara-negara Anggota ASEAN lainnya, yang akan diselenggarakan oleh Negara Anggota ASEAN dan menjabat sebagai Ketua ASEAN.

KTT ASEAN Pertama diselenggarakan di Bali, Indonesia pada tanggal 23-24 Februari 1976.

Baca selengkapnya di sini...