Sukses

Israel dan Swedia Buka Lembaran Baru Pasca Renggang Akibat Pengakuan Stockholm atas Palestina

Pengakuan Swedia atas Palestina sebagai negara berdaulat diumumkan pada tahun 2014, mengundang reaksi keras Israel.

Liputan6.com, Stockholm - Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel Eli Cohen pada Senin (15/5/2023), melakukan kunjungan ke Swedia. Peristiwa itu menandai babak baru hubungan antara kedua negara.

Cohen mengatakan, kunjungannya merupakan kali pertama bagi seorang menteri luar negeri Israel ke Swedia dalam 22 tahun terakhir.

"Kami membuka halaman baru dalam hubungan antara Israel dan Swedia, setelah bertahun-tahun Swedia mengambil sikap kritis terhadap Israel," kata Cohen dalam pernyataan yang dirilis Kementerian Luar Negeri Israel seperti dilansir The Times of Israel, Selasa (16/5/2023).

Menlu Israel itu mengklaim bahwa pertemuannya dengan Menlu Tobias Billstrom menggarisbawahi perubahan arah hubungan kedua negara.

Menurut pernyataan dari pihak Israel, sejumlah isu yang turut dibahas selama pertemuan tersebut antara lain hubungan Israel dan Uni Eropa, penanganan teror yang didukung Iran, dan memerangi anti-semitisme.

Sementara itu, Menlu Billstrom menyatakan bahwa pertemuannya dengan Cohen sangat baik dan produktif.

"Yang pertama dalam 20 tahun, sudah lama tertunda," twitnya. "Tujuannya adalah untuk lebih memperkuat hubungan bilateral antara Swedia dan Israel dan membahas sejumlah isu global dan regional yang menjadi kepentingan bersama."

2 dari 2 halaman

Pemicu Kerenggangan Hubungan Israel dan Swedia

Pemerintah Sosial Demokrat Swedia yang berkuasa sebelumnya memiliki hubungan yang sulit dengan Israel, setelah mengakui Palestina sebagai negara berdaulat pada tahun 2014, mendorong Tel Aviv menarik sementara duta besarnya untuk Swedia.

Dua tahun kemudian, Israel mengatakan bahwa menteri luar negeri Swedia pada saat itu "tidak diterima", setelah dia melontarkan komentar kritis atas perlakuan Israel terhadap warga Palestina.

Namun, belakangan hubungan Israel dan Swedia mulai mencair. Pada Oktober 2021, menteri luar negeri Swedia saat itu mengunjungi Israel dalam upaya untuk memperbaiki hubungan.

Dan relasi kedua negara diperkirakan akan terus semakin membaik di bawah pemerintahan kanan-tengah Swedia, yang mulai menjabat Oktober lalu.

Sejumlah partai politik Swedia menyerukan pemindahan kedutaan negara itu ke Yerusalem dan parlemennya dengan suara bulat mengesahkan langkah yang mendesak pemerintah untuk mencap Korps Pengawal Revolusi Iran sebagai organisasi teroris.

Swedia memegang kepresidenan Uni Eropa dan secara aktif berupaya untuk bergabung dengan NATO. Adapun Israel melihatnya sebagai peluang bagi teknologi pertahanannya untuk memainkan peran kunci dalam pembangunan militer Swedia menyusul invasi Rusia ke Ukraina.