Sukses

Delegasi Parlemen Eropa Diskusi di Hutan Mangrove Bareng Aktivis Lingkungan Indonesia

Delegasi Parlemen Eropa membahas isu energi dan lingkungan bersama para aktivis muda di Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Delegasi Parlemen Eropa mendatangi Hutang Mangrove di Jakarta Utara sebagai bagian dari kunjungan mereka ke Indonesia. Di tengah hutan, para politisi Uni Eropa itu sempat berdiskusi dengan para aktivis lingkungan sebelum menanam mangrove.

Pihak delegasi Parlemen Eropa dipimpin oleh Marian-Jan Marinescu yang merupakan politisi Rumania. 

Para pegiat lingkungan yang hadir di Indonesia adalah Plasticpay, Sobat Air Jakarta, Hutan Itu Indonesia, Climate Fresk Indonesia, Institut Pariwisata Trisakti, Bumi Journey, dan Carbon Ethics.

Isu yang sangat disorot adalah isu transportasi yang berkelanjutan, perubahan iklim, keberpihakan pemerintah di isu lingkungan, hingga dekarbonisasi.

Para politisi Uni Eropa juga tampak tertarik pemikiran-pemikiran para anak-anak muda yang berkegiatan di bidang lingkungan. Marinescu berpesan agar para pemuda terus mengedukasi masyarakat. 

"Saya pikir hal terbaik yang mereka dapat lakukan adalah mengedukasi diri mereka dan orang-orang lain. Melindungi lingkungan, agar lingkungan bersih, memberitahu masyarakat bahwa hal-hal sederhana bisa membawa hasil-hasil yang baik," ujarnya, Rabu (17/5/2023). 

Sobat Air Ikut Angkat Bicara

<p>Reiner Putra Indrayanto dari Sobat Air Jakarta (memegang mikrofon) yang masih SMA ikut berdiskusi di kegiatan diskusi di Hutan Mangrove bersama delegasi Parlemen Eropa. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com</p>Salah seorang peserta diskusi adalah Reiner Putra Indrayanto dari Sobat Air Jakarta. Ia merupakan peserta termuda di kegiatan ini sebagai murid SMA yang sedang menunggu upacara wisuda pada bulan ini.

Reiner berkata bahwa satu hal sederhana untuk menambah kesadaran tentang adalah dengan menikmati alam. 

"Kita harus mulai lebih sering in touch dengan nature. Jadi lebih sering mengunjungi wisata air agar lebih tahu kenapa sih penting kita menjaga air, dan sebenarnya menurut saya itu salah satu hal yang paling penting," jelas Reiner kepada Liputan6.com.

Pemuda yang akan berkuliah di Nanyang Technological University (NTU) itu menjelaskan bahwa waduk pun merupakan kawasan wisata air, jadi wisata air tak hanya Ancol saja.

"Banyak yang di benak orang Jakarta: Ancol. Tapi wisata air, misalnya, Tebet Eco Park di Tebet itu juga termasuk wisata air karena di situ ada sungai. Dan yang kita mau edukasi ke orang lain Ruang Edukasi Biru (REB) adalah badan air, misalnya waduk dan sungai," ucap Reiner.

"Jadi Tebet Eco Park termasuk, atau yang populer coba cari Taman Langsat, dan kalau tinggal di daerah Jakarta International Stadium, itu ada waduk sunter selatan," imbuhnya.

2 dari 2 halaman

Pendidikan Lingkungan dan IPCC

Pegiat lingkungan lain yang hadir adalah Stephanie Rawi dari Climate Fresk Indonesia. Menurutnya, penting agar pendidikan soal lingkungan terpatri di level sekolah, korporat, dan pemerintah, agar ada kesadaran lingkungan dalam bertindak atau mengambil kebijakan. 

"Saya mengadvocate untuk komunikasi ke all stakeholders to embed this education, terutama buat government, tapi untuk selain itu misalnya di perusahaan, di korporat, untuk naikin awareness-nya. Karena kalau kita tidak tahu apa yang terjadi di dunia ini, climate change, what's gonna happen is you make a decision without taking this into account. Kita membuat decision yang enggak ada pemikiran tentang impact-nya terhadap climate change," ujar Stephanie Rawi kepada Liputan6.com.

Wanita yang pernah kuliah di beberapa negara itu menjelaskan bahwa salah satu sumber edukasi yang penting terkait iklim adalah Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).  

IPCC dirilis oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Stephanie berkata laporan itu memiliki data-data ilmiah yang mumpuni. 

Saat berdiskusi dengan pihak Parlemen Eropa, Stephanie turut mengapresiasi Bappenas dan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim karena memberikan fokus terhadap lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan.

Lebih lanjut, Stephanie berkata solusi untuk melawan perubahan iklim tidak hanya satu saja. Ada banyak solusi yang bisa dilakukan perlahan-lahan, seperti hemat konsumsi air dan listrik. 

"Solution itu enggak satu, solution ada ribuan. And everyone can do their part," tegasnya.