Liputan6.com, Jakarta - Pameran unik yang mengangkat isu pengurangan limbah dan konservasi laut diluncurkan Jumat pagi ini di Museum MACAN Jakarta.
Pameran yang digagas Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia tersebut bertajuk Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants, menampilkan karya seni unik terdiri dari limbah pukat ikan yang ditenun dengan tangan oleh kelompok seniman dari Selat Torres, Erub Arts.
Baca Juga
Ini menjadi simbol dan bentuk bahwa kita semua bisa ikut berkontribusi dalam pengurangan produksi sampah plastik.
Advertisement
Secara global, polusi plastik menyumbang sekitar 80% sampah di laut dan itu termasuk sekitar 6.040 ton peralatan memancing, termasuk jaring yang hilang di lautan setiap tahunnya. Seni Erub menggunakan kembali semua jaring ini.
"Pemerintah Australia dan Indonesia bekerja sama untuk proyek mengurangi plastik di lautan kita," ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams di Museum Macan, Jumat (19/5/2023).
Karya dari Kedutaan Besar Australia ini akan ditempatkan di Indonesia secara permanen. Namun, pameran di Museum MACAN akan ditampilkan dengan waktu terbatas hingga 4 Juni 2023, dan selanjutnya akan dibawa ke Bali.
Kurator Edukasi dan Program Publik, Nin Djani mengatakan bahwa akan dua program yang dirancang untuk dua hari pertama setelah peluncuran karyan 19 Mei ini.
Pagi ini, sudah ada workshop pertama bersama menggandeng sejumlah sekolah. Besok 20 Mei, akan program lanjutan berupa diskusi panel yang akan melibatkan seorang seniman dari Eropa dan dua pembicara lain dari dua organisasi lain, salah satunya Komodo Water.Â
Diskusi itu akan membahas tentang praktik-praktik seni dalam upaya konservasi laut.
Bagi yang ingin melihat pameran Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants, Anda dapat kunjungi Museum MACAN sebelum 4 Juni 2023.
Selama periode itu, mereka akan menyediakan materi-materi agar pengunjung bisa ikut serta dan belajar membuat karya seni berupa ikan pari menggunakan bahan daur ulang limbah laut. Video tutorial dan kertas panduan juga akan disiapkan.
Biaya tambahan tidak akan dikenakan selama masih dalam periode pameran dan persediaan bahannya masih ada.
Â
Karya Seni yang Ditenun dengan Tangan
Karya seni yang ditampilkan dalam pameran Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants berbentuk makhluk-makhluk laut.
Semua karya seni tersebut disusun oleh para seniman penduduk Selat Torres dengan jaring-jaring hantu, jala nelayan yang kebanyakan hanyut di laut. Mereka mengumpulkan jaringnya dan ditenun dengan tangan satu per satu.
Ada yang berbentuk ikan dan penyu laut, tetapi yang paling banyak adalah berbentuk ikan pari. Ikan pari itu menjadi sorotan dalam karya ini karena sebelum pameran ini dikerjakan, para seniman Erub Arts menemukan ikan-ikan pari yang terdampar di pantainya.
Waktu pengerjaannya membutuhkan waktu satu setengah bulan.
Mengapa Museum MACAN Mengangkat Tantangan Konservasi Laut?
Indonesia merupakan negara maritim, sehingga wilayah perairan lautnya sangat besar. Tetapi dengan wilayah laut yang sangat besar ini, perhatian terhadap konservasi laut masih jarang dibicarakan.
Selain itu, belum banyak seniman-seniman yang membahas hal ini yang terekspos secara luas.Â
"Sebenarnya mungkin ada, tetapi yang mendapatkan eksposur belum seluasa seniman-seniman yang mengerjakan karya lain," sebut Kurator Edukasi dan Program Publik, Nin Djani.
Maka dari itu, sambung Nin Djani, dari pameran ini kami juga ingin mengangkat topik-topik seperti itu. Kebetulan, topik ini secara diplomatik sedang dikerjakan di Indonesia dan Australia.
Â
Â
Advertisement
Pameran Ini Bentuk Awal Edukasi Masyarakat Soal Sampah Jadi Karya Seni
"Pameran ini bukan hasil akhir dari komitmen kami. Kami mempunyai komitmen untuk sustainability, pameran ini menjadi bentuk awal untuk mengedukasi masyarakat, dan memperlihatkan bahwa limbah yang dianggap sampah biasa dapat diolah lagi menjadi karya seni," ujar Nin Djani.
"Mudah-mudahan ini dapat menginspirasi masyarakat Indonesia tentang isu-isu konservasi laut," tambahnya.
Pameran ini akan tersedia di periode open house Museum MACAN. Sebenarnya mereka sedang dalam proses konstruksi pameran baru, jadi ini periode yang cukup istimewa.
"Pengunjung tidak dikenakan biaya selama periode open house, sehingga ini kesempatan langka untuk bisa kesini dan melihat pameran Erub."
Selain itu ada 4 karya koleksi yang sedang dipamerkan. Maka dari itu, pengunjung dapat menikmati karya-karya ini, belajar melalui workshop yang tersedia, dan menunggu pameran besar yang akan buka di akhir bulan Juni.Â
Karya Senin, Pintu Masuk Isu Penting
Dari Museum Macan, visi mereka adalah untuk menggunakan seni sebagai pintu masuk membahas isu-isu penting di sekitar kita. Seperti saat ini tentang isu lingkungan.
"Edukasi itu proses jangka panjang," sebut Nin Djani selaku Kurator Edukasi dan Program Publik Museum MACAN.
Sebelumnya mereka sempat mengangkat isu politik dan sejarah yang dikemas dalam rangka seni rupa.
"Jadi harapannya, dengan seni yang merupakan suatu medium yang inklusif dan tidak mengintimidasi, untuk orang datang dan melihat karya, kita berharap dapat membuka interpretasi yang lebih luas."
"Tetapi ini membutuhkan proses. Secara kasarnya, kami ingin membuka pintu untuk hal-hal seperti ini."
Advertisement