Sukses

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Bantah Kota Bakhmut Jatuh ke Tangan Rusia

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membantah bahwa kota Bakhmut telah jatuh ke tangan Rusia.

Liputan6.com, Hiroshima - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membantah bahwa kota Bakhmut telah jatuh ke tangan Rusia.

Bakhmut menjadi salah satu medan perang utama dalam konflik bersenjata dengan Rusia. Moskow, beberapa hari sebelumnya, mengklaim bahwa kota di timur Ukraina itu telah di bawah kendali pasukannya.

"Rusia tidak menduduki Bakhmut," bantah Zelensky soal perkembangan terkini kota itu dalam konferensi pers di Museum Perdamaian Hiroshima Minggu 21 Mei sore waktu Jepang, sebagaimana diwartakan The New York Times (21/5/2023).

Kedua negara yang berkonflik saling berujar klaim tentang kendali atas kota tersebut.

Kementerian Pertahanan Rusia pada Sabtu 20 Mei pertama kali mengumumkan bahwa pasukannya, bersama tentara bayaran Wagner, telah menguasai kota Bakhmut.

Kantor berita Rusia Interfax melaporkan Minggu 21 Mei bahwa Presiden Vladimir Putin telah memberi selamat kepada pasukan atas keberhasilan tersebut.

Disinyalir sempat ada miskomunikasi antara Zelensky dengan para pewarta di KTT G7, dengan beberapa media menyebut sang presiden Ukraina mengindikasikan jatuhnya Bakhmut ke tangan Rusia.

Ketika ditanya para wartawan soal situasi di Bakhmut, Zelensky sempat mengatakan Rusia "menghancurkan segalanya".

"Anda harus memahami bahwa tidak ada apa-apa. Mereka menghancurkan segalanya," kata Zelensky kepada wartawan di sela-sela KTT G7 ketika ditanya soal situasi di Bakhmut --dikutip dari DW.

Pernyataan itu dibuat beberapa jam sebelum konferensi pers di Museum Perdamaian Hiroshima yang digelar sore hari waktu setempat.

Sebelum bantahan soal Bakhmut keluar dari mulut Zelensky sendiri, penasihat kepresidenannya berusaha meluruskan pernyataan yang dibuat oleh atasannya tersebut.

"Pertanyaan wartawan: Rusia mengatakan mereka telah mengambil Bakhmut," tulis Sergii Nykyforov di Facebook, dikutip dari Reuters. "Jawaban Presiden: Saya pikir tidak."

Nykyforov menambahkan dalam bahasa Ukraina: "Dengan cara ini, presiden menolak penangkapan Bakhmut."

2 dari 2 halaman

Pertempuran Berdarah di Bakhmut

Lebih dari 70.000 orang tinggal di Bakhmut sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada awal 2022. Perjuangan untuk menguasai kota meletus Agustus lalu. Sejak itu, pasukan Rusia mengepung Bakhmut, sebuah kota di bawah kendali Kiev di dalam kawasan industri Donbas.

Pertarungan brutal untuk kota telah berkecamuk selama lebih dari 9 bulan dan berubah menjadi pertempuran sengit yang melibatkan perang parit.

Tidak ada kota lain yang dikepung selama ini dan baik Ukraina maupun Rusia sama-sama menderita kerugian besar.

Bakhmut dianggap penting secara strategis karena lokasinya di sepanjang jalan raya E40 — yang menghubungkan kota terbesar kedua Ukraina, Kharkiv, dengan kota Rusia Rostov-on-Don.

Penangkapan Rusia atas kota tersebut akan memungkinkannya untuk pindah ke kota-kota Ukraina lebih jauh ke barat seperti Slovyansk dan Kramatorsk, pusat industri dan pusat administrasi penting di wilayah Donetsk.

Ini, pada gilirannya, akan membawa Rusia lebih dekat ke tujuannya untuk menaklukkan seluruh wilayah Donetsk.