Sukses

Kebakaran Asrama Putri Guyana Tewaskan 19 Orang, Presiden Umumkan 3 Hari Berkabung Nasional

Kebakaran asrama sekolah yang mengerikan terjadi di Guyana. Peristiwa yang telah mengejutkan negara tersebut.

Liputan6.com, Mahdia - Kebakaran asrama sekolah yang mengerikan terjadi di Guyana. Peristiwa yang telah mengejutkan negara tersebut bahkan menyebabkan presidennya mengumumkan tiga hari berkabung nasional.

Menurut Department of Public Information (DPI) atau Departemen Informasi Publik Guyana, kebakaran yang melanda asrama putri Mahdia Secondary School (Sekolah Menengah Mahdia) menewaskan 18 anak perempuan dan seorang laki-laki. Jumlah ini telah direvisi dari sebelumnya 20 orang korban tewas.

"13 anak perempuan dan seorang anak laki-laki meninggal di asrama, dan lima orang lainnya meninggal di rumah sakit," kata DPI seperti dikutip dari CNN, Selasa (23/5/2023).

Baik polisi maupun petugas pemadam kebakaran mengatakan bahwa api itu "dibuat dengan sengaja". Pada saat kebakaran, dilaporkan bahwa 56 anak tinggal di asrama – sebuah bangunan beton dan kayu dengan lima pintu dan jendela berteralis, kata seorang juru bicara polisi saat konferensi pers.

"Penyelidikan awal menunjukkan, seperti yang dilaporkan oleh pemadam kebakaran, bahwa (kebakaran) dilakukan dengan sengaja. Investigasi kami berlanjut, dan tes akan dilakukan secepatnya pada jenazah yang tersisa,” kata juru bicara tersebut.

DPI tidak melaporkan jumlah korban luka akibat kebakaran tersebut, tetapi melaporkan bahwa "dari mereka yang terluka, enam anak dievakuasi ke Georgetown pada dini hari, sementara 17 lainnya berada di Rumah Sakit Mahdia."

Menurut juru bicara polisi, para pejabat pertama kali diberitahu tentang kobaran api pada Minggu 21 Mei pukul 10.15 malam waktu setempat.

"Titik asal diidentifikasi sebagai ujung barat daya bangunan. Setelah kami menyelesaikan penyelidikan awal kami, tempat kejadian diserahkan ke kepolisian Mahdia," kata juru bicara departemen pemadam kebakaran pada konferensi pers yang sama pada Senin 22 Mei.

Ketika petugas pemadam kebakaran tiba di asrama, bangunan itu sudah dilahap api "sepenuhnya", menurut pernyataan sebelumnya. Petugas pemadam kebakaran menyelamatkan sekitar 20 siswa "dengan membuat lubang di dinding timur laut gedung".

Petugas pemadam kebakaran membutuhkan waktu lebih dari tiga jam untuk mengendalikan kobaran api.

 

2 dari 4 halaman

Ada Korban Pribumi?

The Mahdia Secondary School Dormitory (Asrama Sekolah Menengah Mahdia), tempat kebakaran terjadi, tengah jadi sorotan pemerintah Guyana untuk meningkatkan tingkat pendidikan di bagian negara yang kurang berkembang.

Tempat itu sebagian besar mendidik anak-anak pribumi, meskipun pihak berwenang tidak dapat segera memastikan apakah ada anak-anak yang tewas berasal dari komunitas pribumi.

Amerindian Peoples Association [APA] atau Asosiasi Masyarakat Amerindian mengatakan mereka "patah hati" dengan berita kebakaran dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa "penting untuk dicatat bahwa sekolah itu juga menampung siswa dari penduduk pribumi, masyarakat pribumi dari wilayah yang lebih luas.

"Asrama tersebut adalah tempat tinggal bagi siswa dari desa-desa di luar Mahdia dan sejauh ini, korban telah diidentifikasi dari komunitas adat Micobie, Chenapou, dan Karisparu," kata pernyataan APA.

Presiden Guyana Mohamed Ifran Ali mengatakan sebelumnya bahwa para siswa tidak hanya berasal dari Mahdia, tetapi juga berasal dari desa Campbelltown, Micobie, El Paso, dan beberapa desa lain di Pakaraimas Utara.

Anak-anak yang membutuhkan perhatian medis segera akan menerimanya, menurut pernyataan dari presiden Guyana. Semua individu lain yang terluka dan trauma akan diberikan bantuan medis dan psikologis.

Pemerintah Guyana sebelumnya memobilisasi "tanggapan yang didukung evakuasi medis skala penuh" setelah kebakaran terjadi.

 

3 dari 4 halaman

Bendera Setengah Tiang, Penghormatan Bagi Korban Kebakaran

Dalam pernyataan awal, pemerintah mengatakan "Kabinet sedang diberi pengarahan dan terus diperbarui tentang kebakaran mengerikan di asrama di Mahdia."

Cuaca buruk memperumit respons awal, tambah pernyataan itu.

Pihak berwenang berusaha bertemu dengan beberapa orang tua korban, kata Presiden Guyana Mohamed Ifran Ali. “Ini adalah bencana besar. Ini mengerikan, ini menyakitkan. Dan banyak tanggapan harus terjadi pada waktu yang bersamaan. Jadi, kami menempatkan semua itu pada tempatnya,” kata Ali pada konferensi pers, Senin pagi.

Presiden Guyana Mohamed Ifran Ali bersama menteri lainnya telah mengunjungi siswa dan keluarga sekolah tersebut pada hari Senin, menurut siaran pers.

Dia juga menyatakan tiga hari berkabung nasional sebagai tanggapan atas kebakaran mematikan itu, kata DPI, ketika bendera nasional dikibarkan setengah tiang di semua gedung publik untuk menghormati anak-anak yang kehilangan nyawa mereka, kata siaran pers tersebut.

"Saya minta sebagai bangsa kita memanfaatkan tiga hari ke depan sebagai tiga hari doa untuk anak-anak ini, keluarga mereka, dan masyarakat," ucap Presiden Ali menurut DPI.

 

4 dari 4 halaman

Negara Multi-Etnis Berbahasa Inggris

Guyana adalah negara multi-etnis berbahasa Inggris, di mana orang Amerindian merupakan 11% dari populasi negara itu, menurut Organisasi Kesehatan Pan-Amerika.

Indo-Guyana adalah 40% dari populasi, diikuti oleh Afro-Guyana, mereka yang merupakan campuran etnis (20%) dan Amerindian, tambah organisasi tersebut.