Liputan6.com, London - Orang-orang kebingungan setelah diduga melihat 'logo sepatu Nike' dalam lukisan berusia 400 tahun.
Karya seni 'Portrait of Frederick Sluysken (Potret Frederick Sluysken) yang dilukis oleh Master Belanda Ferdinand Bol pada abad ke-17 itu telah membuka kembali perdebatan sengit seputar perjalanan waktu.
Baca Juga
Mengutip dari ladbible.com, Kamis (25/5/2023), karya yang dipajang di Galeri Nasional di London itu membuat sejumlah pengunjung pameran sangat kebingungan.
Advertisement
Lukisan tersebut dijuluki sebagai 'salah satu potret terbaik Bol' oleh galeri.
Lukisan tersebut menunjukkan anak laki-laki kecil dalam pose berdiri memegang gelas wine dengan lemon berukuran besar di sampingnya, tubuhnya terlihat bersandar di meja belakang.
Rincian galeri menyebutkan, "Anak laki-laki itu berpakaian elegan dengan setelan abu-abu dan jubah yang serasi, dihiasi dengan kancing mengilap dan pita, topinya yang bertepi lebar dikaitkan di sandaran kursi di belakangnya".
Tetapi para penggemar seni benar-benar bingung ketika mereka melihat sosok dari potret tersebut tampaknya mengenakan sepasang sepatu kets Nike modern, padahal merek alas kaki tersebut baru didirikan pada tahun 1964.
Tanda centang Nike putih yang ikonik di bagian dalam sepatu sisi kiri itu terlihat jelas - meskipun faktanya lukisan tersebut telah dicat ratusan tahun sebelum merek tersebut didirikan.
Logo Nike ini Ditemukan oleh Pengunjung Galeri
Fiona Foskett, 57, pergi ke galeri bersama putrinya yang berusia 23 tahun bernama Holly, ketika mereka benar-benar tercengang oleh pemandangan aneh itu.
Penduduk Isle of Wight itu mengatakan kepada The Sun, "Saya berkata kepada putri saya, 'Tunggu, apakah dia mengenakan sepasang sepatu kets Nike?'" tuturnya.
"Melihat usianya, dia pasti sudah mendapatkan sepatu kets Nike pertama yang pernah dibuat. Atau apakah dia benar-benar seorang penjelajah waktu?," tambahnya.
Sementara ide seseorang memakai sepasang sepatu Nike di abad ke-17 terus terang lucu - seorang juru bicara dari Galeri Nasional telah mempertimbangkan teori tersebut.
Mereka mengatakan kepada outlet berita, "Kami senang bahwa gambar ini telah menjadi hit di kalangan pengunjung kami. Hal itu beresonansi dengan pengikut ketika kami membuat twit yang meminta orang untuk melihat apakah mereka dapat melihat detail yang lebih 'modern' dengan melihat lebih dekat sepatu anak laki-laki berusia delapan tahun di potret itu," kata juru bicara galeri.
Twit tersebut berbunyi, "Saat ini dipinjamkan kepada kami, 'Potret Frederick Sluysken' miliknya yang menawan menggambarkan putra seorang pedagang anggur.
"Perhatikan sepatunya lebih dekat dan Anda mungkin melihat detail yang lebih 'modern'. Bisakah Anda melihatnya?".
Advertisement
Aktivitas Unik Mencium Aroma Lukisan di Museum Belanda
Berbicara mengenai lukisan, museum menjadi lokasi berkumpulkan beragam karya seni, memori dan kejayaan di masa lampau. Begitu pula dengan museum seni di Belanda bernama Mauritshuis, yang menghadirkan suguhan menarik.
Seni tak hanya memanjakan mata, tetapi memberi pengalaman tak terlupa pada indra penciuman. Mauritshuis mengajak pengunjung untuk mencium aroma lukisan.
Pertunjukan baru bernama "Smell the Art: Fleeting Scents in Color" akan tayang perdana di Mauritshuis, setelah museum seni ini dibuka kembali untuk umum.
Selain memamerkan beberapa karya menakjubkan dari pelukis abad ke-17, namun juga menyuguhkan seperti apa aroma lukisan-lukisan itu. Hal ini berkat beberapa penyemprot aroma berteknologi tinggi, pengunjung dapat mengaktifkannya dengan satu sentuhan tombol.
Jika ada yang penasaran dan tidak sabar dengan aroma tersebut, museum yang berlokasi di The Hague, Belanda ini akan mengirimkan penyemprot aroma dan tiket ke pertunjukan virtual dan dapat mengikuti tur digital.
Lukisan di Daun, Cara Unik Kenalkan Gerakan Ramah Lingkungan dan Cagar Budaya
Masih berbicara tentang lukisan, menggambar atau melukis kini tidak hanya melulu menggunakan kain atau kanvas, tetapi pria asal Indonesia ini melukis di dalam daun kering.
Tak hanya wajah presiden yang digambar, situs warisan budaya seperti rumah tradisional, topeng-topeng, hingga arca di Borobudur juga terlukis dengan indah di atas daun. Karya tersebut dibuat seniman Indonesia Andhi Wahyudi dan dipamerkan di sebuah instalasi di Pekan Kebudayaan Nasional.
Berawal dari melihat banyak daun berguguran di pekarangan rumah, Andhi mencoba berinovasi dengannya. Hal ini disampaikan Endah Marjoen, perwakilan dari Cagar Budaya Indonesia sekaligus Program Director Komunitas Luar Kotak.
Pameran karya seni karya Andhi, tambah Endah, merupakan permintaan langsung dari Direktoran Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. Dibutuhkan proses sekitar tiga bulan untuk mempersiapkan karya, mulai dari konsultasi ide hingga eksekusi.
Koleksi lukisan daun di sini juga merupakan campuran dari koleksi Andhi yang sudah dibuat dari beberapa waktu lalu.
Advertisement