Liputan6.com, Al Khobar - Serangan teroris dilancarkan di kota pelabuhan Khobar, Arab Saudi, tepat 19 tahun lalu. Kelompok teroris radikal membunuh 22 orang dalam aksi penembakan tersebut.
Serangan ini mengguncang rezim Saudi, memaksa kenaikan harga minyak, hingga kekacauan ekonomi.
Detail serangan tersebut diunggah ke internet oleh seseorang yang menulis berdasarkan wawancara dengan Fawaz bin Mohammed al-Nashmi, pemimpin Brigade 'al-Quds di Jazirah Arab yang melakukan serangan tersebut. Kelompok itu disebut terafiliasi dengan grup teroris al-Qaeda --the Jamestown Foundation mencatat.
Advertisement
Dalam unggahan itu, tertulis bahwa lokasi pertama yang menjadi sasaran adalah Pusat Perminyakan Khobar, yang merupakan lokasi dari sejumlah kantor perusahaan minyak internasional.
Para teroris yang mengenakan pakaian ala militer tiba di kompleks sekitar pukul 07.00, 29 Mei 2004.
Ketika mencoba memasuki gedung, mereka membunuh setidaknya satu penjaga, lalu mulai memburu orang Barat, salah satunya adalah seorang eksekutif perminyakan Inggris berusia 62 tahun.
"Kami melihat mobil direktur Inggris dan kami 'melumpuhkan' dia," kata Nashmi, dalam wawancaranya.
Nashmi mengaku memang menargetkan orang Amerika. "Dalam pencarian kami terhadap orang-orang kafir, kami harus baku tembak dengan pasukan keamanan."
Menurut ceritanya, ia mengaku dibantu oleh Muslim lainnya, tetapi para penyintas menyangkalnya.
Setelah itu mereka menyisir wilayah kompleks lain. Mengepung dan menginterogasi orang-orang untuk menegakkan agamanya, bahkan menceramahi beberapa orang tentang Islam.
Membantai dengan Dalih
Nashmi menjelaskan bagaimana mereka membunuh sekelompok pekerja minyak beragama Katolik Roma dari Filipina, "demi saudara kita Muslim (di Filipina)," katanya.
Beberapa kelompok militan Muslim Filipina sudah beberapa dekade berperang melawan pemerintah yang didominasi Kristen di sana pada saat kejadian di Saudi itu terjadi.
Nashmi juga menceritakan bagaimana ia "menghabisi" sekelompok insinyur India.Â
"Alhamdulillah kami membersihkan tanah kami dari orang-orang kafir," katanya. New Delhi dipandang telah secara brutal menindas umat Islam di Kashmir.
Nashmi juga mengklaim bahwa dia membunuh seorang Italia, setelah memaksanya untuk berbicara dengan Al-Jazeera, saluran TV satelit berbasis di Qatar, dan menuntut penarikan pasukan Roma dari Irak.
Militan kemudian pindah ke Resor Oasis yang dijaga ketat, yang terdiri dari 200 vila, hotel, restoran, dan spa.Â
Di sana, Nashmi mengatakan bahwa mereka pergi ke hotel dan makan siang serta beristirahat dengan santai.
Setelah bersantai, mereka pergi ke tempat lain di hotel, menemukan beberapa orang tidak mempercayai agama mereka, dan membantainya.
Advertisement
Serangan Teroris Banyak Terjadi
Beberapa waktu sebelum serangan itu, Arab Saudi tengah dilanda banyak serangan kekerasan.
Sebulan sebelumnya, kompleks lain yang penuh dengan pekerja minyak digerebek dan seorang Amerika dibunuh dan diseret di jalanan.
Serangan teroris ini terlihat berfokus pada infrastruktur minyak negara yang penting, tetapi rentan.
Para militan mengatakan bahwa serangan Khobar itu didalangi oleh Abdulaziz al-Muqrin, seorang militan kelahiran Saudi yang terkenal.Â
Dalam pernyataan terpisah, yang diterbitkan bersama Nashmi, Muqrin memuji kekacauan tersebut karena berhasil menaikkan harga minyak, menjadi yang tertinggi dalam sejarah pada masa itu.
"Ini mengusik pemerintah jahat yang berkomitmen untuk menjamin kemakmuran Amerika dan kelanjutan aliran minyak," ucap Muqrim.
Beberapa pemimpin militan khawatir bahwa kematian Muslim yang tidak disengaja dapat membuat penduduk setempat menentang mereka.
"Kami berjanji kepada Tuhan bahwa kami akan kembali untuk pertempuran lain sampai kami mati. Sekarang seluruh dunia tahu bahwa tujuan kami adalah membersihkan tanah Muslim kami," ucap Nashmi, menutup sesi wawancaranya.
Pecah Rekor, Arab Saudi Eksekusi Mati 81 Terpidana Kasus Terorisme dalam Sehari
Pemerintah Arab Saudi tunjukkan ketegasan dan keseriusannya dalam mengatasi kasus terorisme.
Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi pada Sabtu mengumumkan eksekusi 81 terpidana dengan tuduhan berbeda, termasuk terorisme, spionase, dan pembunuhan.
Ini adalah rekor hukuman mati dalam satu hari yang dilakukan Arab Saudi.
Hukuman juga termasuk menargetkan personel pemerintah, pembunuhan petugas penegak hukum dan menanam ranjau darat untuk menargetkan kendaraan polisi, Saudi Press Agency melaporkan.
Orang-orang itu diadili di pengadilan Arab Saudi, diawasi oleh total 13 hakim dalam tiga tahap terpisah untuk setiap individu, kata kementerian itu, demikian dikutip dari laman Xinhua, Minggu (13/3/2022).
Terdakwa diberi hak untuk didampingi pengacara dan dijamin hak penuh mereka di bawah hukum Saudi selama proses peradilan, tambah kementerian itu.
Kementerian menekankan bahwa kerajaan Saudi akan terus mengambil sikap tegas dan teguh terhadap terorisme dan ideologi ekstremis yang mengancam stabilitas dunia.
Advertisement