Liputan6.com, Hanoi - Sebuah kapal riset China dan lima kapal pengawal berada di Zona Ekonomi Eksklusif Vietnam di Laut China Selatan selama beberapa pekan terakhir.
Mereka dilaporkan berlayar dekat blok gas milik Vietnam yang dioperasikan Rusia.
Baca Juga
Hanoi telah mendesak kapal-kapal Tiongkok itu pergi namun dilaporkan bahwa mereka berada di kawasan tersebut per Sabtu 27 Mei --Reuters mewartakan dikutip dari India Today (27/5/2023).
Advertisement
Kapal China Xiang Yang Hong 10 mulai beroperasi di ZEE Vietnam pada 7 Mei, mewakili kehadiran paling signifikan sejak 2019, menurut Ray Powell, yang memimpin 'Proyek Myoushu di Laut China Selatan' Universitas Stanford.
Dia mengatakan perilaku China dan reaksi Vietnam adalah "eskalasi yang mengkhawatirkan".
China mengklaim sebagian besar perairan kaya energi di Laut China Selatan, termasuk wilayah yang berada di dalam ZEE Vietnam.
Dalam minggu-minggu terakhir sejak 7 Mei, kapal penelitian China yang dikawal oleh selusin kapal bergerak melintasi blok gas 04-03.
Blok itu dioperasikan oleh Vietsovpetr, perusahaan patungan antara Zarubezhneft dan PetroVietnam, menurut data pelacakan kapal yang dibagikan kepada Reuters oleh South China Sea Chronicle Initiative (SCSCI), sebuah organisasi nirlaba independen.
Kapal-kapal itu juga secara teratur melintasi blok 132 dan 131 yang telah dilisensikan Vietnam ke Vietgazprom, perusahaan patungan antara perusahaan gas raksasa Rusia Gazprom dan PetroVietnam. China telah meluncurkan tawaran saingan untuk melisensikan kedua blok tersebut. Ketiga perusahaan dan kedutaan Rusia di Hanoi tidak segera membalas permintaan komentar.
Tanggapan Beijing
Juru bicara kementerian luar negeri China, Mao Ning, menanggapi pertanyaan tentang kebuntuan tersebut, mengatakan China memiliki kedaulatan atas Kepulauan Spratly dan perairan yang berdekatan, dan yurisdiksi atas perairan yang relevan.
"Kapal-kapal China yang relevan melakukan aktivitas normal di bawah yurisdiksi China. Itu sah, dan tidak ada masalah memasuki zona ekonomi eksklusif negara lain," katanya dalam konferensi pers reguler.
Mao mengatakan China telah memelihara komunikasi dengan pihak-pihak terkait tentang masalah ini dan ingin bekerja sama dengan mereka untuk "bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas Laut China Selatan", menambahkan bahwa China "pasti akan melindungi hak dan kepentingannya yang sah".
Pada Kamis 25 Mei, Vietnam mengeluarkan pernyataan publik yang meminta kapal-kapal China itu pergi. Saat itu, kapal-kapal tersebut tengah berada di blok 129, blok gas yang juga dioperasikan oleh Vietgazprom, menurut analis Ray Powell.
Pernyataan itu menyusul kunjungan mantan Presiden Rusia dan wakil ketua dewan keamanan Rusia Dmitry Medvedev ke Hanoi pada Senin 22 Mei.
Dua kapal perikanan Vietnam pada Jumat 26 Mei membayangi kapal China pada jarak 200-300 meter, kata Powell, mencatat kapal China telah pindah ke blok yang berdekatan dengan yang dioperasikan oleh perusahaan Rusia.
Di bawah aturan internasional, kapal asing diizinkan melintasi ZEE negara lain. Tetapi, apa yang dilakukan China telah lama dianggap sebagai aksi bermusuhan oleh Vietnam dan negara lain dengan klaim di Laut China Selatan, termasuk Filipina dan Malaysia.
Pada 2019, Vietnam dan China bersitegang selama lebih dari tiga bulan perihal saling klaim blok gas yang dioperasikan oleh perusahaan minyak negara Rusia Rosneft (ROSN.MM). Kurang dari dua tahun setelah itu, Rosneft menjual asetnya di Laut China Selatan kepada perusahaan milik negara Rusia Zarubezhneft, yang mengoperasikan beberapa ladang gas tempat sengketa saat ini sedang berlangsung.
Advertisement