Sukses

Tentara Iran dan Taliban Bentrok di Wilayah Perbatasan Afghanistan

Iran dan Taliban sedang berkonflik akibat masalah air.

Liputan6.com, Tehran - Tentara Taliban bentrok dengan tentara Iran di perbatasan Afghanistan pada Sabtu (27/5). Kedua pihak dilaporkan berseteru karena masalah air.

Bentrokan yang terjadi menewaskan dan melukai sejumlah tentara di pihak Iran dan Taliban.

Dilaporkan Arab News, Minggu (28/5/2023), deputi kepala polisi Iran, Jenderal Qassem Rezaei, menuduh Taliban menembak lebih dulu pada Sabtu pagi. Insiden terjadi di perbatasan provinsi Sistan dan Baluchestan (Iran) dan Nimroz (Afghanistan).

Media Iran, IRNA, menyebut serangan dari Iran memberikan kerusakan parah ke pihak Taliban.

Sebaliknya, pihak Taliban menyalahkan Iran yang dituding menembak duluan. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Abdul Nafi Takor, berkata dua orang tewas dalam bentrokan itu. Satu korban dari Iran, satu lagi dari Afghanistan.

Sejumlah orang lainnya juga terluka, namun Takor bilang situasi sudah berada di bawah kendali.

IRNA turut melaporkan dua orang tewas, namun Tehran Times melaporkan ada tiga tentara perbatasan Iran yang tewas.

Pihak Taliban menegaskan perlunya dialog terkait masalah ini ketimbang berseteru.

"Membuat alasan untuk berperang dan aksi negatif tidaklah sesuai kepentingan pihak mana pun," ujar jubir Kementerian Pertahanan Afghanistan Enayatullah Khawarazmi.

Sebuah video juga beredar online ketika suara senapan mesin terdengar di area bentrokan. Taliban menggunakan senapan mesin buatan Amerika Serikat ke pos perbatasan Iran. Petarung Taliban lain juga mengendarai kendaraan lapis baja yang kemungkinan ditinggalkan oleh pasukan NATO.

Iran menegaskan tidak akan membiarkan serangan Taliban berlangsung begitu saja. Pihak pemerintah Afghanistan pun diminta bertanggung jawab atas serangan mereka yang bertentangan dengan prinsip-prinsip internasional.

"Pasukan perbatasan di Republik Islam Iran akan secara tegas merespons segala penerobosan di perbatasan dan agresi," tegas kepala kepolisian Iran, Jenderal Ahmadreza Radan.

2 dari 3 halaman

Iran Luncurkan Kheibar, Rudal Balistik Terbaru yang Mampu Bawa Hulu Ledak 1.500 Kg dengan Jangkauan 2.000 Meter

Sementara itu, Kementerian pertahanan Iran pada hari Kamis meluncurkan rudal balistik baru dengan jangkauan 2.000 kilometer (1.242 mil) dan kapasitas untuk membawa hulu ledak seberat lebih dari satu ton.

Rudal Kheibar – versi terbaru dari Khorramshahr yang merupakan rudal jarak jauh Iran hingga saat ini – diluncurkan di samping replika masjid Al Aqsa di Yerusalem timur, dalam siaran langsung di televisi pemerintah.

Menteri Pertahanan Iran Mohammad-Reza Ashtiani mengatakan rudal itu diluncurkan sebagai bagian dari langkah untuk "memberikan dukungan komprehensif kepada teman dan negara kita yang berada di jalur pertempuran melawan sistem dominasi".

Kantor berita negara IRNA yang dikutip AFP, Kamis (25/5/2023), mengatakan Kheibar adalah "rudal bahan bakar cair dengan jangkauan 2.000 kilometer dan hulu ledak 1.500 kilogram".

Namanya merujuk pada kota kuno Khaybar - yang terletak di zaman modern Arab Saudi - yang terkenal dengan pertempuran abad ketujuh yang menentukan di mana pasukan Nabi Muhammad mengalahkan ribuan penduduk Yahudi.

Menurut media pemerintah, kecepatan rudal taktis dengan mobilitas tinggi "dapat mencapai Mach 16 di luar atmosfer dan Mach 8 di dalam atmosfer".

Peluncuran rudal Kheibar itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan dalam konflik Israel-Palestina dan lebih dari 10 hari memasuki gencatan senjata Gaza yang rapuh, yang mengakhiri lima hari konflik lintas perbatasan antara Israel dan kelompok militan Palestina yang didukung Iran, Islamic Jihad.

3 dari 3 halaman

Jejak Kesepakatan Nuklir Iran

Adapun beberapa hari setelah rudal Khorramshahr diresmikan pada tahun 2017, presiden AS saat itu Donald Trump mengeluarkan peringatan keras untuk Teheran. Hal itu menimbulkan ketidakpastian yang semakin meningkat mengenai apakah kesepakatan nuklir yang dicapai dengan Iran akan bertahan.

Kesepakatan 2015 yang secara resmi dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action atau JCPOA, memberi Iran keringanan dari sanksi internasional dengan imbalan pembatasan program nuklirnya.

Tetapi kesepakatan itu runtuh pada 2018 setelah Amerika Serikat secara sepihak menarik diri darinya dan menerapkan kembali sanksi, mendorong Iran untuk menangguhkan implementasi komitmennya sendiri untuk mengekang aktivitas nuklir termasuk pengayaan uranium.

Pada Januari 2020, Iran melancarkan serangan rudal terhadap pasukan AS di pangkalan militer Ain al-Assad di Provinsi Anbar Irak, beberapa hari setelah serangan pesawat tak berawak AS di bandara Baghdad menewaskan komandan Pengawal Revolusi Qasem Soleimani dan letnan Irak Abu Mahdi al-Muhandis.