Liputan6.com, New York - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres, menurut juru bicaranya, terkejut dengan sepucuk surat dari penguasa militer Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan yang diterimanya pada Jumat (26/5/2023). Melalui surat itu, Burhan dilaporkan meminta Guterres memecat utusan PBB untuk Sudan.
"Sekjen bangga dengan pekerjaan yang dilakukan (perwakilan khusus PBB untuk Sudan) Volker Perthes dan menegaskan kembali kepercayaan penuhnya pada perwakilan khususnya," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric dalam pernyataan tertulis pada Jumat, seperti dilansir CNN, Senin (29/5/2023).
Pertempuran sengit selama berminggu-minggu di Sudan antara militer Sudan yang dipimpin Burhan melawan pasukan paramiliter yang dipimpin Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo telah membuat negara itu berada dalam kekacauan, mengacak-acak harapan untuk transisi damai ke pemerintahan sipil.
Advertisement
Perthes, yang ditunjuk sebagai utusan khusus PBB untuk Sudan pada tahun 2021, telah menyuarakan keprihatinan yang kuat atas perang saudara Sudan.
Dalam pidatonya di Dewan Keamanan PBB awal pekan ini, Perthes mengkritik kedua pemimpin pihak yang bertikai dan memperingatkan tentang peningkatan konflik etnis. Dia mengatakan bahwa tanggung jawab atas pertempuran diserahkan kepada mereka yang mengobarkannya setiap hari.
"Kepemimpinan kedua belah pihak berbagi tanggung jawab untuk memilih menyelesaikan konflik mereka di medan perang dibanding meja perundingan," ujar Perthes.
Mengutip laporan AP, sebuah sumber informasi mengatakan bahwa Burhan menuduh Perthes partisan dan pendekatannya dalam pembicaraan sebelum perang dengan para jenderal dan gerakan pro-demokrasi membantu mengobarkan konflik. Pembicaraan itu bertujuan memulihkan transisi demokrasi negara itu, yang digagalkan oleh kudeta militer pada Oktober 2021.
Gencatan Senjata Tidak Efektif
Meskipun terdapat gencatan senjata -terakhir berlangsung tujuh hari dan berakhir pekan ini – pertempuran terus berlanjut. Menurut Kedutaan Besar Amerika Serikat di Khartoum, pertempuran telah melibatkan penggunaan artileri, pesawat militer hingga drone dan berkelanjutan di jantung Kawasan Industri Khartoum, Zalingei, dan Darfur.
Perang saudara Sudan telah mengakibatkan banyak korban sipil. Perthes mengungkapkan, lebih dari 700 orang tewas, termasuk 190 anak-anak, dan 6.000 lainnya luka-luka.
Sementara itu, lebih dari satu juta orang mengungsi.
Advertisement