Liputan6.com, Tokyo - Penjaga pantai Jepang mengatakan, Korea Utara telah memberi tahu pihaknya bahwa mereka berencana meluncurkan satelit antara 31 Mei - 11 Juni 2023. Peluncuran satelit, sebut Jepang, dapat memengaruhi perairan di Laut Kuning, Laut China Timur, dan Pulau Luzon di Filipina.
Peringatan keselamatan bagi kapal yang akan berlayar melintasi area tersebut pun dikeluarkan sesuai perkiraan rentang waktu peluncuran.
Baca Juga
Sementara itu, kantor Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida seperti dilansir AP, Senin (29/5/2023) menyebutkan telah menginstruksikan para pejabat terkait untuk melakukan yang terbaik dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi terkait peluncuran satelit dan menginformasikannya kepada publik.
Advertisement
"Kami sangat mendesak Korea Utara untuk menahan diri dan tidak melakukan peluncuran," ungkap kantor PM Jepang seraya menambahkan bahwa pihaknya bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, dan sejumlah negara lain.
Ini akan menjadi peluncuran satelit pertama Korea Utara dalam lebih dari tujuh tahun.
Kim Jong Un sendiri dalam kunjungannya ke badan kedirgantaraan Korea Utara pada April 2023 mengatakan bahwa pihaknya telah menyelesaikan pengembangan satelit mata-mata dan memerintahkan peluncurannya sesuai rencana. Saat itu, dia tidak menyebut waktu peluncurannya.
Menurut Kim Jong Un sangat penting memiliki sistem pengawasan berbasis ruang angkasa untuk mengatasi apa yang disebutnya sebagai ancaman keamanan serius yang ditimbulkan oleh AS dan Korea Selatan.
Kim Jong Un turut menggarisbawahi bahwa pengintaian sangat penting bagi Korea Utara untuk secara efektif menggunakan metode deterns atau pencegahan perang. Dia mengatakan bahwa Korea Utara harus meluncurkan beberapa satelit untuk membangun kemampuan pengumpulan intelijen.
Keraguan Ahli
Uji coba rudal dan roket Korea Utara sebelumnya telah menunjukkan bahwa negara itu memiliki kapasitas untuk mengirim satelit ke luar angkasa. Tetapi banyak ahli mempertanyakan apakah Korea Utara memiliki kamera canggih untuk digunakan pada satelit mata-mata karena foto yang dirilis dari uji coba sebelumnya beresolusi rendah.
Ketika Korea Utara meluncurkan uji coba satelit untuk menilai hasil fotografi dan sistem transmisi datanya pada Desember lalu, mereka mempublikasikan foto hitam-putih yang menunjukkan pemandangan luar angkasa kota-kota Korea Selatan. Beberapa ahli sipil di Korea Selatan kemudian mengatakan pada saat itu, foto-foto itu terlalu kasar untuk tujuan pengawasan dan kemungkinan hanya mampu mengenali target besar seperti kapal perang di laut atau instalasi militer di darat.
Saudara perempuan Kim Jong Un, Kim Yo Jong, dengan cepat menolak penilaian semacam itu. Dia mengatakan bahwa uji coba satelit membawa kamera komersial karena tidak ada alasan untuk menggunakan kamera beresolusi tinggi yang mahal untuk uji bidikan tunggal.
Peluncuran satelit ke luar angkasa akan menggunakan teknologi rudal jarak jauh yang dilarang oleh resolusi Dewan Keamanan PBB. Pasalnya, PBB memandang peluncuran satelit observasi Bumi Korea Utara di masa lalu sebagai uji coba terselubung dari teknologi misil jarak jauhnya karena kendaraan peluncur rudal balistik dan ruang angkasa sering kali memiliki badan, mesin, dan komponen lain yang serupa.
Advertisement