Sukses

2 Perempuan Siap Bertarung Melawan Joe Biden dan Donald Trump dalam Pilpres AS 2024

Dua perempuan yang telah mengumumkan pencalonannya sebagai kandidat capres dalam Pilpres AS 2024 adalah Nikki Haley dan Marianne Williamson.

Liputan6.com, Washington - Seperti halnya Indonesia, Amerika Serikat (AS) juga akan menggelar pilpres pada tahun 2024. Kelak, calon yang terpilih akan menjadi presiden ke-47 AS.

Pilpres AS 2024 dijadwalkan digelar pada Selasa 5 November 2024, sementara pelantikan presiden AS berlangsung pada Senin 20 Januari 2025.

Sejauh ini, ada tujuh kandidat calon presiden (capres) dari Partai Republik dan tiga kandidat capres dari Partai Demokrat AS yang sudah mengumumkan pencalonannya.

Masing-masing kandidat capres masih harus bersaing secara internal untuk mendapatkan tiket pencapresan.

Tujuh kandidat capres Partai Republik antara lain adalah Donald Trump (76), Ron DeSantis (44), Nikki Haley (51), Vivek Ramaswamy (37), Asa Hutchinson (72), Tim Scott (57), dan Larry Elder (71).

Sementara tiga kandidat capres dari Partai Demokrat AS adalah petahana Joe Biden (80), Robert F. Kennedy Jr. (69), dan Marianne Williamson (70).

Dari seluruh nama kandidat capres yang mayoritas laki-laki tersebut, terdapat dua sosok perempuan. Masing-masing dari satu partai, yaitu: Nikki Haley dan Marianne Williamson.

Seperti dilansir dari berbagai sumber pada Selasa (30/5/2023), berikut profil dua politikus perempuan yang akan bertarung dalam memperebutkan kursi capres dalam Pilpres AS 2024:

2 dari 3 halaman

1. Nikki Halley

Nikki Haley yang memiliki nama asli Nimrata Nikki Randhawa, lahir di Bamberg, Carolina Selatan, pada 20 Januari 1972. Dia merupakan anak ketiga dari empat bersaudara di keluarga Sikh.

Ayahnya, Ajit Singh Randhawa, berasal dari wilayah Punjab, India, yang mendapat gelar master di bidang biologi sebelum pindah ke Kanada untuk mendapatkan gelar Ph.D. di Universitas British Columbia. Pada tahun 1969, Ajit mendarat di Bamberg dan mengajar di Kampus Voorhees.

Ibu Nikki, Raj Kaur Randhawa, juga dari wilayah Punjab dan dibesarkan dalam keluarga kaya. Raj memegang gelar sarjana hukum, sesuatu yang sangat tidak biasa bagi seorang wanita di tempat dan waktu itu. Dia memulai karier di Carolina Selatan dengan mengajar pelajaran sosial untuk kelas enam di sekolah umum setempat sebelum mulai menjalankan toko suvenir yang kemudian berkembang menjadi butik bernilai jutaan dolar.

Ajit mengenakan turban, sementara Raj mengenakan sari dan bindi.

"Orang tua saya," kata Nikki, "lebih Amerika daripada siapa pun yang saya kenal."

Nikki sendiri kuliah di Universitas Clemson dengan beasiswa untuk belajar manajemen tekstil. Dia lulus pada tahun 1994 dengan gelar sarjana di bidang akuntansi.

Orang tuanya ingin Nikki menikah dengan seseorang dari latar belakang dan agama yang sama. Oleh karena itu, ketika Michael Haley melamarnya pada tahun 1994, sang ibu menolaknya.

Menurut Nikki, saat itu orang tuanya mengatakan kepada Michael, "Michael, kamu anak yang baik. Jika kamu benar-benar ingin menikahi putri kami, kamu harus mendapatkan pekerjaan, harus membeli rumah, harus membeli mobil, dan kamu tidak dapat bertemu atau berkomunikasi dengannya selama setahun. Jika kamu dapat melakukan semua hal ini, kamu dapat menikahinya."

Namun, Nikki dan Michael tetap berkencan selama dua tahun kemudian sebelum akhirnya Nikki menegaskan kepada orang tuanya, "Jika kalian pikir kalian dapat menemukan seseorang yang akan mencintai saya lebih dari dia dan merawat saya lebih baik dari dia maka saya akan menuruti kalian."

Singkat cerita, pasangan itu pun menikah pada tahun 1996.

"Kami memilih agama Kristen," terang Nikki seperti dilansir Politico, "karena begitulah kami ingin menjalani cara hidup dan membesarkan anak-anak kami."

Putrinya, Rena, lahir pada tahun 1998. Sementara putranya, Nalin, lahir pada tahun 2001.

"Semua orang tua merasa diberkati, tetapi kami kesulitan mendapatkan keduanya, jadi kami merasa lebih diberkati," kata Nikki.

Setelah beberapa tahun bekerja sebagai pengawas akuntansi untuk sebuah perusahaan daur ulang di Charlotte -pekerjaan pertamanya setelah lulus kuliah- Nikki memutuskan bergabung dengan bisnis ibunya, Exotica International, Inc.

Dikutip dari situs web kampanyenya, pada tahun 2004, Nikki mencalonkan diri sebagai anggota DPR Carolina Selatan dan menang. Di badan legislatif negara bagian itu, dia mendorong pemotongan pajak dan transparansi ketika legislator dari kedua partai memilih untuk meningkatkan tunjangan yang didanai pembayar pajak. Sebagai balasan, dia menjadi target dari kepemimpinan Partai Republik, dicopot sebagai anggota komite, dan kariernya berusaha dimatikan.

Pada tahun 2010, Nikki mencalonkan diri sebagai gubernur ke-116 Carolina Selatan dan menang. Dia mencatat sejarah sebagai gubernur termuda di negara bagian itu dan gubernur wanita minoritas pertama di AS.

Selama masa jabatan Nikki sebagai gubernur, Carolina Selatan memimpin ekonomi nasional, di mana tingkat pengangguran negara bagian itu mencapai titik terendah dalam 15 tahun.

Nikki disebut membawa reformasi besar-besaran ke Carolina Selatan, termasuk meningkatkan sektor pendidikan hingga menyatukan warga Carolina Selatan ketika tragedi melanda. Salah satunya kehancuran yang dipicu Badai Matthew.

Carolina Selatan kembali memilih Nikki pada tahun 2014 untuk memimpin. Dua tahun kemudian, majalah Time menamainya sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia.

Pada tahun 2016, Donald Trump yang menjadi presiden saat itu menunjuk Nikki untuk mengisi posisi duta besar AS untuk PBB. Dia resmi menjabat sebagai utusan AS untuk PBB pada Januari 2017 hingga Desember 2018.

Nikki mengumumkan pencalonannya sebagai capres Partai Republik pada Februari 2023, menjadikannya tokoh pertama yang terang-terangan menantang Trump. Jika Nikki memenangkan tiket pencapresan maka dia akan jadi capres wanita pertama dan keturunan Asia-AS pertama dari Partai Republik.

Menyerukan gaya kepemimpinan baru, Nikki mengusung jenis kelamin dan akar keluarganya sebagai imigran dalam kampanye pencalonannya, sembari menolak politik identitas.

3 dari 3 halaman

2. Marianne Williamson

Marianne Williamson lahir pada 8 Juli 1952 di Houston, Texas. Dikutip dari situs web kampanyenya, Marianne melabeli diri sebagai penulis laris, aktivis politik, dan pemipin spiritual.

Ayahnya adalah seorang pengacara imigrasi dan Marianne menggambarkan ibunya sebagai seorang ibu rumah tangga tradisional. Orang tuanya berlatar imigran Yahudi Rusia, di mana sang kakek disebut mengubah nama belakang Marianne dari Vishnevetsky menjadi Williamson.

Marianne yang dalam sebuah wawancara pada tahun 2022 menggambarkan dirinya sebagai wanita Yahudi menempuh pendidikan di sekolah umum di Houston dan menghabiskan dua tahun di Kampus Pomona di Claremont, California, pada tahun 1970-1971, di mana dia belajar teater dan filsafat sebelum di-drop out pada tahun 1973.

Dia memulai karier profesionalnya sebagai pemimpin spiritual untuk Church of Today, sebuah Unity Church di Warren, Michigan. Namanya menjadi semakin terkenal karena sering menjadi tamu di The Oprah Winfrey Show, hingga membuatnya dijuluki sebagai penasihat spiritual Oprah.

Selama lebih dari tiga dekade, Marianne mengklaim memimpin kalangan spiritual dan religius progresif. Dia telah menulis 15 buku, empat di antaranya menjadi buku terlaris versi New York Times.

Pada tahun 1989, Marianne mendirikan Project Angel Food, sebuah organisasi nirlaba yang telah mengirimkan lebih dari 14 juta makanan kepada pasien yang sakit dan sekarat. Grup ini dibentuk untuk membantu para penderita HIV/AIDS.

Marianne mengklaim sepanjang kariernya dia ikut memperjuangkan penanganan masalah kemiskinan, anti-kelaparan, dan rekonsiliasi rasial. Pada tahun 2004, sosoknya menjadi salah satu yang mendirikan The Peace Alliance.

Ini bukan kali pertama Marianne masuk bursa kandidat capres AS. Dalam Pilpres AS 2020, dia juga mencalonkan diri dari Partai Demokrat, namun belakangan mundur dan memilih memberikan dukungan kepada Bernie Sanders.

Marianne, yang memiliki seorang putri kelahiran 1990, mengumumkan pencalonannya sebagai kandidat capres dari Partai Demokrat pada awal Maret 2023. Dia menggambarkan dirinya sebagai seorang Demokrat progresif dengan platform yang berusaha untuk meningkatkan upah minimum federal, mereparasi ketidakadilan rasial, mengatasi perubahan iklim dan utang pinjaman mahasiswa, serta menciptakan Departemen Perdamaian AS.