Liputan6.com, Den Haag - Aktris Carice van Houten ditangkap oleh polisi Belanda karena keterlibatan di unjuk rasa Extinction Rebellion yang bertujuan melindugi lingkungan. Polisi menyebut ada 1.579 orang yang ditangkap.
Carice van Houten merupakan aktris pemeran Lady Melisandre di seri Game of Thrones.
Dilansir DW.com, Senin (29/5/2023), unjuk rasa Extinction Rebellion itu digelar di Den Haag. Ada lebih dari 7.000 orang yang terlibat.
Advertisement
Para pengunjuk rasa dilaporkan memblokir jalanan dekat gedung parlemen Belanda dan kantor perdana menteri.
Beberapa pengunjuk rasa memakai baju mandi karena telah memprediksi akan disemprot water cannon. Aparat memang teryata menggunakan water cannon untuk membuat massa bubar.
Di Instagramnya, Carice van Houten membagikan video bahwa unjuk rasa digelar dengan damai. Sejumlah musisi klasik turut hadir dan memainkan lagu Beethoven.
Meski sempat dikabarkan ditahan polisi pada Senin siang waktu Indonesia, Carice van Houten, masih terlihat dapat mengakses Instagram miliknya untuk membagikan pesan mengenai lingkungan.
Extinction Rebellion
Extinction Rebellion (XR) merupakan gerakan untuk mencegah kepunahan massal. Berdasarkan situs resmi mereka, taktik yang mereka gunakan adalah ketidakpatuhan sipil yang tidak mengandung kekerasan, seperti memblokir jalan.
Tujuan pertama dari XR adalah membuat dunia yang layak untuk tujuh generasi selanjutnya. Pihak XR mengingatkan bahwa dunia mengalami kepunahan keenam, tetapi masyarakat tidak melakukan langkah yang sesuai untuk mencegah hal tersebut.
Fokus dari XR mencakup bidang sosial-budaya, demokrasi, edukasi, hingga ekonomi.
XR menegaskan bahwa mereka menolak memakai cara kekerasan.
"Non-kekerasan membuat gerakan kita tetap hidup. Kami menggunakan non-kekerasan untuk mengungkap pelaku sejati dari kekerasan sistemik yang rakyat rasakan tiap harinya di segara penjuru dunia," ujar pihak Extinction Rebelliondi situs resminya.
Suaka Margasatwa Muara Angke, Benteng Pertahanan Terakhir Jakarta dari Ancaman Krisis Iklim dan Sampah dari Darat
Bicara soal lingkungan, beralih ke dalam negeri, tak banyak yang sadar bahwa kualitas lingkungan Jakarta amat terbantu oleh adanya ekosistem mangrove di utara Jakarta. Meski berada di wilayah perkotaan, bukan berarti warga urban tidak memiliki andil dalam menjaga ekosistem mangrove. Suaka Margasatwa Muara Angke telah berusaha menjaga kelestarian ekosistem mangrove dan menjadi benteng terakhir wilayah pesisir Jakarta.
Dengan luas 25,02 hektare, Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) menjadi ekosistem mangrove terkecil di Indonesia. "Menurut KLHK pada 2021, luas hutan mangrove di Indonesia itu 3,3 juta hektare. Ini 23 persen dari luas mangrove dunia," ujar Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Mufti Ginanjar.
Mampu menyerap sepertiga karbon dunia, Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki peran penting dalam menyelamatkan bumi dari pemanasan global.
Untuk meningkatkan kesadaran bersama tentang pelestarian mangrove, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jakarta bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), menggelar acara penyadartahuan bertema “Mangrove Jakarta untuk siapa?”, yang diikuti oleh sejumlah awak media, pada 25 Mei 2023 di Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta Utara.
Dalam kesempatan ini dilakukan diskusi interaktif, penanaman mangrove, pembersihan tumbuhan invasif, dan pembibitan mangrove.
Advertisement
Sampah Menjadi Masalah Besar bagi Ekosistem Mangrove
Berada di antara ekosistem darat dan laut, mangrove berfungsi penting. Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman mengatakan, "Laut memiliki potensi bencana yang bisa mengganggu kehidupan di darat. Darat juga memiliki potensi bencana yang mengganggu laut. Mangrove yang menjadi pembatasnya, ini yang bikin mangrove unik."
SMMA berfungsi mencegah banjir dan rob. "Fungsi SMMA adalah mengurangi dampak banjir. Radius 0,5 km persegi bisa terselamatkan dari banjir karena masuk ke suaka margasatwa. Artinya, 2000 orang bisa mendapat manfaat langsung," ucap Mufti Ginanjar.
Bahkan, mangrove juga berfungsi menjadi penahan limbah dari darat sebelum masuk ke laut. Pengurus Suaka Margasatwa Muara Angke mengaku kerap menemukan tumpukan sampah plastik ketika menggali.
"Sebagian besar limbah berakhir di laut walaupun diproduksi di darat," ucap Ilman. "Dari 13 muara sungai di Jakarta, limbah itu sedikit-sedikit ditahan di ekosistem mangrove sebelum sampai ke laut. Tanpa mangrove, (limbah) akan loss begitu saja," sambungnya.
Sayangnya, masyarakat tidak dapat mengandalkan ekosistem mangrove untuk menahan limbah agar tidak sampai ke laut. Menurut Ilman, produksi sampah di Jakarta sudah melebihi batas. Artinya, untuk mencegah kerusakan pada mangrove, masyarakat harus secara sadar mengurangi produksi sampah.
"Ibarat ada kamar mandi banjir karena kucuran air keran yang mengalir deras, bukan kita mengambil pel banyak-banyak untuk mengeringkannya, tapi kita harus menutup keran itu," terang Ilman.