Sukses

Kasus Remaja Perempuan India Ditikam Hingga Tewas di Depan Umum Picu Kemarahan, Ayah: Tak Ada yang Tolong Putriku

Gadis remaja di India ditikam sampai mati di depan umum, mengobarkan kembali kemarahan atas kekerasan terhadap perempuan.

Liputan6.com, Jakarta Kasus kekerasan terhadap perempuan di India kembali jadi sorotan. Terbaru, seorang gadis berusia 16 tahun ditikam secara brutal dan dipukul sampai mati di gang umum yang sibuk di ibu kota India pada Minggu 28 Mei 2023.

Kematiannya lantas memicu kemarahan baru atas keselamatan perempuan di negara itu dan kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki.

Video kejadian tersebut, seperti dikutip dari CNN, Rabu (31/5/2023), terekam kamera keamanan yang diketahui berlangsung lebih dari satu menit. Rekaman tersebut menunjukkan beberapa orang berjalan di dekatnya saat penyerang berulang kali menyerang korban.

Dalam video tersebut terlihat hanya satu orang yang terlihat mencoba untuk campur tangan, mencoba menarik penyerang dari korban sebelum mundur dengan cepat.

Jasad korban, yang awalnya tak teridentifikasi, ditemukan Minggu malam di daerah Shahbad Dairy di lingkungan Rohini di Delhi utara, tempat penikaman itu terjadi.

Pada Senin 29 Mei sore, polisi India mengatakan mereka telah menangkap seorang tersangka laki-laki bernama Sahil sehubungan dengan pembunuhan tersebut.

Sahil, seorang montir, ditahan di Bulandshahr, negara bagian tetangga Uttar Pradesh, kata Ravi Kumar Singh, Wakil Komisaris Polisi untuk Outer Delhi, kepada wartawan hari Senin.

Komisaris Khusus Polisi Delhi Deependra Pathak mengatakan kepada saluran berita India Times Now bahwa penyelidikan awal mengarah pada apa yang disebut crime of passion atau kejahatan terkait nafsu.

2 dari 4 halaman

Ayah Korban: Saya Marah Tidak Ada yang Bantu Putriku

"Saya melihat putri saya terbaring di tanah, dengan wajah menghadap ke tanah," kata ayah gadis itu, Janak Raj, kepada CNN. "Organnya telah keluar dan kepalanya telah hancur. Dia terbaring tak bernyawa. Tidak ada gunanya membawanya ke rumah sakit."

"Saya marah mengetahui bahwa tidak ada yang membantu putriku," tambahnya. Jika mereka membantunya, dia pasti masih hidup hari ini. Saya juga mendengar bahwa orang yang lewat sibuk merekam video kejadian tersebut. Bahkan jika mereka berteriak, itu akan membantu putri saya."

Raj mengatakan putrinya membantu keuangan keluarga dengan memberikan les. "Aku tidak merasa hidup hari ini," katanya sambil menangis. "Aku sangat merindukannya. Dia adalah anak yang baik. Apa yang saya lakukan?"

Insiden itu adalah yang terbaru dari serangkaian pembunuhan dan pemerkosaan yang telah memicu kemarahan tentang apakah tindakan yang dilakukan cukup untuk melindungi perempuan di India dan menghukum penyerang.

"Seorang gadis kecil dibunuh secara brutal secara terbuka di Delhi," tulis Ketua Menteri Delhi Arvind Kejriwal di Twitter. “Ini sangat menyedihkan dan disayangkan. Para penjahat menjadi tidak takut, dan tidak ada rasa takut terhadap polisi.”

"Keselamatan rakyat Delhi adalah yang terpenting," tambahnya.

 

3 dari 4 halaman

Delhi India Tidak Aman Bagi Perempuan dan Anak Perempuan

Swati Maliwal, ketua Komisi Wanita Delhi, mengatakan kepada ANI bahwa dia belum pernah melihat kejadian yang begitu menakutkan seperti itu.

"Delhi menjadi sangat tidak aman bagi perempuan dan anak perempuan," tambahnya.

India telah lama berjuang untuk mengatasi kekerasan gender. Sebuah survei Thompson Reuters Foundation 2018 terhadap para ahli tentang isu-isu perempuan menempatkan negara itu sebagai tempat paling berbahaya di dunia bagi seorang perempuan.

Frekuensi kejahatan terhadap perempuan di India juga tampak meningkat. Menurut data dari Biro Catatan Kejahatan Nasional India, kejahatan terhadap perempuan 20% lebih tinggi pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2013 – tahun terakhir sebelum Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa berkuasa.

Aktivis mengatakan statistik sebenarnya hanyalah puncak gunung es, mengingat banyak bentuk kekerasan terhadap perempuan, seperti pemerkosaan, seringkali tidak dilaporkan.

 

4 dari 4 halaman

Kekerasan Berakar dari Norma Masyarakat Lama?

Yogita Bhayana, pendiri People Against Rapes di India, mengatakan masalah ini sebagian besar berakar dari norma-norma masyarakat lama.

"Kami belajar untuk hidup dengan situasi seperti ini di negara kami yang sangat disayangkan," kata Bhayana kepada CNN. "Tatanan dasar patriarki benar-benar rusak dan saat ini kita perlu memperbaikinya."

"Menempatkan kamera dan menempatkan marshal (petugas keamanan) tidak akan cukup," tambahnya. "Pekerjaan harus dilakukan pada pola pikir pria dan anak laki-laki."