Liputan6.com, Washington - Amerika Serikat (AS) telah membuka kembali kedutaannya di Seychelles setelah absen selama 27 tahun, sementara China dan saingan AS lainnya membuat terobosan signifikan di pulau-pulau Samudra Hindia.
Kementerian Luar Negeri AS mengumumkan langkah tersebut pada Kamis (1/6/2023) malam, setelah mengumumkan rencana untuk membuka misi diplomatik di Norwegia utara, yang akan menjadi satu-satunya fasilitas semacam itu di atas Lingkaran Arktik.
Baca Juga
Pembukaan kembali Kedutaan AS di Seychelles adalah bagian dari dorongan untuk melawan pengaruh China yang berkembang di Indo-Pasifik. AS telah membangun kedutaan besar di Maladewa dan telah membuka atau mengumumkan rencana untuk membuka kedutaan besar di sejumlah negara Pasifik lainnya, termasuk di Kepulauan Solomon, Tonga, dan Kiribati.
Advertisement
Kedutaan Besar AS di ibu kota Seychelles, Victoria, ditutup pada tahun 1996 sebagai bagian dari tindakan penghematan biaya setelah berakhirnya Perang Dingin. Kepentingan AS di Seychelles kemudian ditangani oleh diplomat yang berbasis di Mauritius.
"Waktu yang tepat untuk meningkatkan hubungan, sehingga bersama-sama kita dapat mengatasi tantangan bersama dengan lebih baik dan memanfaatkan peluang yang saling menguntungkan,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken seperti dikutip dari AP, Sabtu (3/6).
Fokus AS
Menurut Menlu Blinken, AS akan memfokuskan upayanya di Seychelles pada pembangunan ekonomi, perubahan iklim, keamanan maritim, dan memerangi kejahatan transnasional dan korupsi.
"Pengejaran perdamaian, demokrasi, dan kemakmuran bersama kita akan menjadi mercusuar di seluruh Afrika dan kawasan Samudra Hindia," kata Blinken.
Advertisement