Liputan6.com, Vatican City - Paus Fransiskus akan melakukan perjalanan 31 Agustus-4 September ke Mongolia, salah satu tempat paling jauh yang pernah dia kunjungi dan yang hanya memiliki sekitar 1.300 umat Katolik.
Meski kasat mata tak signifikan, kunjungan Paus Fransiskus dinilai penting dan strategis bagi Gereja Katolik Roma karena kedekatannya dengan China, demikian seperti dikutip dari Asia One (4/6/2023).
Vatikan mengumumkan perjalanan itu dalam sebuah pernyataan singkat pada Sabtu (3 Juni), itu dilakukan atas undangan Presiden Mongoloa dan para pemimpin Katolik. Rinciannya akan diumumkan dalam beberapa minggu ke depan, kata juru bicara Vatikan Matteo Bruni.
Advertisement
Agustus lalu, Paus Fransiskus menunjuk Uskup Agung Giorgio Marengo, seorang Italia, kardinal pertama yang berbasis di Mongolia, di mana ia adalah administrator Gereja Katolik.
Marengo berada di Roma bulan lalu dan bertemu dengan Paus untuk membahas perjalanan itu.
Paus Fransiskus pertama kali berbicara tentang kemungkinan pergi ke Mongolia dalam percakapan dengan wartawan di atas pesawat kepausan yang kembali dari perjalanan ke Afrika pada Februari.
Menurut Fides, kantor berita kegiatan misionaris Vatikan, ada sekitar 1.300 umat Katolik yang dibaptis di Mongolia di antara populasi sekitar 3,3 juta orang. Sekitar 60 persen populasi Mongolia beragama tradisional dan sisanya tidak beragama.
Di antara mereka yang mengekspresikan identitas agama, 87,1 persen mengidentifikasi sebagai Buddha, 5,4 persen sebagai Muslim, 4,2 persen sebagai Shamanis, 2,2 persen sebagai Kristen, dan 1,1 persen sebagai pengikut agama lain.
Â
Mongolia Penting bagi Vatikan yang Ingin Mendekati China
Meskipun jumlah umat Katolik di Mongolia lebih kecil daripada kebanyakan gereja paroki individu di banyak negara, namun, Mongolia penting bagi Vatikan.
Mongolia memiliki perbatasan yang panjang dan hubungan dekat dengan China, di mana Vatikan berusaha memperbaiki situasi umat Katolik di negara komunis itu.
Mongolia, yang dulu dikenal sebagai Mongolia Luar, adalah bagian dari Tiongkok sampai tahun 1921, ketika mencapai kemerdekaan dengan bantuan Uni Soviet. Mongolia Dalam tetap menjadi bagian dari Cina.
Mengunjungi tempat-tempat di mana umat Katolik adalah minoritas juga merupakan bagian dari kebijakan Fransiskus untuk menarik perhatian orang-orang dan masalah-masalah dalam apa yang disebutnya masyarakat pinggiran.
Advertisement