Sukses

Menpen Irak Al-Sahaf Diisukan Bunuh Diri

Kabar tentang aksi bunuh diri Menpen Irak Mohamed Saeed Al-Sahaf ini pertama kali diungkapkan dua surat kabar Iran. Al-Sahaf terakhir kali terlihat di Studio Hikmet di utara Baghdad untuk merekam pidato radionya.

Liputan6.com, Baghdad: Pihak Amerika Serikat menyatakan perang Irak sudah usai, meski menghilangnya Presiden Saddam Hussein dan seluruh pejabat pemerintahannya hingga kini tetap menjadi misteri di Baghdad. Namun baru-baru ini, beredar kabar Menteri Pertahanan Irak Mohamed Saeed Al-Sahaf telah melakukan aksi bunuh diri beberapa jam sebelum pasukan koalisi menguasai Baghdad. Kabar tentang aksi bunuh diri Al-Sahaf yang menjadi corong kebijakan pemerintahan Saddam, pertama kali diungkapkan dua surat kabar Iran.

Semangat pantang mundur dan beragam seruan penuh optimisme kemenangan selalu diserukan Al-Sahaf disaat pasukan koalisi belum berhasil memasuki Kota Baghdad [baca: Saddam Hussein Kembali Menyemangati Rakyat Irak]. Namun lontaran pernyataan khas Al-Sahaf tak ditemukan lagi ketika pasukan Amerika telah benar-benar memasuki Baghdad. Terakhir kali Al-Sahaf terlihat di Studio Hikmet di utara Baghdad untuk merekam pidato radionya. Seorang pengurus studio menyatakan, Menpen Irak itu tampak sangat gugup. Sementara pihak militer juga terlihat memperlakukan Al-Sahaf dengan kewaspadaan tinggi untuk menghindari pengkhianatan. Hingga detik-detik terakhir, pihak AS tidak pernah memasukkan Al-Sahaf dalam daftar hitamnya, meski ia tetap menjadi orang yang dicari pihak pasukan koalisi.

Sepekan sudah pasukan koalisi menduduki Baghdad. Namun sisa-sisa perang masih terlihat di beberapa sudut kota. Senjata, amunisi dan kepingan artileri antipesawat udara banyak ditemukan di sana. Tentunya itu mengundang rasa ingin tahu anak-anak Kota Baghdad. Kepolosan anak-anak membuat mereka menganggap senjata dan amunisi itu sebagai mainan. Apalagi selama perang berlangsung, mereka sama sekali tidak dapat bermain dan selalu dicekam ketakutan. Kini, anak-anak tanpa takut bermain dengan senjata dan amunisi yang berserakan tempatnya.

Kondisi tersebut membuat korban masih terus mengalir ke rumah sakit, kendati perang telah dapat dikatakan usai. Di RS Al-Wasetti, warga sipil yang dirawat kebanyakan korban kecelakaan akibat amunisi sisa perang yang tiba-tiba meledak. Di sisi lain, pihak rumah sakit mengkhawatirkan kondisi para korban karena semakin menipisnya persediaan obat-obatan.

Sementara itu diperoleh kabar sebuah kereta api yang diyakini digunakan untuk keperluan pribadi Saddam Hussein ditemukan di Kota Baghdad. Kereta api ini ternyata juga tidak terlepas dari aksi penjarahan warga. Sejumlah kerusakan terlihat akibat aksi penjarahan. Kereta api yang memiliki sejumlah gerbong ini dilengkapi dengan kamar mandi yang terbuat dari marmer. Sedangkan interior gerbong dilapisi dengan kayu, seperti halnya sejumlah monumen dan gedung milik pemerintah Saddam. Karena jalur kereta api di Irak tidak terlalu banyak, sulit diperkirakan seberapa sering kereta api ini digunakan.

Sorotan masyarakat dunia terhadap masa depan bangsa Irak terus bergulir. Menurut Pangeran Hasan bin Talal dari Yordania, Irak akan memasuki masa paling sulit dalam sejarahnya. Dia berpendapat, jatuhnya rezim militer Saddam Hussein, bukanlah akhir dari permasalahan Irak. Sebaliknya itu adalah awal dari krisis multidimensi yang akan mencengkram Negeri 1001 Malam.

Mantan Putra Mahkota Kerajaan Hashimiyah Yordania itu sempat membandingkan situasi di Irak saat ini dengan kondisi di Indonesia pasca1998 silam. Demokratisasi serta rekonsiliasi nasional akan memakan waktu panjang karena juga diikuti dengan krisis multidimensi. Pada bagian lain, Pangeran Hasan sepakat dengan pernyataan Presiden Mesir Hosni Mubarak bahwa kehadiran pasukan Amerika tidak boleh terlalu lama di Irak dan rakyat harus diberi kebebasan menentukan masa depan dan pemimpinnya. Secara khusus, Pangeran juga menyoroti perlunya kesamaan visi bangsa Arab untuk selalu menjaga persatuan Arab.

Kehadiran Jay Garner dan pasukan koalisi hendaknya juga memberikan kontribusi dalam hal kemanusiaan. Hasan berharap program Oil for Food dapat berjalan secara jujur dan objektif. Pangeran yang hingga kini aktif sebagai satu cendekiawan Arab ini juga mengritik sikap pasif Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Kofi Annan selama perang Irak berlangsung.

Invasi pasukan koalisi memang telah usai. Kini, Kota Baghdad mulai berdenyut kembali. Situasi di Kota Sinbad tampak mulai ramai. Kegiatan bisnis mulai berjalan [baca: Baghdad Terus Berbenah]. Namun di pingir kota, sekitar 80 kilometer dari Baghdad, aksi penjarahan masih berlangsung. Mereka tak hanya menjarah harta benda milik warga atau gedung pemerintahan, tapi juga tangki-tangki minyak. Sejumlah titik api juga terlihat sebagai akibat dibakarnya tangki-tangki minyak oleh penjarah di sepanjang jalan menuju kota tersebut. Berdasarkan pemantauan reporter SCTV Merdi Sofansyah dan juru kamera Dwi Guntoro, situasi di kota-kota lain di luar Baghdad, sudah benar-benar pulih. Hampir tidak ada lagi bekas-bekas atau sisa pengeboman pasukan koalisi.(DEN/Idr dan Asa)
    Video Terkini