Sukses

Nyaris 80 Anak Perempuan SD Diracuni, Serangan Racun Pertama di Bawah Pemerintahan Taliban

Serangan semacam ini diperkirakan merupakan yang pertama kalinya terjadi sejak Taliban berkuasa pada Agustus 2021, dan mulai menindak hak dan kebebasan perempuan serta anak perempuan Afghanistan.

Liputan6.com, Kabul - Kabar mengejutkan datang dari dunia pendidikan di Afghanistan. Puluhan siswa dilaporkan keracunan.

"Hampir 80 anak perempuan diracun dan dirawat di rumah sakit dalam dua serangan terpisah di sekolah dasar (SD) mereka di Afghanistan utara," kata seorang pejabat pendidikan setempat, Minggu 4 Juni 2023 seperti dikutip dari AFP, Senin (5/6/2023).

Serangan semacam ini diperkirakan merupakan yang pertama kalinya terjadi sejak Taliban berkuasa pada Agustus 2021, dan mulai menindak hak dan kebebasan perempuan serta anak perempuan Afghanistan.

Di bawah Taliban, anak perempuan dilarang dari pendidikan di atas kelas enam, termasuk universitas, sementara perempuan dilarang dari sebagian besar pekerjaan dan ruang publik.

Pejabat pendidikan Afghanistan yang tak disebutkan identitasnya itu mengatakan orang yang mengatur peracunan memiliki dendam pribadi, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut.

Serangan itu terjadi di Provinsi Sar-e-Pul pada Sabtu dan Minggu 3 dan 4 Juni 2023.

"Hampir 80 siswi diracuni di Distrik Sangcharak," kata Mohammad Rahmani, kepala dinas pendidikan provinsi. Dia mengatakan 60 siswa diracuni di Sekolah Naswan-e-Kabod Aab dan 17 lainnya yang diracuni berasal dari Sekolah Naswan-e-Faizabad.

"Kedua sekolah dasar itu berdekatan satu sama lain dan menjadi sasaran satu demi satu," katanya kepada The Associated Press. "Kami memindahkan para siswa ke rumah sakit dan sekarang mereka semua baik-baik saja."

 

2 dari 2 halaman

Investigasi

Investigasi departemen sedang berlangsung dan penyelidikan awal menunjukkan bahwa seseorang dengan dendam membayar pihak ketiga untuk melakukan serangan, kata Rahmani.

Dia tidak memberikan informasi tentang bagaimana gadis-gadis itu diracuni atau sifat luka mereka. Rahmani tidak menyebutkan usia mereka tapi mengatakan mereka duduk di kelas satu sampai enam.

Negara tetangga Iran telah diguncang oleh gelombang peracunan, kebanyakan di sekolah perempuan, sejak November 2022 lalu.

Ribuan siswa mengaku merasa sakit dengan asap berbahaya dalam insiden tersebut. Tetapi belum ada kabar tentang siapa yang mungkin berada di balik insiden tersebut atau bahan kimia apa – jika ada – yang telah digunakan.