Sukses

Ongkos Sherpa Capai Puluhan Juta, Mendaki Gunung Everest Hanya untuk Orang Kaya?

Gunung Everest menjadi sorotan netizen ketika pendaki Malaysia dituding tak berterima kasih ke Sherpa.

Liputan6.com, Everest - Pendakian ke Gunung Everest menjadi sorotan setelah ada kasus pendaki Malaysia yang disebut tidak berterima kasih ke seorang sherpa setelah diselamatkan dari kematian. Kasus itu berakhir dengan ucapan terima kasih dari pendaki tersebut setelah viral.

Netizen yang membahas Gunung Everest tak hanya menyoal sikap dari pendaki Malaysia tersebut, melainkan juga harga dari pendakian ke puncak tertinggi di Himalaya tersebut.

Ternyata, ongkos mendaki ke gunung fenomenal itu bisa mencapai ratusan juta rupiah, sehingga ada kesan hanya orang kaya yang bisa mencapai puncaknya. Jika meninggal di atas gunung, kemungkinan jasad pendaki tidak akan diturunkan, kecuali mau menyiapkan biaya tinggi. 

Ada kasus seperti jasa pendaki "Sleeping Beauty" dan "Green Boots" yang tubuhnya tetap berada di atas gunung setelah ajal menjemput.

Ongkos Naik Gunung Everest

Menurut situs ExpedReview, Selasa (6/6/2023), pendaki bisa menghabiskan antara USD 32 ribu (Rp 475 juta) hingga 200 ribu (Rp 2,9 miliar). Itu tergantung dari tipe ekspedisi hingga fasilitas yang didapat.

Situs itu mencatat bahwa pada 2023 rata-rata ekspedisi di Everest perlu biaya USD 58 ribu (Rp 862 juta) dan harga mediannya USD 50 ribu (Rp 743 juta).

Ongkos itu sekitar 12 kali lebih tinggi dari penghasilan per kapita rakyat Indonesia (USD 4.332 pada 2021, menurut data World Bank).

Kenapa harga naik ke Gunung Everest bisa mahal? Sejumlah faktor yang dipertimbangkan adalah biaya izin, pajak pemerintah, biaya logistik, inflasi, serta musimnya.

Caroline Pembertone, managing director dari Climbing the Seven Summits, berkata harga naik ke Himalaya pasti naik setiap tahunnya. Inflasi merupakan salah satu faktor yang memberatkan.

Pihak Climbing the Seven Summits menyediakan jasa pendakian dengan biaya USD 47.995 (Rp 713 juta) untuk pemandu dengan sherpa lokal dan USD 65.995 (Rp 981 juta) dengan pemandu orang Barat. 

2 dari 2 halaman

Peran Sherpa

Sherpa merupakan pemandu yang menemani pendaki di Himalaya. Ada dua jenis sherpa yang tersedia, yakni sherpa lokal atau sherpa orang Barat (Western). 

ExpedReview menyebut perusahaan dengan sherpa lokal harganya memang cenderung lebih terjangkau. Harga mediannya yakni USD 39.499 (Rp 587 juta). Banyak dari sherpa lokal itu yang bermodalkan pengalaman, bukan sertifikasi formal. 

Tugas sherpa sangatlah penting untuk memandu para pendaki, mengangkut logistik, termasuk menolong klien mereka jika sakit.

Situs Adventure Alternative mencatat bahwa seorang sherpa lokal bisa mengantongi USD 6.000 sekitar Rp89 juta untuk sekali ekspedisi. Namun, sherpa Western bisa mendapat lima kali lipat lebih tinggi.

Sebagai catatan, situs Project Himalaya menyebut Sherpa (huruf kapital) dan sherpa adalah hal berbeda. Untuk Sherpa berarti etnis yang tinggal di daerah tinggi Nepal. Sementara, sherpa (tanpa huruf kapital) berarti pemandu.

Tiket Pesawat

Biaya-biaya lain yang perlu dipikirkan adalah ongkos terbang ke Nepal, biaya botol oksigen, makanan, serta alat untuk mendaki.

Selain itu, penyedia jasa pendakian turut memperhitungkan pengalaman dari pendaki, sehingga harganya bisa berbeda.

"Kami mengenali bahwa pendaki datang ke kita dengan level-level pengalaman yang berbeda, gaya-gaya yang berbeda, dan anggaran-anggaran yang berbeda, dan maka dari itu kami mengakomodasinya dengan membuat berbagai opsi ekspedisi yang sesuai dengan semua orang," jelas Caroline Pemberton.

 

USD 1: Rp 14.876