Liputan6.com, Kyiv - Bencana kemanusiaan dan ekologis akibat jebolnya Bendungan Kakhovka di Ukraina pada Selasa (6/6/2023) berlangsung; orang-orang kehilangan tempat tinggal, krisis air minum, krisis listrik, hingga tanaman rusak. Hal tersebut menambah panjang derita akibat perang Ukraina yang berlangsung sejak Februari 2022.
Sepanjang Sungai Dnieper merupakan garis depan pertempuran.
Laporan pertama korban jiwa dari bencana tersebut muncul, dengan Wali Kota Oleshky Yevhen Ryschuk melaporkan terdapat tiga orang tewas. Dia mengatakan, ratusan warga perlu dievakuasi dari atap mereka dan 90 persen Oleshky kebanjiran serta menghadapi krisis kemanusiaan tanpa listrik, air minum dan makanan, serta kemungkinan kontaminasi air tanah.
Advertisement
Adapun Wali Kota Nova Kakhovka Vladimir Leontyev menuturkan bahwa tujuh orang hilang, namun diyakini masih hidup.
Sedikitnya 4.000 orang telah dievakuasi dari kedua sisi sungai yang dikuasai Rusia dan Ukraina, kata otoritas terkait, dengan skala bencana yang sebenarnya belum muncul di daerah terdampak, yang menampung lebih dari 60.000 orang. Pihak berwenang yang ditunjuk Rusia di wilayah Kherson yang diduduki melaporkan bahwa 15.000 rumah terendam banjir.
Bendungan dan waduk Kakhovka, penting dalam hal persediaan air minum dan irigasi untuk Ukraina selatan, terletak di wilayah Kherson yang dianeksasi secara ilegal oleh Moskow pada September dan telah diduduki selama setahun terakhir. Dari sisi Rusia, waduk itu juga penting untuk pasokan air ke Semenanjung Krimea, yang mereka caplok pada 2014.
Ukraina menguasai tepi barat Dnieper, sementara Rusia menguasai sisi timur dataran rendah, yang lebih rentan terhadap banjir.
Sejumlah warga di daerah pendudukan Rusia yang dilanda banjir dilaporkan mengeluhkan lambannya bantuan, dengan beberapa terdampar di atap dan jalan yang hanya bisa dilalui dengan perahu. Pemandangan itu disebut lebih mirip bencana alam daripada perang. Sejumlah warga menolak mengungsi.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah menggelar pertemuan dengan otoritas terkait untuk membahas cara menyediakan air minum, serta menilai kerusakan lahan basah, pertanian, dan properti lainnya dari apa yang disebutnya sebagai "kejahatan ekosida" dan "serangan buatan manusia terhadap lingkungan".
Zelensky mengatakan bahwa tidak mungkin memprediksi berapa banyak bahan kimia dan produk minyak yang akan berakhir di sungai dan laut. Demikian seperti dilansir AP, Kamis (8/6).
Sementara itu, Kementerian Pertanian Ukraina memperingatkan, "Ladang di selatan Ukraina bisa berubah menjadi gurun tahun depan."
Banjir Diprediksi Semakin Parah
Dalam komentar publik pertamanya pasca jebolnya Bendungan Kakhovka, Presiden Rusia Vladimir Putin mengulangi pernyataan Moskow bahwa Ukraina harus disalahkan karena menghancurkan Bendungan Kakhovka.
Melalui panggilan telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Putin menuduh Ukraina telah meningkatkan kejahatan perang, secara terbuka menggunakan metode teroris, dan melakukan tindakan sabotase di wilayah Rusia.
Sebaliknya, Ukraina menuduh Rusia bertanggung jawab atas runtuhnya bendungan tersebut.
Belum jelas bagaimana tragedi Bendungan Kakhovka akan memengaruhi perang dan serangan balasan Ukraina terhadap Rusia.
Para ahli mencatat bahwa bendungan era 1950-an, yang terletak sekitar 70 kilometer di sebelah timur Kota Kherson, memang sudah dalam kondisi rentan runtuh.
Kementerian Pertahanan Inggris mengungkapkan kekhawatiran lain, yaitu bendungan itu kemungkinan akan semakin rusak selama beberapa hari ke depan, memperparah banjir.
Skala kerusakan bendungan belum diketahui. Namun, direktur umum perusahaan pembangkit listrik tenaga air nasional Ukraina, Ukrhydroenergo, Ihor Syrota berharap dapat membangun kembali kompleks bendungan itu begitu Rusia angkat kaki.
Advertisement