Liputan6.com, Tel Aviv - Lima orang tewas dalam penembakan di tempat pencucian mobil atau car wash di kota Arab, Yafa an-Naseriyye, Israel, pada Kamis (8/6/2023), insiden terbaru dalam gelombang kekerasan yang mengoyak komunitas minoritas. Polisi meyakini bahwa peristiwa itu terkait dengan perselisihan antar kelompok kriminal.
Seperti dilansir The Guardian, Jumat (9/6), juru bicara polisi Eli Levy menuturkan bahwa satu orang atau lebih melepas tembakan ke arah sekelompok pria di tempat cuci mobil.
Baca Juga
Sementara itu, kepala dewan lokal Yafia menyebut penembakan itu sebagai pembantaian. Dia menuduh polisi bertanggung jawab menyusul lemahnya penegakan hukum.
Advertisement
Minoritas Palestina-Israel telah lama menderita kemiskinan, diskriminasi, kejahatan, dan pengabaian oleh pemerintah Israel.
Ketika awal menjabat tahun lalu, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir berjanji akan menindak kejahatan di kalangan minoritas. Namun, kekerasan dilaporkan semakin memburuk dan hampir 100 orang tewas tahun ini.
Dalam pernyataan terbarunya, Ben-Gvir menuturkan bahwa pengabaian bertahun-tahun telah mengubah sektor Arab-Israel menjadi kawasan "barat yang liar". Dia juga menyalahkan kekurangan tenaga di kepolisian nasional dan bersumpah menghentikan gelombang kejahatan, menyerukan pembentukan garda nasional.
Menurut Ben-Gvir, keberadaan garda nasional dimaksudkan untuk mengisi kekosongan di daerah-daerah di mana jumlah polisi sedikit, termasuk di komunitas Arab. Sementara itu, kritikus menilai Ben-Gvir, seorang ultranasionalis dengan sejarah retorika kekerasan terhadap Palestina, berencana menggunakan garda nasional untuk kepentingan pribadinya.
Itamar Ben-Gvir Dinilai Bertanggung Jawab
Dalam insiden terpisah pada Kamis, penembakan di kota Arab lainnya menyebabkan seorang pria usia 30 tahun dan seorang anak usia tiga tahun terluka parah.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku terkejut dengan tragedi pembunuhan pada Kamis.
"Kami bertekad menghentikan rantai pembunuhan ini," katanya.
Dia berjanji meminta badan keamanan internal Israel Shin Bet –yang tugas utamanya adalah memantau Tepi Barat dan Jalur Gaza yang diduduki– dalam upaya tersebut.
Pemimpin partai Arab Ra'am Mansour Abbas menuduh pemerintah -terutama Ben-Gvir- mengecewakan rakyat Palestina di negara itu.
"Mendudukkan Itamar Ben-Gvir di kementerian keamanan nasional, yang tidak tahu apa kekuatannya, di negara normal mana pun mereka tidak akan mengizinkan menteri semacam itu untuk melanjutkan (kepemimpinannya)," kata Abbas kepada stasiun radio militer Israel.
Merav Michaeli, pemimpin partai oposisi Buruh, juga menyalahkan Ben-Gvir atas meningkatnya kekerasan.
"Ini justru kebalikan dari apa yang dijanjikan bos," ujarnya. "Menteri polisi terburuk dalam sejarah. Pemerintah yang memalukan. Pulang saja ke rumah."
Penembakan pada Kamis terpisah dari konflik Israel-Palestina, yang telah menyaksikan peningkatan gelombang kekerasan sejak pemerintah baru sayap kanan Israel mulai menjabat pada akhir Desember.
Hampir 120 warga Palestina tewas di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, di mana hampir setengahnya diperkirakan adalah anggota kelompok bersenjata. Militer Israel meyakini bahwa jumlah anggota kelompok militan jauh lebih tinggi. Sementara itu, serangan Palestina yang menargetkan warga Israel telah menewaskan sedikitnya 21 orang.
Advertisement