Liputan6.com, Kairo - Para peneliti mencoba untuk membuat perkiraan wajah firaun Mesir Kuno Tutankhamun.
Melansir Live Science, Jumat (9/6/2023), Firaun Tutankhamun, yang juga dikenal sebagai Raja Tut, merupakan seorang penguasa paling terkenal dalam sejarah Mesir Kuno.
Banyak tulisan yang membahas pemuda itu, ia memegang tahta sedari usia sembilan tahun hingga kematiannya satu dekade kemudian di sekitar tahun 1323 SM.
Advertisement
Hingga kini, bagaimana penampilannya yang sebenarnya masih diperdebatkan.
Namun, perkiraan wajah yang dibuat para peneliti berhasil memberikan gambaran sekilas tentang rupa tokoh sejarah tersebut.
Ini mengungkapkan wawasan baru tentang beberapa karakteristik wajah para mantan raja yang unik.
“Tutankhamun menarik minat arkeologis bukan hanya karena harta pemakamannya yang terkenal di dunia,” kata Michael Habicht, seorang peneliti senior di Flinders University di Australia dan salah satu penulis dari penelitian baru.
“Tetapi karena dia memerintah selama satu dekade pada fase penting dalam sejarah Mesir,” lanjutnya.
Ayah Tut, firaun revolusioner Akhenaten, telah melarang pemujaan semua dewa kecuali Aten, cakram matahari. Menariknya, Tut memilih tidak mengikuti cara ayahnya itu.
Habicht menjelaskan bahwa pemerintahan Tut mengembalikan dewa-dewa lama setelah kultus lama ayahnya gagal dan menjerumuskan rakyatnya dalam kekacauan.
“Oleh karena itu, rekonstruksi wajah forensik sangat membantu untuk mendapatkan gambaran tentang penampilan raja muda,” ucapnya.
Dalam penelitian tersebut, peneliti menggunakan berbagai cara untuk mendapat gambaran yang paling mendekati.
Pakai Pindai CT dan Sinar-X
Pendekatan tiga dimensi wajah Tut yang diperoleh peneliti adalah hasil dari pemindaian CT (computed tomography) dari tengkorak lengkap mumi.
Selain itu, untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna, mereka juga menggunakan sinar-X dan pengukuran tengkorak yang diambil oleh para arkeolog.
Langkah-langkah tersebut tercantum dalam sebuah penelitian yang diterbitkan online pada bulan Mei.
Penelitian sebelumnya mencatat bahwa tengkorak Tut sedikit lebih panjang dari biasanya, investigasi baru menemukan bukti tambahan untuk temuan itu.
Sewaktu mempelajari data, peneliti menemukan bahwa tidak hanya memiliki bentuk kepala yang unik, volume otaknya pun didapati sangat besar.
Peneliti membandingkan ukuran tersebut dengan tengkorak mayat yang tersedia di database penelitian.
Rata-rata manusia memiliki volume otak sekitar 75 inci kubik (1.234 sentimeter kubik), sedangkan volume otak firaun adalah 87 inci kubik (1.432 cm kubik).
Lebih besar 198 sentimeter kubik dari ukuran rata-rata manusia.
Tak hanya soal ukuran, bentuk dari tengkorak tersebut juga berbeda dari manusia pada umumnya.
Advertisement
Ada Dua Perkiraan Wajah
“Tengkoraknya memiliki bentuk tertentu,” kata rekan peneliti studi Cícero Moraes, seorang ahli grafis Brasil.
“Dalam penelitian kami, pengukuran menunjukkan kedekatan dengan tengkorak yang mengalami pembentukan kembali tengkorak,”
Namun, Moraes merasa bahwa tengkorak Tut alaminya memang memiliki bentuk yang unik, “Aneh dan memanjang,”.
“Menariknya, strukturnya berbeda dari karakteristik mumi Mesir lainnya yang ada di database kami,” tambahnya.
Para peneliti menciptakan dua perkiraan wajah.
Pertama, yaitu gambar dengan skala abu-abu objektif yang menunjukkan firaun dengan mata tertutup dalam posisi netral.
Kedua, versi berwarna yang membuatnya tampak lebih “manusia”, menggambarkan seorang pria muda dengan kepala gundul dan warna kulit gelap yang memakai eyeliner.
Penampilannya tersebut disesuaikan dengan gaya pada masa itu, menurut penelitian tersebut.
Pendapat orang-orang dapat berbeda terkait dua perkiraan tersebut.
Salima Ikram, seorang profesor Egyptology terkemuka di The American University Kairo yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, merasa versi objektifnya lebih meyakinkan.
Peti Mati Emas Raja Tutankhamun Mesir Direstorasi untuk Pertama Kali
Tahun 2019 lalu, peti mati Raja Tut direstorasi untuk pertama kalinya oleh para ahli sejak penemuan makam itu pada 1922.
Peti mati emas dan koleksi berharga dari makam Tutankhamun diharapkan menjadi pusat dari Grand Egyptian Museum (GEM) baru Mesir yang akan dibuka dekat Piramida Giza pada tahun depan, seperti dilansir Reuters, Kamis, 18 Juli 2019.
Arkeolog Inggris Haward Carter menemukan makam raja dinasti ke-18 di Lembah Para Raja Luxor pada 1922. Makam itu tak tersentuh dan termasuk sekitar 5 ribu artefak.
Kementerian Purbakala Mesir mengatakan peti mati diangkut dari Mesir ke selatan GEM untuk diperbaiki untuk pertama kalinya sejak penemuan makam tersebut.
"Peti mati itu mengalami banyak kerusakan, termasuk retakan pada lapisan emas plester dan kelemahan umum di semua lapisan emas," kata Eissa Zidan, Kepala Departemen Pemulihan Pertolongan Pertama di GEM.
Advertisement