Liputan6.com, Seoul - Korea Utara meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek ke arah perairan timurnya pada Kamis (15/6/2023). Peluncuran tersebut adalah yang pertama dilakukan sejak negara itu gagal menempatkan satelit mata-matanya ke orbit pada akhir Mei.
Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengungkapkan bahwa dua rudal itu mendarat di dalam zona ekonomi eksklusif Jepang. Dia melabeli peluncuran itu sebagai aksi kekerasan yang mengancam perdamaian dan keamanan internasional.
Baca Juga
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan bahwa rudal diluncurkan dari wilayah ibu kota Korea Utara dan menempuh jarak sekitar 780 kilometer, sebelum mendarat di perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang. Dia menyebut peluncuran tersebut sebagai provokasi besar dan Korea Selatan akan mempertahankan kesiapan yang kuat dalam koordinasi erat dengan Amerika Serikat (AS).
Advertisement
Otoritas Korea Selatan, Jepang, dan AS segera mengadakan telepon tiga arah dan sepakat melanjutkan upaya agar Korea Utara menghentikan aktivitas persenjataannya dan kembali ke dialog.
Peluncuran terjadi beberapa jam setelah pasukan AS dan Korea Selatan mengakhiri putaran kelima sekaligus terakhir latihan tembak skala besar di dekat perbatasan Korea pada Kamis pagi, yang dimulai sejak bulan lalu. Sekitar 30 menit sebelum peluncuran, militer Korea Utara bersumpah akan memberikan tanggapan yang tidak ditentukan terhadap latihan tersebut yang disebutnya provokatif dan tidak bertanggung jawab.
"Respons kami terhadap latihan AS Korea Selatan tidak dapat dihindari," ujar seorang juru bicara tak dikenal dari Kementerian Pertahanan Korea Utara seperti dilansir AP, Jumat (16/6). "Angkatan bersenjata kami akan sepenuhnya melawan segala bentuk demonstratif dan provokasi musuh."
Sejak awal tahun 2022, Korea Utara telah melakukan uji coba sekitar 100 rudal. Para ahli menuturkan bahwa Korea Utara mungkin menggunakan latihan militer AS-Korea Selatan sebagai dalih untuk melakukan uji coba pengembangan rudal.
Ahli: Korea Utara Ingin Protes dan Pamer Kekuatan
Pada 31 Mei, sebuah roket jarak jauh Korea Utara yang membawa satelit mata-mata pertamanya jatuh di lepas pantai barat Semenanjung Korea. Pyongyang mengakui kegagalan tersebut dan berjanji akan melakukan peluncuran kedua. Satelit mata-mata adalah salah satu senjata berteknologi tinggi yang ingin dikembangkan oleh Kim Jong Un untuk menangani apa yang disebutnya sebagai tindakan permusuhan AS.
"Peluncuran ini bukan untuk menebus kegagalan baru-baru ini karena Korea Utara hampir pasti akan melakukan upaya lain untuk menempatkan satelit mata-mata ke orbit," ungkap profesor di Universitas Ewha di Seoul Leif-Eric Easley.
"Pesan peluncuran rudal hari ini kemungkinan besar adalah protes Pyongyang terhadap latihan pertahanan gabungan AS-Korea Selatan serta demonstrasi kemampuan dan kesiapan militer Korea Utara."
Latihan gabungan AS-Korea Selatan tahun ini adalah yang terbesar dari jenisnya sejak dimulai pada tahun 1977. Masing-masing dari lima putaran melibatkan 2.500 tentara Korea Selatan dan AS serta sekitar 610 aset militer termasuk jet tempur siluman, helikopter serbu, tank, dan drone dari kedua negara.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol serta pejabat militer senior Korea Selatan dan AS lainnya ikut mengamati latihan pada Kamis.
"Hanya militer yang kuat – yang dapat melawan dan mengalahkan musuh dan yang bahkan tidak berani ditentang oleh musuh – yang dapat menjamin kebebasan, perdamaian, dan kemakmuran Republik Korea," kata Yoon di lokasi pelatihan.
Media pemerintah Korea Utara menuduh Korea Selatan dan AS menggunakan latihan menembak untuk menguasai "ancaman militer dan pemerasan dan taktik perang" terhadap Korea Utara.
Â
Advertisement