Sukses

Vladimir Putin Klaim Tak Perlu Pakai Senjata Nuklir di Perang Lawan Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin kembali menyinggung soal senjata nuklir di tengah perang melawan Ukraina.

Liputan6.com, St. Petersburg - Rusia kembali menjadi sorotan karena mengirimkan senjata nuklir taktis ke Belarus yang notabene dekat dengan ibu kota Ukraina, Kyiv. Proses pengiriman akan berlangsung hingga akhir musim panas ini.

Dilansir New York Post, Sabtu (17/6/2023), Presiden Belarus Alexander Lukashenko menyebut menyebut kekuatan senjata nuklir Rusia lebih besar ketimbang bom atom yang jatuh di Jepang saat Perang Dunia II.

Belarus merupakan sekutu dekat Rusia di Eropa. Sebelum invasi dimulai, militer Rusia juga mendekati Ukraina via Belarus.

Meski demikian, Presiden Vladimir Putin berkata tidak tertarik menggunakannya untuk menyerang Ukraina. Ia berkata akan memakai nuklir jika negaranya terancam.

"Senjata-senjata nuklir dibuat untuk memastikan keamanan kita dalam arti kata terluas dan eksistensi negara Rusia," ujar Presiden Putin di sebuah forum di St. Petersburg.

Ia berkata "tidak butuh" menggunakan senjata nuklir tersebut untuk menyerang Ukraina. Tetapi, Putin ogah mengurangi persediaan senjata nuklir seperti yang diinginkan negara-negara Barat.

"Kita punya lebih banyak dari negara-negara NATO dan mereka ingin kita mengurangi jumlah punya kita. Pergi saja mereka," ujar Putin.

Lebih lanjut, Presiden Putin berkata serangan balik Ukraina terhadap Rusia tidak memberikan hasil yang kuat. Militer Ukraina disebut menderita kekalahan besar dan "tidak punya peluang" melawan militer Rusia.

2 dari 2 halaman

Keberadaan Batch Pertama Senjata Nuklir Rusia di Belarus

Sebelumnya terkuak, Rusia telah menempatkan batch pertama senjata nuklir taktis di Belarus. Hal tersebut diakui oleh Presiden Vladimir Putin di dalam Forum Ekonomi Internasional St Petersburg.

Transfer hulu ledak nuklir taktis, sebut Putin, akan selesai pada akhir musim panas. Lebih lanjut, Putin menekankan bahwa penempatan senjata nuklir taktis di Belarus adalah soal penahanan dan untuk mengingatkan siapapun agar berpikir ulang bila ingin mengalahkan Rusia.

Ketika ditanya moderator forum tentang kemungkinan menggunakan senjata nuklir, Putin menjawab, "Mengapa kita harus mengancam seluruh dunia? Saya sudah sampaikan bahwa penggunaan langkah-langkah ekstrem dimungkinkan jika ada bahaya bagi kenegaraan Rusia."

Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan, tidak ada indikasi bahwa Kremlin berencana menggunakan senjata nuklir untuk menyerang Ukraina.

"Kami tidak melihat indikasi bahwa Rusia sedang bersiap menggunakan senjata nuklir," ujar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken merespons pernyataan Putin, seperti dilansir BBC, Sabtu (17/6/2023).

Belarus adalah sekutu utama Rusia dan telah berperan sebagai tempat peluncuran invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.

Senjata nuklir taktis adalah hulu ledak nuklir kecil dan sistem peluncuran yang dimaksudkan untuk digunakan di medan perang atau untuk serangan terbatas. Senjata semacam itu dirancang untuk menghancurkan target musuh di area tertentu tanpa menyebabkan kerusakan yang meluas.

Ukuran terkecil senjata nuklir taktis bisa satu kiloton atau kurang (menghasilkan setara dengan 1000 ton ledakan TNT). Yang terbesar disebut bisa 100 kiloton. Sebagai perbandingan, bom atom yang dijatuhkan AS di Hiroshima dalam Perang Dunia II pada tahun 1945 adalah 15 kiloton.