Liputan6.com, Kherson - Pemerintah Rusia diduga merupakan otak dari kehancuran Bendungan Kakhovka di Ukraina. Kehancuran bendungan itu memicu banjir bandang yang memberikan ancaman ke nyawa ratusan ribu orang.Â
PBB menyebut 700 ribu orang terdampak oleh kekurangan air akibat hancurnya Bendungan Kakhovka. Pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyalahkan Rusia atas bencana tersebut.Â
Baca Juga
Berdasarkan laporan terbaru New York Times berkata ada sejumlah bukti bahwa Rusia menghancurkan Kakhovka.
Advertisement
Dilansir VOA Indonesia, Selasa (20/6/2023), New York Times mengatakan pada Jumat (16/6) bahwa investigasi yang mereka lakukan menemukan bukti yang menunjukkan bahan peledak di lorong yang melewati dasar beton bendungan diledakkan dan menghancurkan bangunan itu pada 6 Juni. Sejumlah pakar dan insinyur teori tersebut.Â
"Bukti jelas menunjukkan bendungan itu lumpuh akibat ledakan yang dipicu oleh pihak yang mengendalikannya: Rusia," tulis New York Times.
Secara terpisah, tim ahli hukum internasional yang membantu jaksa Ukraina dalam penyelidikan mereka mengatakan dalam temuan awal pada Jumat (16/6) bahwa "sangat mungkin" keruntuhan di wilayah Kherson Ukraina disebabkan oleh bahan peledak yang ditanam oleh Rusia.
Kremlin menuduh Kyiv menyabotase bendungan pembangkit listrik tenaga air, yang menampung waduk seukuran Great Salt Lake AS, untuk memutus sumber utama air Krimea. Tindakan tersebut juga disebut sebagai pengalihan perhatian dari serangan balasan yang "gagap" terhadap pasukan Rusia.
Ukraina menuduh Rusia meledakkan bendungan era Soviet, yang berada di bawah kendali Rusia sejak hari-hari awal invasinya pada 2022. Meledaknya bendungan tersebut melepaskan air bah yangmelintasi sebagian besar medan pertempuran, menghancurkan lahan pertanian, dan memutus pasokan air untuk warga sipil.
Media lain, Reuters, tidak dapat secara independen memverifikasi klaim tentang penyebab ledakan itu.
New York Times mengutip para insinyur yang mengatakan hanya pemeriksaan menyeluruh terhadap bendungan setelah air mengalir darinya yang dapat menentukan urutan kejadian yang mengarah pada kehancuran.
"Erosi dari air yang mengalir melalui gerbang bisa menyebabkan kegagalan jika bendungan itu dirancang dengan buruk, atau betonnya di bawah standar, tetapi para insinyur menyebut itu tidak mungkin," kata surat kabar itu.
Rusia Serang Kherson: 23 Warga Sipil Terluka, 3 Korban Anak-Anak
Sebelumnya dilaporkan, serangan Rusia ke kota Kherson berdampak kepada lebih dari 20 warga sipil. Salah satu serangan Rusia menarget pusat kota.
Berdasarkan laporan Kyiv Independent, Sabtu (17/6/2023), serangan di Kherson itu terjadi pada pukul 1 siang pada Jumat kemarin. Tiga anak kecil juga terluka.
Kepala Kantor Presiden Ukraina, Andrii Yermak, berkata serangan itu berdampak ke pusat kota, distrik mikro Tavriiskyi, dan distrik Korabelnyi. Kerusakan terjadi pada fasilitas medis, taman kanak-kanak, supermarket, gedung residensial, mobil, dan tiang listrik.
Yermak berkata semua korban dilarikan ke rumah sakit, tiga di antaranya mengalami kondisi serius.
Pada 15 Juni, Rusia juga menyerang daerah Kherson (Kherson Oblast) sebanyak 54 kali dengan artileri, mortar, drone, aviasi, Grad MLRS (Multiple Launch Rocket System), dan rudal. Dua orang dilaporkan tewas akibat serangan-serangan tersebut.
Sejak wilayah Kherson dan sisi barat Sungai Dnipro direbut kembali oleh Ukraina pada November 2022, Rusia terus menyerang wilayah-wilayah tersebut.
Kyiv Independent turut menyorot bahwa sejak bendungan Kakhovka dihancurkan oleh Rusia intensitas serangan juga tidak menurun.
Seperti sebelumnya dilaporkan, hancurnya bendungan Kakhovka memicu banjir bandang di pemukiman dekat Sungai Dnipro dan memberikan dampak signifikan ke rakyat Ukraina di daerah tersebut.
Pihak Ukraina mengecam Rusia atas serangan tersebut, akan tetapi pihak Rusia membantah bahwa mereka menghancurkan bendungan Kakhovka.
Advertisement