Sukses

Indonesia Masuk Endemi COVID-19, Ini Tren Naik-Turun Infeksi Virus Corona di Dunia

Di tengah penetapan endemi COVID-19 di Indonesia, sejumlah negara justru mengalami tren kenaikan kasus Virus Corona. Berikut ini rinciannya.

Liputan6.com, Jakarta - Per Jumat, 5 Mei 2023, World Health Organization (WHO) mencabut status COVID-19 sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Global.

Pencabutan status ini dilakukan setelah tiga tahun lalu badan kesehatan global ini mendeklarasikan Virus Corona merupakan penyakit yang menyebabkan krisis global.

Sementara Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan status pandemi COVID-19 di Indonesia resmi dicabut, mulai Rabu 21 Juni 2023. Jokowi pun berharap pencabutan status pandemi ini dapat membuat ekonomi nasional dan masyarakat semakin membaik.

"Tentunya dengan keputusan ini, pemerintah berharap perekonomian nasional akan bergerak semakin baik dan meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat," jelas Jokowi dalam konferensi pers di Youtube Sekretariat Presiden.

Usai penetapan endemi COVID-19 di Indonesia, maka pembayaran untuk perawatan COVID-19 akan ditanggung BPJS Kesehatan tak lagi gratis ditanggung pemerintah seperti pada masa pandemi. 

Bagaimana Tren Kasus Positif COVID-19 di Tingkat Regional?

Sementara itu, menurut data dari situs who.int, Weekly epidemiological update on COVID-19 hingga 15 Juni 2023, terjadi penurunan kasus dan kematian di tingkat regional. Jumlah kasus COVID-19 selama 28 hari terakhir menurun di seluruh wilayah WHO.

Secara global, hampir 1,5 juta kasus baru dan 7.300 kematian dilaporkan dalam 28 hari terakhir (15 Mei hingga 11 Juni 2023). Per 11 Juni 2023, lebih dari 767 juta kasus yang dikonfirmasi dan lebih dari 6,9 juta kematian telah dilaporkan secara global.

Kasus yang dilaporkan bukanlah representasi yang akurat dari tingkat infeksi karena pengurangan dalam pengujian dan karena pengurangan berkelanjutan dalam pelaporan secara global. Selama periode 28 hari ini, hanya 59% (139 dari 234) negara dan wilayah yang melaporkan kasus – proporsi yang terus menurun sejak pertengahan 2022.

2 dari 4 halaman

Tren Penurunan Kasus dan Kematian di Regional Cakupan WHO

Di tingkat regional, jumlah kasus 28 hari yang baru dilaporkan menurun di seluruh wilayah cakupan WHO. Berikut ini rinciannya:

  • Wilayah Asia Tenggara (-81%)
  • Wilayah Amerika (-69%)
  • Wilayah Mediterania Timur (-67%)
  • Wilayah Eropa (-47%)
  • Wilayah Afrika (-30%)
  • Wilayah Pasifik Barat (-19%)

Jumlah kematian 28 hari yang baru dilaporkan menurun di enam wilayah, dengan rincian sebagai berikut:

  • Wilayah Mediterania Timur (-77%)
  • Wilayah Amerika (-76%)
  • Wilayah Eropa (-56%)
  • Wilayah Afrika (-55%)
  • Wilayah Asia Tenggara (-51%)
  • Wilayah Pasifik Barat (-41%)
3 dari 4 halaman

Tren Kenaikan Kasus Infeksi COVID-19 di Negara Cakupan WHO

Di tingkat negara, jumlah kasus baru dalam interval 28 hari tertinggi dilaporkan dari sejumlah negara berikut:

  • Republik Korea (475.577 kasus baru; +14%)
  • Australia (150.877 kasus baru; +25%)
  • Brasil (113.995 kasus baru; -26%)
  • Prancis (80.644 kasus baru; -46%)
  • Singapura (59.914 kasus baru; -40%)

Jumlah tertinggi kematian 28 hari baru dilaporkan dari lima negara berikut:

  1. Brasil (1.175 kematian baru; -10%)
  2. Federasi Rusia (516 kematian baru; -41%)
  3. Italia (503 kematian baru; -26%)
  4. Spanyol (499 kematian baru; -21%)
  5. Prancis (497 kematian baru; -47%)
4 dari 4 halaman

Status Endemi dan Penanganan COVID-19 di Sejumlah Negara

Jika perawatan terkait COVID-19 di Indonesia tak lagi gratis saat endemi, bagaimana dengan negara lainnya?

Di Amerika

Presiden Joe Biden mengakhiri darurat kesehatan nasional dan publik atas COVID-19 pada 11 Mei. Laporan CNN menyebut, saat itu berarti banyak orang Amerika harus mulai membayar untuk pengujian dan perawatan COVID-19.

Kendati demikian, mengutip gao.gov, pemerintah federal AS telah menyediakan sekitar $4,6 triliun untuk membantu negara merespons dan pulih dari pandemi COVID-19. Sebagai bagian dari tinjauan yang berkelanjutan dan komprehensif atas tanggapan dan pemulihan.

Per 31 Januari 2023, tersedia pendanaan sebesar $90,5 miliar.

Di Uni Eropa

Situs consilium.europa.eu menyebut ada peraturan untuk Recovery and Resilience Facility/RRF (Fasilitas Pemulihan dan Ketahanan) yang diadopsi oleh Dewan pada 11 Februari 2021. Instrumen ini, yang merupakan inti dari Next Generation EU, memberikan dukungan sebesar €672,5 miliar kepada negara-negara anggota Uni Eropa (UE) untuk membantu mereka mengatasi masalah ekonomi dan dampak sosial pandemi COVID-19.

  • Pada 13 Juli 2021, 12 negara UE pertama - Austria, Belgia, Denmark, Prancis, Jerman, Yunani, Italia, Latvia, Luksemburg, Portugal, Slovakia, dan Spanyol - mendapat lampu hijau untuk penggunaan dana pemulihan dan ketahanan UE untuk meningkatkan ekonomi mereka dan pulih dari dampak COVID-19.
  • Pada 28 Juli 2021, empat negara UE lainnya – Kroasia, Siprus, Lituania, dan Slovenia – juga mendapat lampu hijau.
  • Pada 8 September 2021, Dewan mengadopsi keputusan pelaksanaannya atas persetujuan rencana pemulihan dan ketahanan untuk Czechia dan Irlandia.
  • Pada 5 Oktober 2021, Dewan mengadopsi keputusan pelaksanaannya atas persetujuan rencana pemulihan dan ketahanan Malta.
  • Pada 29 Oktober 2021, tiga negara UE - Estonia, Finlandia, dan Rumania - mendapat lampu hijau karena Dewan, mengikuti prosedur tertulis, mengadopsi keputusan pelaksanaan atas persetujuan rencana pemulihan dan ketahanan mereka.
  • Pada 3 Mei 2022, Dewan menyambut baik penilaian rencana pemulihan dan ketahanan nasional untuk dua negara lagi - Bulgaria dan Swedia.
  • Pada 17 Juni 2022, Dewan mengadopsi keputusan pelaksanaan atas persetujuan rencana pemulihan dan ketahanan Polandia.
  • Pada 4 Oktober 2022, menteri ekonomi dan keuangan menyetujui rencana nasional pemulihan COVID-19 Belanda.
  • Pada 16 Desember 2022, Dewan menyetujui rencana nasional pemulihan COVID-19 Hongaria.

Inggris

Menurut parlemen Inggris, meski sebagian besar pengeluaran terkait langsung dengan pandemi COVID-19 berakhir setelah 2021/22, belanja publik mungkin harus tetap tinggi untuk merespons efek jangka panjang dari pandemi.

Jepang

Situs NHK menyebut, ada pinjaman jangka pendek untuk menutupi biaya hidup darurat, terutama untuk orang-orang yang pekerjaannya ditangguhkan. Jika pengurangan pendapatan disebabkan oleh COVID-19, orang mungkin memenuhi syarat meskipun mereka tidak memiliki status "penangguhan kerja" resmi.

Ada pinjaman berkisar hingga 200.000 yen, dan bebas bunga tetapi harus dilunasi dalam waktu 2 tahun. Periode ini berlangsung hingga akhir Agustus 2022.

Singapura

Jangka waktu pengajuan Hibah Pemulihan COVID-19 akan diperpanjang hingga 31 Desember 2023, agar masyarakat yang terdampak oleh iklim ekonomi saat ini dapat terus mendapatkan bantuan.

Tetapi mereka harus memenuhi kriteria tertentu, seperti kelayakan pendapatan, akan disesuaikan untuk membantu mereka yang lebih membutuhkan, kata Kementerian Sosial dan Pembangunan Keluarga (MSF), mengutip The Straits Times.

 

Â