Liputan6.com, Istanbul - Terjadi di bandara yang ramai, serangan teroris bersenjata disertai bom bunuh diri menewaskan 42 orang dan melukai setidaknya 230 orang, tepat tujuh tahun lalu di Istanbul, Turki.
Tragedi yang terjadi di Bandara Ataturk Istanbul hari itu, tanggal 28 Juni 2016, meninggalkan luka yang teramat mendalam.
Baca Juga
Melansir BBC, Perdana Menteri Turki kala itu, Binali Yildirim, mengatakan bahwa serangan itu mungkin merujuk pada ISIS.
Advertisement
Menurut laporan, serangan terjadi pada malam hari. Dimulai ketika tiga orang penyerang tiba di bandara menggunakan taksi dan mulai menembak.
Para penyerang melepaskan tembakan ke arah pintu masuk yang kemudian memicu baku tembak dengan petugas polisi sebelum akhirnya mereka meledakkan diri.
PM Yildirim mengatakan bahwa salah satu penyerang meledakkan dirinya di luar terminal, sementara dua lainnya meledakkan diri di dalam.
Penyelidik Turki memeriksa rekaman CCTV, pernyataan saksi, dan video ponsel yang direkam oleh penumpang untuk mencoba menemukan identitas para penyerang.
Gubernur Istanbul memastikan 41 orang tewas dan 239 luka-luka dalam serangan itu. Korban tewas bertambah menjadi 42 orang sehari setelahnya.
Setidaknya 13 dari mereka yang terbunuh adalah warga negara asing atau berkewarganegaraan ganda.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan bahwa serangan itu harus menjadi titik balik dalam perang global melawan kelompok militan.
"Bom yang meledak di Istanbul hari ini bisa meledak di bandara mana pun, di kota mana pun, di seluruh dunia," katanya.
Hari Berkabung Nasional
Untuk menghormati para korban, keesokan harinya presiden mengumumkan hari berkabung nasional.
Merespons serangan tersebut, Direktur CIA, John Brennan, mengatakan bahwa tragedi itu menunjukkan ciri khas dari kelompok militan.
Wartawan BBC menyebut bahwa serangan bandara itu nampak seperti serangan besar yang terkoordinasi.
Tangkapan gambar menunjukkan bagaimana barang bawaan penumpang berserakan di seluruh penjuru bandara, juga jasad-jasad yang ditutupi kain.
Bandara Ataturk rupanya telah lama dipandang sebagai target yang rentan.
Penerbangan di bandara tersebut kembali dilanjutkan keesokan paginya, meskipun sebagian besar dibatalkan dan ditunda.
Erdogan mengatakan bahwa kelompok militan harus ditindak dan dilawan dengan lebih serius, ini merupakan masalah global.
Ia juga meyakini bahwa sesegera mungkin Turki akan mengalahkan terorisme, meski untuk saat itu negara tersebut merupakan sasaran kelompok teroris paling brutal.
Erdogan menegaskan bahwa para penyerang itu, “Bukan Muslim.”
Advertisement
Teroris Al-Shabaab Lancarkan Serangan Mematikan ke Pangkalan Militer Uni Afrika di Somalia
Selain Turki, serangan teroris baru-baru ini terjadi di Somalia yang menargetkan pangkalan militer UA.
Militan kelompok teroris Al-Shabaab melancarkan serangan mematikan di pangkalan militer Uni Afrika (UA) di Somalia pada Jumat 26 Mei 2023. Kedua belah pihak dilaporkan menderita banyak korban.
Misi Transisi Uni Afrika di Somalia (ATMIS) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Al-Shabaab menyerang pangkalan operasi terdepan UA di Buulo Mareer, 129 km barat daya Ibu Kota Mogadishu.
Militan radikal itu menggunakan alat peledak rakitan yang dipasang di atas kendaraan dan sejumlah bomber bunuh diri, demikian seperti dikutip dari CNN (27/5/2023).
Gambar yang tidak diverifikasi yang dibagikan di saluran media Al-Shabaab menunjukkan sekitar selusin tentara Uganda, dengan tangan tertahan di belakang, ditangkap oleh para militan.
Pasukan dari Tentara Demokratik Rakyat Uganda ditempatkan di pangkalan operasi terdepan sebagai pasukan penjaga perdamaian di Somalia yang dilanda perang saudara.
Imran Khan Sebut Ledakan di Masjid Pakistan Sebagai Bom Bunuh Diri Teroris
Bandara yang ramai bukan satu-satunya tempat yang sering kali menjadi target para kelompok militan, sebuah masjid di Pakistan menjadi sasaran bom bunuh diri teroris.
Jumlah korban kematian akibat bom bunuh diri di Pakistan masih terus meningkat. Jumlahnya kini sudah nyaris 90 orang. Sebelumnya korban bom bunuh diri ini tercatat sekitar 27 orang, kemudian terus bertambah.
Dilaporkan VOA Indonesia, Selasa (31/1/2023), mantan PM Imran Khan, pemimpin oposisi utama di Pakistan, juga mengecam pengeboman itu, menyebutnya sebagai “serangan bunuh diri teroris” dalam unggahan di Twitter.
“Penting sekali bagi kita untuk meningkatkan pengumpulan intelijen & memperlengkapi polisi dengan tepat untuk memerangi ancaman terorisme yang kian besar,” kata Khan.
Sekjen PBB Antonio Guterres, Senin (30/1), mengutuk pengeboman yang ia sebut “mengerikan” itu melalui juru bicaranya.
Provinsi Pakistan itu berbatasan dengan Afghanistan dan telah berulang kali mengalami serangan teroris dalam beberapa bulan ini.
Advertisement